"Bawa helikopter ke London. Kau tidak mungkin naik kereta bawah tanah, ataupun Audimu." Reza berbisik, suaranya terdengar serak dan sedikit tercekat. Jones sadar, sepertinya kekacauan yang di buat Tuan Leo begitu parah.
"Baik, sir."
Setelah menerima perintah, Jones langsung bergegas menujuh Heliport menggunakan Audi-nya. Perjalanan menujuh Heliport memanglah pendek, hanya beberapa blok dari gedung tempat Reza mendemostrasikan produk barunya. Namun, perjalanan itu menjadi cukup panjang karena jalanan kota Manchester yang di tutup salju, hingga menimbulkan kemacetan di beberapa titik. Sesekali, Jones melirik jam yang melingkar di lengan kekarnya. Jam sembilan lewat lima. Huft... Belum cukup malam untuk menyiksa seseorang. Batinnya.
Ia tiba di kawasan padat penduduk. Segera menghentikan mobilnya di salah satu gedung temaram, memarkirkan Audinya, dan keluar dari dalam. Seorang pria berbadan kekar menghampirinya, membungkukkan tubuhnya menyapa Jones.
"Jaga mobilku, aku harus ke London malam ini," instruksinya dengan nada suara begitu dingin, sambil melemparkan kunci mobil Audinya dan langsung bergegas masuk ke dalam lift.
Tak ada perintah yang lebih penting dalam hidup Jones, selain perintah dari keluarga Oxley. Baik itu dari Emmanuel, Christopher, maupun Reza. Jones akan selalu berusaha bekerja dan melakukan segala cara untuk menghujudkan apapun yang di inginkan tuannya. Mengabdi kepada keluarga Oxley sudah seperti sumpah setia sehidup semati untuknya.
Lift berhenti dan pintu terbuka, dia sudah berada di atap gedung dengan sebuah helikopter bertuliskan Oxley General menunggunya di sana. Di tulis dengan warna merah terang dengan logo perusahaan yang begitu mencolok di sebelah kanan.
"Selamat malam Mr.Anderson, apa ada perjalanan mendadak malam ini?" Seorang pria tua berjalan mendekati Jones.
"Hill, aku membutuhkan Roger Rambo untuk pergi ke London, sekarang." Jones tersenyum hangat kepada seorang bernama Hill itu.
Hill sedikit bergedik melihat Jones tersenyum kaku kepadanya. Ia merasa, seperti sedang melihat hantu tersenyum di wajah Jones. Begitu kontras hingga membuat bulu kuduk bergedik.
"Perjalanan yang akan menyenangkan, Sir," jawabnya ramah dengan suara sedikit terbata karena menahan hawa dingin menusuk tulangnya.
"Tentu. Aku berharap dapat segera pulang, setelah ini."
Mereka berjalan beriringan menuju helikopter berwarna putih itu. Jones membuka pintunya, dan kembali menoleh kearah Hill.
"Apa kau butuh pendamping, sir?"
Jones menggeleng. "Tidak, Hill. Dari sini aku ambil alih teman robotmu." Jones kembali tersenyum, yang kali ini di balas oleh Hill.
Jones masuk ke dalam helikopter, duduk di kursi pengemudi seorang diri. Dia memasang sabuk pengaman empat titik. Mengencangkan kaitan sabuk tersebut sehingga ia merasa sedikit agak sesak. Setelah sabuk pengaman terpasang rapih, Jones menutup pintu dengan keras. Mulai menjalankan prosedur penerbang; memastikan alat pengukur, memencet saklar dan tombol dari alat-alat yang terlihat begitu rumit. Dia memasang earphone, terdengar suara sedikit memekik telinga dari earphone tersebut sebelum ia terhubung oleh seseorang dari sana.
"Oke menara, PDX ini adalah Roger Rambo ganti. Siap untuk lepas landas ganti."
"Ok Roger Rambo, kau bebas lepas landas harap konfirmasi tujuanmu, ganti."
"JW Marriott Grosvenor House London, Ganti."
"Ok, Roger kau bebas lepas landas, ganti."
Baling-baling pesawat berputar, helikopter naik berlahan-lahan dan lancar terbang di atas langit temaram.
Manchester berlahan menghilang, kota ratu Elizabeth itu menjadi titik-titik kecil bercahaya di atas sana. Jones terus fokus, mengendalikan pedal di tangannya. Tentu dia berhasil mengendarai Roger Rambo itu, setelah lima tahun silam mendapatkan sertifikat dan memenuhi syarat menjadi seorang pilot.
Perjalanan menuju London akan memakan waktu sekitar empat puluh menit, itu sangat singkat mengingat tak ada kendaraan lain secepat itu di darat. Beruntungnya Oxley General menciptakan helikopternya sendiri, yang paling canggih di kelasnya. Berbekal mesin buatan Jerman yang dibeli dan telah di modifikasi ulang oleh Reza, membuatnya bukan hanya menjadi helikopter paling canggih saja, namun aman dengan dilengkapi alat penerbangan malam."
"PDX ini Roger Rambo, aku akan segera mendarat ganti." Jones kembali bertukar informasi kepada pengatur lalu lintas udara, setelah ia sampai di kota London.
"London-pac kepada Roger Rombo, perjalanan menujuh London tepat waktu, ganti. Standing by. And over. Out."
"Dimengerti ini Roger Rambo. Standing by and over."
Helikopter berlahan mendekati sebuah gedung bergaya Victoria, melambat dan mulai turun di helipad diatas gedung hotel yang sudah di sediakan. Dia mematikan mesin, beberapa saat kemudian baling-baling berhenti berputar. Jones melepaskan earphone dan sabuk pengamannya, kemudian turun dan berjalan dengan angkuh sambil mengancingkan jas abu-abu.
Sepasang lelaki dan perempuan menghampirinya dengan pakaian serba hitam, menganggukkan badan sesaat untuk menghormatinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Jones kepada keduanya.
"Cemburu."
Jones menghentikan langkahnya, saat ia sudah memegang gagang pintu. Ia menoleh dan menatap keduanya secara bergantian. "Cemburu?"
"Yes, sir. Tuan Leo cemburu karena istrinya di goda oleh lelaki lain. Dia menghabisinya dengan di bantu oleh seseorang yang tak kami kenal."
Jones mengembuskan napas keras. Pantas saja Reza terlihat begitu kalut, ternyata ini yang di perbuat oleh Leo. "Kalian sudah membereskannya?"
"Ya, sir. Kami sudah membawa semuanya ke ruang bawah tanah."
"Baiklah, aku akan mengurus mereka. Kau selesai sisanya di bar itu."
Kedua anak buah Jones pergi dari sana, dan kembali menujuh Red Bar. Sementara Jones, berjalan sambil mengeluarkan sarung tangan karet yang berada di saku jasnya. Memasuki lift kemudian di lanjutkan berjalan menuruni anak tangga. Dia berhenti saat melihat sebuah pintu bertuliskan Danger. Sepertinya itu adalah tempat dimana orang-orang yang tadi bertengkar dengan Leo di kurung.
Berlahan Jones membuka pintu tersebut. Sebuah lorong panjang temaram menyambut. Ia masuk ke dalam sana, menutup pintu dan kembali melangkah untuk masuk lebih dalam.
Begitu lembab dan basah, terdengar suara tetesan air pula. Sepertinya ini memang ruangan bawa tanah yang dimaksud oleh kedua anak buahnya. Terlihat begitu jelas juga dari latar tempatnya, tak terurus bahkan bisa dikatakan begitu kotor dengan lantai beralaskan tanah, dan jangan lupakan bau yang sedikit busuk seperti tempat pembuangan sampah.
"Mr.Jones."
Langkah Jones kembali terhenti saat suara pria memanggilnya. Dia menoleh dan mendapati, Tony, pemuda tampan yang memiliki luka bakar di bagian pipinya berdiri tepat di belakangnya sambil membawa sebuah karung kecil yang entah berisikan apa.
"Tony, apa yang..." Jones mengangkat kedua tangannya. Binggung melihat lelaki itu berada disana.
"Ken, bilang kau akan menghajar seseorang disini, dan waktunya begitu pas saat aku juga berada di sekitar sini untuk bisnis." Dia tersenyum tulus kepada Jones.
Jones mendekat. "Apa yang kau bawa?"
"Hanya beberapa tikus besar."
"Tikus?" tanya Jones binggung.
"Ya, sangat besar."
Tiba-tiba Jones menyeringai, menatap Tony dengan tatapan mengerikan. Sebuah ide buruk tiba-tiba saja menghampiri otaknya. Jones merangkul Tony, dan mengajaknya berjalan beriringan menuju tempat para bedebah itu di sekap.
"Ini akan bagus, Tony. Kita akan bersenang-senang dengan para bedebah itu dengan tikus yang kau bawa."
TO BE COUNTINUE...
JONES ANTONIO ANDERSON
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Karent Donna
ulalala ganteng
2024-05-21
0
🍑🍒ara chan 🌺💘💝
jones(jomblo ngenes)
2021-06-04
0
INA
wow visual jones keren bgt
2021-05-03
0