Pukul tujuh lewat tiga puluh, masih terlalu pagi untuk jalanan di Belgrave square, London. Tapi tidak untuk, Jones. Pagi-pagi sekali dia sudah melakukan aktivitas rutin; joging mengelilingi taman yang berdekatan dengan beberapa gedung kedutaan besar. Sengaja, ia tidak kembali ke Manchester. Dikarenakan Reza menyuruhnya untuk tetap tinggal, sampai ia tiba pukul sepuluh pagi nanti.
Turis lokal maupun internasional, sudah memadati area taman. Walaupun tidak terlalu penuh, seperti hari biasanya. Gedung-gedung kedutaan tertutup rapat. Terkunci dan tak beroperasi. Namun, bukan itu tempat tujuan para turis berkumpul disana. Para turis yang berasal dari penjuru Inggris dan dunia itu hendak menuju istana Buckingham, tempat keluarga kerajaan Inggris tinggal. Biasanya dihari-hari sebelum pandemi jalanan sepanjang beberapa kilometer menujuh istana selalu di padati pengunjung. Mulai dari, Kensington garden, Trafalgar square, hingga stasiun bawah tanah Victoria.
Setelah hampir satu setengah jam berlari tanpa letih, akhirnya Jones menyerah. Bukan karena lelah, melainkan udara yang begitu mencekik membuat kulit putihnya tercekat menggigil. Buru-buru, ia berjalan menaiki anak tangga hotel dan menghilang di balik lift mewah berdinding keemasan.
Sementara di Manchester, alarm berdering begitu keras membanguni penghuni kamar. Tangan Reza terjulur, mencari benda yang begitu mengganggu mimpi indahnya. Matanya mengerjap berlahan, melirik alarm yang menunjukkan pukul delapan pagi. Tubuhnya bangkit, beringsut bangun berjalan dengan gontai menuju kamar mandi. Shower berbunyi, menunjukkan orang di dalamnya sedang membersihkan diri.
Mrs.Wheels, paruhbaya berambut pirang juga telah tiba saat Reza sedang bersiap. Dengan telaten, dia segera menyiapkan sarapan berupa; telur, roti, sup kacang merah, sosis, juga puding hitam.
"Selamat pagi Mr.Reza." Mrs.Wheels melepaskan efron yang melekat di tubuhnya saat Reza berjalan kearah dapur.
Senyum tersungging, Reza duduk di kursi bar dapur dan langsung menyantap sarapan yang di buat Mrs.Wheels tanpa menjawab sapaan hangat dari wanita berusia sekitar lima puluhan itu.
"Malam ini, anda bisa pulang cepat tidak usah membuatkan ku makan malam." Sambil meraih garpu dan pisau, Reza menggotak-ngatik tablet di depannya.
"Apa akan ada sesuatu malam ini, tuan?"
"Saya dan Jones akan makan malam bersama dengan tamu dari Indonesia."
Mata Mrs.Wheels berbinar. Hatinya terhenyut senang. Mungkinkah adik kandung tuannya yang datang?
"Baik, tuan. Semoga malam ini akan menjadi malam menggembirakan itu anda." Membungkukkan tubuh dan berpamitan pergi untuk membersihkan rumah.
Meski usianya sudah di bilang senja, Mrs.Wheels terlihat masih begitu gagah. Ia juga seorang yang kompeten dalam bekerja. Tak heran, Reza mempercayai untuk mengurus semua pekerjaan rumahnya.
Saat tangannya masih sibuk mengutak-atik tablet, sebuah pemberitahuan sosial media membuyarkan fokusnya. Reza mengeser layar, berganti ke halaman website sosial media yang baru saja berbunyi. Sebuah foto liburan dua sejoli terpampang disana. Seorang lelaki dan perempuan, saling berpelukan dan tertawa lepas, disebuah gurun pasir Bromo. Reza mengenal lelaki itu. Judika, adiknya. Namun, entah siapa wanita berambut panjang bergelombang dengan senyum indah bak bunga yang baru merekah.
"Cantik." Gumamnya tak jelas, sambil tersenyum simpul dan menutup halaman website. Kembali ke pekerjaannya.
Oxley General Airline mendarat dengan sempurna di landasan bandara London Heathrow. Pintu pesawat berlahan terbuka. Jones dengan kemeja kotak-kotak berdiri dengan gagah menyambut. Saat pintu sempurna terbuka, tak kalah gagahnya sang tuan, Reza turun dengan angkuh dari dalam pesawat mengenakan setelan jas berwarna navy dengan dasi merah yang begitu cocok untuknya. Mereka berjalan beriringan, diikuti bungkukan kepala dari beberapa staf bandara juga anak buah Oxley General yang berbaris rapi di di samping kanan dan kiri Reza, yang ikut menyambut kedatangannya. Dia bak ratu Elizabeth dan pangeran Philip yang begitu amat di hormati oleh seluruh rakyatnya.
"Bagaimana pertemuan mu dengan Leo?"
Jones mendesah, mengingat kejadian menyebalkan saat ia bertatap langsung dengan seseorang bernama, Leopard. Wajah dan profesinya terlihat begitu kontras bagi Jones.
"Lelaki yang menyebalkan," jawabnya dengan gelengan kepala.
Reza tergelak mendengar ucapan Jones. Dia tau betul bagaimana sifat anak dari koleganya itu. Tak jauh berbeda dengan Jones, yang sama-sama memiliki sifat menyebalkan.
"Tuan, kau di bilang jomblo." Langkah Reza terhenti, saat Jones berkata demikian. Kepalanya menoleh menatap berlahan wajah Jones. Kembali Reza menyungingkan senyum, berjalan kebelakang tubuh Jones, dan mencengkeram kedua bahu Jones kuat-kuat.
Tubuh Jones bergetar, alam bawah sadarnya mulai merasa ketakutan. Apa dia berucap salah? Jika, ya. Sudah dapat dipastikan, itu adalah hari terakhir Jones melihat indahnya matahari terbit.
Kepala Reza mendongak, memijat bahu Jones dan membisikkan sesuatu kepadanya. "Kita akan balas perkataannya nanti."
****
Kamar hotel mewah disalah satu hotel ternama di London, di sulap menjadi ruang kerja darurat Reza. Dia tepekur dengan laptop di depannya, sementara Jones duduk tak jauh darinya, juga sama dengan fokusnya dengan tuanya.
Reza mendesis, merasakan sakit di kepalanya kembali menghinggapinya. Berlahan, Reza meminjat tekuk lehernya mencoba mereda rasa sakit yang kian menjalar mendera.
"Apa anda baik-baik saja, tuan?" Jones melihat khawatir tuannya, yang bersandar sambil memejamkan matanya di kursi putar empuk.
"Saya tidak apa-apa." Katanya dengan suara tersendat. "Apa kau sudah mengumpulkan semua kejahatan Joseph untuk di berikan kepada Leo nanti malam?"
Jones berdiri, membawa amplop putih besar tebal dan mendekat ke meja kerja Reza. "Semua ada disini tuan. Termasuk identitas semua orang yang terakhir kali bertemu dengannya sebelum Joseph di tangkap polisi."
Tubuh Reza mengeliat mencoba meregangkan otot-ototnya yang kaku. Ia merubah posisinya, kembali duduk menghadap meja besar. "Lalu apa kau sudah mencari bukti bagaimana polisi bisa menangkapnya."
"Ya, sir." Kepala Jones mengangguk. Mata berbinar penuh percaya diri, seperti tidak sabar ingin menceritakan semua yang ia temui kepada tuannya.
"Laporkan," titah Reza.
"Satu bulan sebelum Joseph meninggalkan rumah sakit milik tuan Leopard dan ketahuan kejahatan oleh tuan Leopard. Sebuah pesan misterius dikirim ke kantor polisi Jakarta pusat, dari seseorang ber-Id 'BIG BOS'. Pesan itu berisikan sebuah foto penjagalan manusia, yang dilakukan oleh anak buah Josep. Juga ada transaksi jual beli organ tubuh dan narkotika dari berbagai negara. Polisi sebelumnya menduga itu hanya pesan iseng dari seseorang. Tetapi sebulan kemudian, tepat satu jam sebelum pertemuannya dengan Stella Sasmita seorang jurnalis yang di tuduh pengkhianat negara juga yang saya tau adalah sahabat tuan Judika, sebuah bukti otentik dikirimkan ke kantor polisi sama, Jakarta pusat. Sama dengan pesan pertama yang dikirim melalui email, bukti-bukti itu juga dikirim melalui email tetapi dengan pengirim yang berbeda. Namanya 'Dandelion666' hingga sekarang baik BIG BOS ataupun Dandelion666 tidak terlacak oleh polisi. Mereka hanya anonim yang begitu handal menyembunyikan diri."
Reza termangu, mencerna semua kata-kata yang Jones ucapkan. Pikirannya berkecamuk sendiri. Bertanya-tanya siapa dua anonim yang dengan berani melaporkan kebusukan Joseph. Namun, saat ia masih berkecamuk dengan pikirannya. Tiba-tiba otaknya berkerja, sebuah pertanyaan menyergapi dirinya tiba-tiba. Ia menatap Jones asisten setianya itu lekat. Mengepalkan kedua tangannya dan berdiri menantang.
"Apa mungkin, BIG BOS, dan Dandelion666 adalah orang yang sama, yang meretas dan mencuri data pribadi ku?"
TO BE COUNTINUE....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Berdo'a saja
akhirnya lanjut baca disini
2023-11-03
0
𝖘𝖆𝖉🌷R⃟h𝕮𝖑°𝐍𝐍᭄
mantaaap.... si Reza d mulai menyadari nya.... tinggal tunggu kejutannya aja 😅
2021-04-08
0
Rafiah Taufik
lanjut thor
2020-12-27
1