Ada sekelompok orang di dunia sana, yang diam-diam berambisi menjalankan dunia di bawah kekuasaan mereka. Menyebut diri sebagai orang-orang besar yang berargumen percaya diri di depan khalayak, mengatakan jika mereka dapat merubah dunia menjadi lebih baik. Namun, nyatanya mereka tak lebih dari segelintir sampah yang memanfaatkan kepolosan masyarakat dunia untuk kepentingan mereka sendiri. Harta, jabatan, sex, dan kebebasan adalah tujuan utama mereka. Finalnya mereka ingin mengendalikan ke berangsungan hidup manusia sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Seperti kalian mengira Steve jobs adalah seorang yang keren, yang berhasil menghasilkan miliaran dollar, meskipun dunia tau dia menghasilkan semua itu dengan memanfaatkan anak-anak. Atau seorang yang kita sebut pahlawan, yang telah berhasil menciptakan sarana komunikasi untuk kita melihat dunia. Saling mengirimkan spam untuk menciptakan keakraban palsu. Menuliskan komentar-komentar sampah sok berwawasan yang membuat kita dapat dikenal dan di akui dunia, tetapi nyatanya kita semua di bungkam dan di kendali oleh sarana komunikasi itu sendiri.
Mereka berlomba-lomba menjadi yang pertama dari yang pertama, menjadi yang paling teratas dari yang teratas hingga melanggar aturan-aturan yang telah di tetapkan leluhur bahkan sampai tuhan mereka sendiri. Mereka menciptakan sistem monarki yang dapat mengendalikan dunia di bawah tangan mereka. Menciptakan apa yang mereka inginkan, dan menghancurkan apa yang menurut mereka sebagai ancaman. Monster dari segala monster.
Dari sekian banyak monster berujud manusia, mungkin Robert hanyalah setitik dari orang-orang besar itu. Memperdaya kepolosan masyarakat untuk kepentingan dirinya sendiri. Menjarah, memperkosa, hingga mendirikan sindikat perdagangan organ tubuh manusia ia lakukan, untuk membuat pilar kekayaan ia sendiri dan bertekad menguasai dunia. Hati nuraninya telah mati, rasa perikemanusiaannya telah di ternodai dengan sesuatu yang kehadirannya lebih di agungkan di bandingkan dari apapun termasuk tuhan. Yaitu uang. Dia harus di hentikan, apapun caranya. Paling tidak di berikan pelajaran, agar lelaki itu mengenal kata jera. Dan, Stella yang akan melakukan itu. Anggap saja, Stella sedang menjadi seorang superhero jahat, yang akan membongkar rahasia kejahatan Robert, untuk menutupi kejahatannya sendiri.
Setelah selesai urusannya dengan Robert, Stella keluar dari kafe dengan di sambut guyuran rintikan hujan. Malam itu, tak ada bintang yang menyinari langkah kakinya. Justru hujanlah seakan sedang menghapus jejak-jejak kriminal yang segera akan ia lakukan. Langkahnya terhenti di sebuah shalter yang letaknya tepat di sebelah kafe. Dia duduk disana agak lama, menghitung titik air hujan yang turun dari langit hingga suara sirene mobil polisi terdengar dan mobil-mobil berpoles khusus itu berhenti di depan kafe.
Pekikan pengunjung kafe serentak terdengar, saat beberapa polisi mengangkat dan menodongkan senjata mereka. Stella tetap duduk diam membisu, menyembunyikan kepalanya di balik tudung jaket tebalnya dan menunduk dalam-dalam. Telinganya terus bekerja, mendengarkan kegaduhan yang terjadi di kafe tersebut.
Tak beberapa lama setelah polisi masuk ke dalam kafe, mereka kembali keluar dengan menyeret tubuh Robert secara paksa. Lelaki paruhbaya itu mengeliat, memaksa melepaskan dirinya ketika hendak di bawa paksa para petugas berwajib. Mulutnya terus berkicau tak karuan, berteriak-teriak bak orang kesetanan membela diri.
"Lepaskan saya. Jurnalis sialan itu menjebak saya, lepaskan saya." Tangannya memerah, akibat memaksa meloloskan diri dari jerat besi borgol. Tubuhnya menggeliat terus bagai caci kepanasan, tak terima atas alasan penangkapan; melakukan tindakan kriminal tingkat tinggi.
Saat ia terus meronta tak karuan, matanya menangkap sosok Stella yang masih tetap duduk diam tak bersuara. Matanya berkabut marah, saat melihat wanita itu. Ia meringis sambil berkata, "aku tidak akan melepaskan mu. Aku akan membalas mu, Stella."
Kepala Stella terangkat, matanya langsung mengunci pandangan ke arah Robert beberapa saat. Dia pun tersenyum sambil berucap, "aku akan menunggu itu."
****
Gairah untuk membunuh pada diri Reza tak dapat terbendung lagi. Apalagi setelah mengetahui data pribadinya di retas oleh orang tak asing untuknya. Ia ingin segera menghabisi orang itu. Memberikan pelajaran yang takkan pernah di lupakan seumur hidupnya.
Pagi itu, semua staf departemen teknologi maupun IT berkumpul di sebuah kantor megah dan besar. Cukup besar untuk di singgahi oleh satu atau dua orang. Selain besar dan mewah, kantor yang berada tepat di lantai paling atas gedung, juga memiliki design yang sangat modern dan elegan, dengan di pasangi teknologi super canggih. Saat masuk para tamu yang datang sudah di sungguhkan oleh jendela besar yang berdiri kokoh dari lantai sampai langit-langit, ada meja kayu besar modern dari kayu gelap yang bisa buat makan enam orang dengan nyaman. Itu cocok dengan meja kopi didepan sofa. Semua terlihat bersih dan putih. Begitu putih hingga tak ada celah, kecuali bagian dinding pintu yang berwarna mencolok yang di hiasi lemari-lemari buku cantik berwarna coklat kayu.
Ada sekitar dua puluh orang yang berada di kantor, itu sudah termasuk Reza, Jones, Ester dan seorang wanita berambut pirang membawa dua tumpuk map di pelukannya. Tak ada yang berbicara, bernapas pun seakan sulit sekali mereka lakukan di ruangan itu. Rasanya begitu sesak, seakan malaikat pencabut nyawa sedang berpidato menyebutkan satu-satu nama mereka untuk bergantian di cabut nyawanya.
Lekuk gusar, marah, dan geram terpancar begitu jelas dari wajah ramping Reza. Dia duduk dengan penampilan acak-acakan di kursi kebesarannya, sambil memainkan pena bertuliskan Oxley General. Lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu sedang berpikir keras, menghadapi sekumpulan wartawan yang sudah memenuhi gedungnya sepagi ini.
"Kemari kan mapnya." Reza menjentikkan tangannya kepada wanita pirang.
Pirang bertubuh ramping bak gitar spanyol itu mengangguk, berjalan mendekat dan meletakan apa yang ia bawa di meja kerja Reza.
Tangan Reza bekerja, membolak-balikkan map di hadapannya dengan raut wajah sulit di artikan. Mata hijau cerah nan memikat itu, terlihat sangat indah dan menakjubkan saat sedang fokus membaca setiap kata dan huruf yang tertulis di map di hadapannya. Setelah selesai membaca satu map, ia beralih kepada map yang satunya. Sama, membaca setiap kalimat yang tertulis disana begitu khidmat dan teliti. Dia tak ingin, ada satu kata pun yang tak terbaca olehnya.
"Jadi apa yang menurut kalian aneh dari serangan Rootkit kemarin malam?" Reza menutup mapnya, dan melemparkannya ke ujung meja kerja.
Seorang pemuda berambut hitam, berbadan tegap dan berpakaian serba hitam dengan nama Oxley General terpampang di bagian bahu bajunya berjalan selangkah ke depan.
"kami menemukan dua alamat IP dengan sosok yang sama, sir." Kepalanya tertunduk dalam, tak berani menegakan atau sekedar melirik Reza saat ia berucap. "Joseph Antonio memiliki wajah yang sama dengan Robert Robinson yang mana alamat IPnya kami temukan sebagai pemilik rekening yang mencuri uang anda, sir."
Reza terlihat agak binggung dan linglung.
"Apa yang kau punya untuk di laporkan, Jones?" Kini pandangan Reza, tertuju kepada sosok Jones yang berdiri agak jauh dari mereka. Jones menganggukan kepalanya menyapa tatapan Reza, dan menundukkan kepalanya kembali seperti yang lain.
"Saya sudah mengabari Keluarga Hartanto jika anda akan terbang ke Indonesia beberapa hari lagi, sir. Juga saya sudah mengirimkan mata-mata terbaik yang kami punya untuk melacak keberadaan Joseph. Mereka sudah terbang sekitar dua puluh lima menit yang lalu menujuh Indonesia, tetapi ada sedikit masalah dengan keluarga Hartanto."
Alis Reza saling bertautan, matanya menyipit binggung menatap Jones di ujung sana. Entah mengapa, alam bawah sadar Reza merasa tak enak saat Jones mengatakan ada sedikit masalah dengan keluarga Hartanto. Seperti, Reza merasa itu bukan sekedar sedikit masalah saja.
"Masalah apa, Jones?"
"Nyonya Liliana, meminta anda memegang kursi Presdir sementara Hartanto grup."
"WHAT!!"
MR. REZA EERSTE OXLEY
NP;
SEBENARNYA REZA VERSI AKU ITU PERPADUAN ANTARA DIA DAN MATA BIRUNYA CHRIS HEMSWORTH (PEMERAN THOR).
TO BE COUNTINUE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Kurnia Mila
2 kata dariku,,,,Hot Guy,,,😍😍😍
2021-08-04
0
Mlly Ferli
keyen and cakeppp
2021-07-02
0
🍑🍒ara chan 🌺💘💝
cocok banget thor
2021-06-04
0