Sudah hampir dua bulan berlalu Ken belum bisa mendekati Imma secara personal, dia hanya bisa mendekati lewat putra nya Faro.
Perkembangan penyelidikan tentang latar belakang Imma juga seperti berhenti di tengah jalan, susah dicari, seperti memang sengaja di putus jarak antara masa lalu dan masa setelah Faro lahir.
Ken sebetulnya juga sering berkunjung ke toko tapi hanya sebatas teman Faro ataupun uminya, Imma gadis yang susah di dekati, seperti sengaja membatasi diri.
Proyek pembuatan cafe juga sudah sekitar 60 persen, walaupun di kerjakan bertahap tetapi sudah terlihat hasilnya.
Hari ini hari Sabtu dimana Faro lahir, dari tahun pertama Imma tidak pernah mengadakan acara ulang tahun.
Karena hari ulang tahun Faro sama dengan hari meninggal nya ibu Lestari, hari dimana dia harus menanggalkan status gadis nya demi melindungi adiknya, bagi Imma hari ini adalah hari yang paling berat dalam hidupnya.
Waktu Faro ulang tahun yang pertama dan kedua nya, justru Imma akan menyendiri dalam kamar nya, Faro di gendong oleh uthi Sumi.
Uthi Sumi faham betul bagaimana perasaan Imma, seperti awal hilang nya masa remaja dan masa depannya.
Disini lah Imma yang terjebak oleh nasib dan amanah yang tidak bisa di pisahkan dari hidup nya.
"Umi.... umi" panggil uthi Sumi dari luar kamar.
"Ya Uthi ada apa?" jawab Imma sambil menenggelamkan wajahnya di bantal karena sembab matanya di dalam kamar.
"Umi baik-baik saja kan?" tanya uthi khawatir.
"Iya uthi, umi hanya lagi pingin sendiri" jawab Imma sendu.
"Umi....mau dengarkan nasehat uthi kan?" pinta uthi Sumi.
"Umi harus bisa berubah, masak setiap tahun seperti ini, nanti saat Faro tambah besar bagaimana cara umi memberi tahu Faro masalah ini" nasehat uthi.
"Uthi faham hari ini hari yang berat buat umi, hari dimana umi melepaskan cita-cita, masa remaja dan masa depan umi" ucap uthi lagi.
"Ayolah bangkit, semangat demi Faro dan amanah ibu Lestari" Lanjut nasehat uthi lagi.
"Umi harus bagaimana uthi, sakit sekali rasanya, walaupun mencoba ikhlas tapi masih belum bisa menerima kenyataan seperti ini ternyata berat sekali uthi" keluh Imma.
"Ajak ke taman kota aja mi, Faro nya, biar tidak melihat umi menangis, nanti disana umi bisa teriak sekuat-kuatnya biar hatinya bisa lega" saran uthi Sumi lagi.
"Baiklah, umi mandi dulu uthi, bisa tolong Faro di gantikan bajunya uthi" titah Imma, lalu bangkit dari tempat tidur ke kamar mandi.
Hari yang cerah jam 10 pagi Imma melihat Faro lari lari bahagia di taman kota yang asri.
Bermain dengan teman yang baru di kenal nya di taman membuat hati nya berbunga bunga.
Imma hanya duduk menenggelamkan wajahnya di pangkuan sambil terisak-isak hanya terkadang mengawasi Faro yang ceria bermain.
Sementara hari ini Ken memiliki semangat empat lima untuk memberikan hadiah ulang tahun kepada Faro dengan membelikan hadiah mobil remote control .
"Selamat pagi " ucap Ken sopan sambil membawa bungkusan kado yang lumayan besar.
"Pagi nak Ken, bisa bicara sebentar secara pribadi?" pinta uthi Sumi.
"Panggil saya uthi Sumi saja kaya Faro ya, ayo ke rumah belakang" ajak uthi Sumi.
"Silahkan duduk dulu nak, uthi ambilkan minum dulu ya" titah uthi Sumi.
Ken melihat ada foto besar terpasang di dinding bersebelahan, Ken memotret gambar itu bergantian tanpa sepengetahuan uthi Sumi.
"CEKREK....... CEKREK..."
"Silahkan di minum nak" perintah uthi Sumi lagi.
"Terimakasih uthi, ada apa ya kok kayaknya serius?" tanya Ken penasaran.
"Begini, darimana nak Ken tahu hari ulang tahun Faro?" tanya uthi Sumi.
"Dari Marisa dan Mely" jawab Ken jujur.
"Boleh kah uthi minta,dua permintaan tanpa tanya apa alasannya?" pinta uthi Sumi.
"Selama saya bisa mengabulkan nya uthi silahkan" Jawab Ken tegas.
"Pertama, maukah nak Ken memberi hadiah kado tanpa menggunakan bungkus kado, yang kedua tidak usah mengucapkan selamat kepada Faro cukup diberikan saja terutama di depan uminya Faro" jelas uthi Sumi.
"Bisa uthi mengabulkan permintaan dua juga untuk Ken" Ken minta syarat kepada uthi Sumi.
"Apa itu nak?" tanya uthi Sumi.
"Ken hanya mau lihat ijasah dan kartu keluarga Imma uthi" pinta Ken.
"Hanya melihat saja kan?" minta penjelasan uthi Sumi.
"Iya hanya melihat saja" ucap Ken kemudian
"Baiklah" jawab uthi Sumi sambil mengambil ijazah Imma dan kartu keluarga.
"Ini nak" uthi menyerahkan map kepada Ken.
"Uthi bolehkah Ken minta tambah minum air putih nya" pinta Ken dengan senyum liciknya.
"Dengan senang hati" uthi Sumi mengambil gelas yang sudah kosong dan di bawa ke belakang untuk di isi lagi.
Setelah uthi ke dapur kemudian Ken memotret lagi ijasah dan KK dengan cepat. setelah selesai meletakkan lagi di meja.
"Ini nak, minum nya" ucap uthi Sumi.
"Terimakasih uthi" jawab Ken langsung minum sampai habis.
"Uthi sekarang Faro dan uminya ada dimana?" tanya Ken
"Dia ada di taman kota, kalau mau menyusul silahkan nak" jawab uthi Sumi sambil mengusap air mata nya.
"Kenapa uthi menangis?" tanya Ken penasaran.
"Maaf nak, uthi tidak bisa memberikan alasannya" jawab uthi Sumi yang masih terisak.
Akhirnya Ken hanya menyerah Tanpa bertanya sedikit pun, sebelum Ken ke taman kota Ken merobek bungkus kado nya.
Ken melihat Faro lari lari dengan anak seumuran nya, sedangkan Ken melihat Imma duduk sambil membenamkan wajahnya di dalam pangkuan nya.
"Umi Faro, ada apa kenapa menangis?" tanya Ken bersimpuh di depan Imma sambil memegang daku nya.
"Om Ken boleh kah pinjam bahu nya sebentar" pinta Imma sambil terisak.
"Dengan senang hati".
Ken langsung memeluk Imma dengan erat nya, dan Imma menangis tersedu-sedu,
hampir sepuluh menit menangis hingga baju Ken basah terkena air mata Imma.
Setelah Imma mulai mereda tangisannya, Ken menatap wajahnya yang sendu tanpa sadar Ken mencium bibir Imma dengan lembut.
Imma sangat kaget dengan ciuman lembut Ken, dia mundur satu langkah dan menundukkan kepada nya.
"Apakah itu ciuman pertama mu?" tanya Ken jujur.
"Hm...." Imma hanya mengangguk.
"Tapi kan kau sudah punya satu putra" tanya Ken dengan heran.
"Maaf... bisakah anda tidak bertanya lag?i" Jawab Imma sambil mengeluarkan air mata nya kembali.
"Sssst jangan menangis lagi, saya tidak akan bertanya lagi jika itu akan membuat mu menangis" Ken menarik Imma dan memeluk nya lagi.
"Menangis lah sampai kau puas, kalau perlu sampai baju ku basah semua, aku rela" hibur Ken.
"Maaf merepotkan mu" ucap Imma setelah reda dalam tangisannya dan lega perasaannya sambil melepaskan pelukannya.
Tidak lama kemudian ada Faro datang menghampiri mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Tamirah
itu sih maunya author membuat cerita begitu untuk menghapus jejak papa dona agar Faro aman dr keluarga papa dona.tuh kelemahan kalau kawin siri gk bisa nuntut.
2024-10-28
1
Alya Yuni
Ibunya Imma ketrlluan klo mau mati
mati aja jngn menyusahkn ankmu tinggl blng jga adikmu sperti ankmu bukan tmbah bban buat Imma ibu mcm ap
2023-01-05
1
Mella Soplantila Tentua Mella
om ganteng main nyosor ajhe niii 😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-14
1