City of Manchester, Britania Raya
Seks tanpa pikiran dan rasa, itu sangat menyenangkan untuk di lakukan. Tidak ada cinta, tidak ada komitmen, harapan, dan tentunya kekecewaan. Reza tak perlu juga mengingat nama semua wanita yang pernah ia tiduri. Entah, itu Dammie, Shakira, atau Jullie. Terserah. Yang ia butuhkan hanyalah erangan dan desahan yang keluar baik di atas maupun di bawah ranjangnya. Ia sangat menyukai itu, seperti sebuah candu yang ingin ia lakukan lagi dan lagi. Tanpa memerlukan komitmen apalagi ikatan.
Reza Eerste Oxley, seorang pria matang, memikat yang memiliki setengah kekayaan kota Manchester. Seorang jenius muda, yang menjabat sebagai CEO sekaligus pendiri Oxley General.
Oxley General sendiri, adalah perusahaan yang bergerak di bidang persenjataan dan alat perang. Produk buatan Oxley General memiliki reputasi yang begitu baik dalam pembuatan senjata dan amunisi perang. Tak heran, jika Oxley General menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan persenjataan terbaik di Eropa saat ini. Juga telah bekerja sama dengan beberapa badan intelijen dan pertahanan negara, seperti MI6, S.W.A.T, S.H.I.L.E.D, Bundesnachrichtendienst, DGSE, dan lain sebagainya. Membuat nama sang pendiriannya begitu tersohor dan di kagumi hampir di seluruh belahan bumi.
Namun, tidak untuk kehidupan pribadinya. Reza begitu amat tertutup dengan urusan keluarga maupun percintaannya. Masyarakat dunia, bahkan tak mengenal bagaimana ibunya, ayahnya atau kakak dan adik kandungnya. Dunia hanya mengenal sosok Reza, sebagai miliuner muda jenius yang berhasil mendirikan perusahaan sebesar Oxley General.
Dia berbaring, termenung menatap dinding kamar megah dengan seorang wanita bertubuh ramping bak gitar spanyol terlungkup di dekapannya, terlihat jelas tubuh telanjang itu penuh dengan luka, entah itu sayatan cambukan atau goresan. Semua itu hasil seni tangan seorang Reza. Reza tak tidur, terlalu gelisah untuk tidur.
Malam ini, adalah Jessie seorang pegawai magang yang ia temui saat mabuk malam tadi, tidak sulit mengajaknya untuk naik ke atas ranjang dan menghangatkan tubuhnya. Dengan di iming-imingi sebuah pangkat juga tentunya uang, ia sudah bisa membawa wanita bersurai blonde itu. Reza merangkak, turun dari atas ranjang dan mengenakan kembali pakaiannya, setelah membaca sebuah pesan dari ponselnya. Ia bersiap untuk pergi, ketika Jones asisten sekaligus sopir pribadinya telah menunggu di luar hotel. Tak lupa, Reza meninggalkan selembar cek senilai tiga ribu poundsterling.
Di tepi jalan, Jones sudah menunggu sang majikan di bawa guyuran salju dengan sebuah Audi hitam metalik.
"Selamat malam, sir." Jones membuka pintu mobil belakang, dan Reza segera masuk ke dalamnya.
"Ada masalah apa, Jones?" tanya Reza dengan suara khasnya; dingin, dan sedikit serak, saat Jones menutup pintu dan masuk ke kursi mengemudi.
"Ada sesuatu terjadi di kantor, sir."
Audi hitam berplat khusus melaju dengan kecepatan sedang membelah kota Manchester di musim dingin malam itu. Reza duduk di belakang, sambil melonggarkan dasi abu-abu yang melingkar di lehernya. Ada sebuah getaran hebat yang tiba-tiba, ia rasakan menghantam tulang belakangnya.
"Apa?"
"Seseorang meretas data pribadi anda dan beberapa saat yang lalu sebuah Rootkit di kirimkan untuk menyerang sistem kita."
Alisnya melengkung menyerupai busur panah. Dia menelan ludahnya kasar, mencoba mereda amarah yang secara tiba-tiba mencuat pada dirinya.
"Apa yang berhasil dia ambil dari kita, Jones?"
"Semua data Oxley General, sir. Dan..." Jones menjeda ucapannya, ia melirik tuannya dari kaca spion, menimbang-nimbang sejenak ucapannya yang akan ia katakan, "Data anda, termasuk rahasia gelap yang selama ini publik tidak tau."
Reza mendidih. Nampak terlihat begitu jelas. Tangannya mengepal keras, matanya membulat penuh dengan tatapan menyalah bak bola api. "Darimana asalnya?"
Oh, sial. Jones diam-diam melirik Reza dari spionnya lagi. Jelas gurat marah itu nampak di wajah tampan nan memikat majikannya, membuat dia kini di landa panik. Ia harus bicara, sekarang atau tidak selamanya. Meskipun alam bawah sadarnya tidak mengijinkan. "Mereka belum memastikannya."
"Sial." Reza meninju jok mobil dengan begitu keras. Mengumpat frustasi pada dirinya juga hacker sialan yang telah berani meretas sistemnya. "Cepat suruh semua orang cari berandal sialan itu, jika sampai 1x24 jam mereka tidak menemukannya akan ku pastikan perusahaan mereka habis."
Jones bergerak cepat, menghubungi departemen teknologi juga bagian IT.
Saat mobil berhenti tepat di sebuah gedung perkantoran besar, mewah dua puluh lima lantai, yang semua terbuat dari beton dan baja kuat dengan kaca lengkung menyelimuti seluruh bagian, Reza langsung turun dari dalam mobil, tanpa menunggu Jones membukakan pintu untuknya.
"Apa kata mereka?"
Jones berjalan mengikuti tuannya dari belakang, dengan tangannya diam-diam menekan earphone yang terpasang di telinga sebelah kanan.
"Mereka sedang berusaha, sir..."
"Apa?" Tubuh tegap, kharismatik itu berhenti, menoleh dan menatap jones dengan mata tak sabar.
"Mereka telah berhasil mengambil satu juta poundsterling, sir."
Tak ada yang mampu membuat seorang Reza marah, kecuali pengkhianat dan penjarahan. Maka dari itu saat mendengar Jones berkata uangnya telah raib, kemarahan langsung mencuat dan berkobar pada dirinya. Manik biru terang nan memikat serta tajam itu, menatap Jones dengan nyalang. Matanya benar-benar sudah tertutup kabut api kemarahan. Dengan kasar, Reza mencengkeram kerah jas abu-abu yang Jones kenakan.
"Kau cari bedebah sialan itu, atau seluruh perusahaan IT yang kau pekerjaan akan ku ratakan menjadi tanah."
Tidak ada kata selain meng-iyakan permintaan sang majikan. Kata iya pun seolah begitu sulit keluar dari vita suara Jones. Ia terlalu takut, saat melihat Reza dalam keadaan marah seperti ini.
Sementara di gedung yang sama, tepatnya di ruangan kendali semua orang di dalam sana nampak begitu panik. Mereka berlari kesana-kemari, berteriak satu sama lain, melontarkan kode-kode komputer yang hanya mereka mengerti satu sama lain. Keadaan begitu kacau, mereka yang berada di sana terus berusaha mematikan dan menghilangkan virus Rootkit yang menyerang perusahaan persenjataan itu.
"Apa kalian sudah menemukan dari mana serangan ini berasal?" Seorang parubaya berdiri tepat di tengah-tengah ruangan, berkacamata tebal dengan kumis tipis menghiasi wajahnya.
"Bekasia, Indonesia... Uhmm maaf, maksudku Bekasi, Indonesia, sir," jawab seorang pemuda berpakaian serba hitam yang duduk diantara mereka dengan sebuah monitor di depannya.
"Apa kalian sudah mangonfigurasi ulang DNSnya?"
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, sir selain memadamkan keseluruhan sistem, membersihkan sistem yang terinfeksi, dan memulihkannya kembali," sahut pemuda lainnya.
"Are u crazy?" Reza muncul dari balik pintu besi kaca ganda di ikutin dengan Jones. Nampak pria yang baru saja berkata demikian langsung memundurkan tubuhnya menjauh dari Bos besarnya.
"Ester apa pegawai mu ini gila? Menyuruh mematikan semua sistem perusahaan ku? Semua produksi persenjataan ku akan terhenti, itu akan sangat kacau."
Ester, parubaya yang berpangkat kepala IT itu melangkahkan kaki mendekat membungkuk tubuhnya sedikit dan berkata, "mohon maaf, sir. Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk mengeluarkan virus itu karena jika hanya mematikan dan menghidupkan server sementara, virus itu akan berkembang ganda bahkan berkali-kali lipat. Liat, mereka telah berhasil mengambil dua koma miliar poundsterling uang anda. Mengalihkan semua lalu lintas internet kita. Ini sangat berbahaya, sir. Karena takut-takut mereka malah mengambil alih tombol senjata nuklir yang anda miliki."
"Dari mana serangan berasal?" tanya Reza kepada Ester.
"Bekasi, Indonesia, sir," jawab gugup Ester.
"Sir, saya menemukan sebuah alamat IP dengan pengguna Joseph Antonio." Tiba-tiba seorang wanita berpakaian sama dengan yang lain berujar.
Darah pembunuh langsung bergejolak pada diri Reza. Rahang tegas itu nampak bergemuruh, matanya nyalang begitu panas bak bola api yang siap menerjang siapapun. Pengkhianat yang berhasil kabur dari dirinya dulu, kini kembali berulah. Kali ini, sudah tak ada lagi hukuman yang pantas untuk berandalan sialan yang sudah menghabiskan hartanya itu, selain nyawa.
"Tangkap berandal sialan itu, kirim pesan kepada mereka jika saya akan segera terbang ke Indonesia."
TO BE COUNTINUE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Baiq Widya Shinta
Wanita di Lawan 😂😂
2024-07-01
0
hannina
menegangkan....
2021-08-24
0
Nana effendy
seru perpaduan lokal n interlokal🤭😁
2021-07-29
0