"Nayla, cepat sedikit. Acara keburu selesai kalau kamu lama gini" Teriak Natasya Kakak Sulung Nayla.
"Iya, kak.."
"Ngapain aja lama banget? Kayak putri Keraton saja, Ayo berangkat Mama sama Papa sudah menunggu tuh"
Nayla mengikuti langkah kakaknya. Sebenarnya Nayla paling tidak suka dengan acara keluarga, dari masih kecil Nayla lebih senang tinggal di rumah, baginya kumpul keluarga dan sering memarkan kehebatan masing-masing adalah hal yang semestinya tidak usah dilakukan.
Nayla adalah putri bungsu dari empat bersaudara. Kakaknya yang sulung Natasya merupakan seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama, dan masih berstatus single. Kakaknya yang kedua bernama Adnan adalah seorang anggota POLRI dan sudah berkeluarga, sedangkan kakaknya yang ketiga bernama Nandira memilih untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang perawat dikarenakan suaminya yang meminta untuk berhenti.
Sedangkan mama Nayla bekerja sebagai seorang guru di sekolah dasar, dan Papanya bekerja sebagai seorang pengusaha di bidang pertanian. Hidup di keluarga sederhana membuat Nayla dan kakaknya selalu bersikap rendah diri dan selalu menghormati orang lain, itulah nasehat dari orang tua mereka yang selalu mereka terapkan.
Sesampainya di rumah Pamannya Nayla yang merupakan kakak kandung dari mama Nayla, mereka segera bergabung di acara tersebut. Nayla memperhatikan sekitarnya, dan langsung menuju meja minuman untuk mengambil jus kesukaannya. Belum sampai di meja minuman seorang ibu-ibu yang menjadi tamu mencegat Nayla dan bertanya kepada Nayla.
"Eee. Nayla tumben baru kelihatan, gimana dengan sekolahnya?" Tanya ibu tersebut
"Baik, Tante.." Jawab Nayla agak sedikit canggung karena ibu tersebut adalah tetangga pamannya yang suka ngegosip.
Namanya Ibu Beti. Layaknya seorang wartawan ibu Beti dikenal dengan perangainya seperti itu. Apa yang ingin diketahuinya pasti tidak akan terlewati dalam catatan pertanyaannya.
"Gimana sekolah barunya, lancar?" Lanjut Ibu Beti
"Lancar tante," jawab Nayla seadanya
"Pasti sudah dapat banyak teman baru, iya kan?"
"Iya, Tante"
"Delsi anak tante juga sudah banyak temannya di sekolah barunya. O..ya kamu masuk SMA mana? soalnya Tante tanya sama Delsi, katanya nggak tau." Seketika Nayla tersedak mendengar pertanyaannya dari Ibu Beti. Karena selama ini dia merahasiakan kepada seluruh teman-teman SMPnya tentang sekolah pilihan orang tuanya.
Delsi merupakan teman sekolah Nayla, akan tetapi Nayla kurang akrab dengannya karena mereka tidak pernah satu kelas, kalau ketemu di sekolah Nayla hanya bertegur sapa dengannya.
"di SMA Negeri Tunas Harapan ibu Beti" Mama Nayla langsung mendekat dan menjawab pertanyaan ibu Beti yang langsung membuat Nayla sedikit terkejut.
"Aduh kenapa masuk sekolah situ sih Bu?, isu negatif tentang sekolah itu tersebar kemana-mana, mulai dari suka tauran, jam pelajaran anak-anak siswanya hanya nongkrong di pasar tradisional, apalagi kawasannya dekat dengan geng abal-abal banyak preman lagi. Apa ibu nggak mikir sehat sih Nayla masuk ke sekolah itu" Ucap Ibu Beti dengan gaya khasnya yang suka menyindir orang.
"Itu kan hanya isu, ibu Beti kita kan belum tahu apa yang sebenarnya, lagian sayalah yang mendaftarkan Nayla untuk masuk ke sekolah itu" Ucap mama Nayla
"Aduh Bu, kenapa sih sampai daftarin Nayla ke sekolah itu, kasian Nayla, Delsi anak saya itu saya daftarin loh di sekolah unggulan yang terkenal itu, masa' Nayla yang multitalenta begini didaftarkan di sekolah abal-abal" lanjut ibu Beti dengan nada ketus.
"nih tante-tante enaknya diapain yah" batin Nayla mulai kesal dengan tingkah ibu Beti.
"Tante, siapa bilang sekolah Tunas Harapan sekolah abal-abal ada mutiara yang tersembunyi yang tidak terlihat dengan kasat mata di sekolah itu, banyak prestasi yang sudah diraih oleh sekolah tersebut, dan itu akan saya buktikan, kalau sekolah Tunas Harapan bisa bersaing dengan sekolahnya Delsi," ucap Nayla sedikit sinis kepada ibu Beti, yang membuat ibu Beti bungkam sesaat.
"Buang-buang tenaga saja kamu sekolah di SMA itu Nayla, hasilnya juga belum tentu pasti."
Nayla yang akan membalas ucapan sinis padanya diurungkan oleh mamanya.
"Ibu Beti sepertinya acara akan di mulai, mari kita kumpul di ruang tamu" ucap Mama Nayla.
"Tu mulut sampe kapan sih dipake buat menghina orang" ucap Nayla kesal.
"Sudahlah Naya, tidak ada gunanya berdebat dengan ibu Beti, kamu kan sudah tahu orangnya dari dulu memang seperti itu"
"Gila.. CCTV saja kalah sama dia ma, pengen deh aku mandiin dia pake jus ini." Nayla tambah kesal,
"Sayang kamu tidak usah marah dan kesal seperti ini, buktikan sama mereka apa ucapanmu tadi mutiara yang tersembunyi, mama pengen tahu seperti apa bentuknya" ucap mama Nayla sambil mengelus lembut rambut Nayla.
"Iya, ma," ucap Nayla sambil menurunkan suaranya.
Acara keluarga pun dimulai, bukan hanya keluarga saja yang hadir, kerabat dekat bahkan tetangga pun hadir dalam acara. Nayla mulai bosan, dan akhirnya memisahkan diri dan menuju teras rumah. Sambil menuju teras rumah Nayla sempat mendapat cibiran dari ibu Beti yang sedang memperguncingkan dirinya akan tetapi Nayla tidak menggubrisnya dan tetap meneruskan langkahnya.
Sembari menatap langit yang dipenuhi bintang Nayla menarik nafas dalam-dalam sambil mengingat sesosok laki-laki yang bernama Aldito, tampak di wajahnya senyum manis khas milik Nayla. Ingatannya langsung tertuju pada masa lalu ketika dia berada pada suatu kegiatan Pramuka dan menjadi petugas kurvei atau jaga tenda dua orang ibu-ibu ingin menjeguk anaknya tapi malah kesasar ke tendanya.
Nayla mengenang kejadian kala itu:
"Permisi," ucap salah satu ibu
"Ya..ada yang bisa saya bantu Bu?" tanya Nayla
"Bisa saya bertemu Aldito? Saya ibunya" kata ibu tersebut sambil memperkenalkan dirinya.
"O.. kak Aldito. Mari masuk duduk silahkan duduk, maaf Bu tendanya becek." sambil memberikan dua kursi tamu yang memang dikhususkan untuk tamu yang datang.
"Becek begini kalian tidur di mana?" tanya ibu tersebut mulai khawatir
"Panitia sudah menyediakan rumah-rumah penduduk untuk kami tidur malam Bu, bisa saya tinggal sebentar Bu, saya mau ke rumah situ dulu untuk panggil Kak Aldito ke sini" Tunjuk Nayla ke salah satu rumah. Belum sampai melangkah ibu tersebut menahan tangan Nayla.
"De' sebentar, apa kalian tidur digabung gitu cewek dan cowok?" tanya ibu itu mulai khawatir.
"Tidak Bu, kami yang cewek di rumah sebelahnya," Nayla menggeleng sambil tersenyum. "Kalau begitu saya permisi sebentar ya Bu" Nayla meninggalkan kedua ibu tersebut dan memanggil Aldito.
Tak lama kemudian Nayla kembali bersama Aldito,
"Kak, itu mamanya kakak datang" Ucap Nayla kepada Aldito sambil menunjuk salah satu ibu yang duduk.
Kedua ibu tersebut berpandangan seolah heran campur kaget, begitupun dengan Aldito.
"Nayla.. ini bukan ibu aku." ucap Aldito
"Loh.. kok bisa, Bu katanya cari Aldito kan?" tanya Nayla bingung kepada salah satu ibu tersebut.
"Bukan Aldito yang ini maksud saya?" ucap ibu juga sama-sama bingung.
"Lah.. Terus Aldito yang mana, di sini yah adanya Aldito Prayoga dan ini orangnya" sambung Nayla masih dalam kebingungan.
"Jangan bercanda Nayla.." Ucap Aldito curiga kalau Nayla mengerjainya.
"Serius kak, ibu ini cari anaknya namanya ALDITO, iya kan Bu" Nayla dalam kebingungan yang luar biasa.
Sontak kedua ibu tersebut tertawa geli melihat tingkah Nayla.
"Sebenarnya ini tenda SMP Tirtayasa bukan?" tanya salah satu ibu lainnya.
"Bukan Bu, " Jawab Nayla dan Aldito Prayoga hampir bersamaan.
"Berarti kami salah tenda kalau begitu, maaf yah.. Anak saya sekolahnya di SMP Tirtayasa dan Namanya adalah Aldito Rahmadi maaf yah, kalau boleh tau tenda mereka yang mana yah." tanya ibu Aldito
"itu tenda mereka" jawab Aldito Prayoga sambil menunjuk tenda yang bersebelahan dengan tenda mereka
"Tapi mereka di aula serba guna SMP Bakti Jaya, agak jauh dari sini Bu." sambung Nayla
"Bisa antarkan kami?"
"MMM...biar kak Aldito saja yang antar Bu, maaf saya lagi tugas jaga tenda jadi gak bisa kemana-mana." Memohon maaf karena tidak bisa mengantarkan mereka.
"Kak, sebaiknya kamu bantu gih, ibu-ibu ini ke aula SMP Bakti Jaya, sekalian kenalan sama kembaran namanya kakak itu." ucap Nayla sambil tersenyum menggoda seniornya itu. Kedua ibu itu pun pamit kepada Nayla, dan meninggalkan tenda Nayla.
Lamunan Nayla tentang kejadian itu membuat dia tersenyum sendiri merasa geli dan seperti orang bodoh kala itu.
"Jadi kamu orangnya" batin Nayla dan sambil tersenyum
Ponsel miliknya berbunyi Nayla pun mengambil ponsel dan menjawab panggilan dari Jojo temannya.
"Halo..Ada apa Jo?"
"Halo, Nay.. Kamu di mana?"
"Di Hatimu..Hahahaha.." canda Nayla
"Ihhhhh.. Jijik. Seriusan dodol"
"Hahahaha.. lagi di rumah pamanku, ada acara keluarga nggak jelas di sini"
"hahaha.. sembarang kamu ngomong, nanti dicoret dari daftar keluarga baru nangis-nangis kayak kucing minta ikan"
"Hahaha.. Ada apa sih, ganggu aja"
"Kamu sudah nyiapin keperluan untuk kegiatan Ospek besok lusa nggak?"
"Belum.. kamu?"
"Belum juga, kita siapin sama-sama yah."
"Oke. nanti aku ke rumah kamu,"
"mmmmuuuaaaccchhhh.. I love you Nayla. Best plend banget deh."
"Lebay banget sih.."
"hahahaha.. aku tunggu yah, jam berapa kamu datang?"
"sudah ditunggu saja, bawel banget sih"
"oke deh,, sampai ketemu yah Nay.. sayang"
"Gawat nih orang dah penyakitan nih otaknya, tapi siapin makanan yang enak yah.. hihihihi"
"Okay say.. dadadadadadada" Jojo pun mengakhiri percakapannya.
Nayla hanya bisa tersenyum dan geli kepada temannya itu. Nayla kembali menatap langit hitam dihiasi indahnya cahaya bintang, dan menyakinkan dirinya menjadi untuk mutiara yang tersembunyi di balik SMA Tunas Harapan.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments