" Teteh kata ayah tadi teteh pingsan karena salatri ya? Salatri teh apa?" tanya Teduh ketika dilihatnya Aluna baru masuk kamar dan merebahkan diri. Badannya masih terasa pegal-pegal.
" Salah tiga.." ucap Aluna asal saja, yang penting Teduh cepat keluar dari kamarnya. Padahal salatri itu dalam bahasa sunda artinya kondisi lapar yang berlebihan.
Teduh membulatkan mulutnya membentuk huruf O tanda mengerti dengan ucapan kakaknya yang menyesatkan.
" Berarti teteh gak dapat nilai sepuluh dong, gak dapat bintang kayak ade si sekolah. Iih kakak mah bodo." ucap Teduh seenaknya sambil naik ke atas ranjang Aluna dan loncat-loncat.
" Iiih ade ah..jangan loncat-loncat teteh masih pusiing. Bundaaa...ini Teduhnya kandangin geuraaa. Aku mau tiduuuur." teriak Aluna dan Bunda yang memang baru saja akan masuk kamar Aluna langsung berpetuah pada kedua kakak beradik yang jarang akur itu.
" Si teteh meuni sampai bilang dikandangin, emang adik kamu kambing apa? Ade udah atuh jangan gangguin teteh mulu, itu tetehnya lagi sakit. Kamu main aja sana sama temen-temennya. Kalian mah adik kakak teh meuni gak akur ya. Gimana nanti kalau Ayah sama Bunda udah gak ada. Mau begini terus emangnya." Ibu Laras langsung berpetuah.
" Si ade nya bandel sih, aku jadi kesel terus sama dia tuh. Udah ah..sana main aja di luar. Teteh mau tidur."
Teduh lalu turun dari tempat tidur dan menghampiri Bu Laras, bundanya.
" Ongkosnya dong Bun kalau mau ade keluar.." Teduh langsung meminta sogokan agar bersedia pergi dari kamar Aluna.
" Kamu iih...kecil-kecil udah jatprem (jatah preman) sama Bunda. Gedean dikit mau jadi apa kamu teh?" Aluna langsung sewot.
" Jatprem apa Bun?" tanya Teduh polos.
" Kamu iih ngajarin adiknya kata-kata yang gak bener aja. Ga usah diikutin ya de. Gak baik itu mah kata-katanya. Ade kalau disuruh sama ayah, bunda atau teteh gak boleh minta imbalan gitu. Kalau dikasih imbalan baru nurut, kalau nggak dikasih jadinya gak mau. Gak boleh gitu, gak ikhlas namanya."
Teduh langsung merengut dan berlari keluar kamar menghindari ceramah Bunda nya yang bisa saja panjang kali lebar. Agresi pemalakannya gagal telak.
" Ari teteh kenapa sih bisa sampai pingsan di taman gitu?" tanya Ibu Laras merasa heran karena tak biasanya Aluna kelayapan kemana-mana dulu setelah pulang sekolah.
Aluna bungkam, takut orang tuanya akan marah bila dia mengatakan yang sebenarnya.
" Aluna mau hemm...beli atribut sekolah. Kan disana banyak tukang bordir, Bun. Buat seragam yang baru." bohongnya. Aluna ingat bahwa Bundanya membelikan seragam baru dua hari kemarin dan belum lengkap atributnya. Sehingga hal itu dijadikannya alasan. Padahal bukan begitu ceritanya.
" Makanya lain kali tuh sarapan dulu, di sekolah pas lagi istirahat beli makanan yang ngenyangin. Jangan jajan sembarangan apalagi sampai nahan lapar begitu. Nanti perut teteh bisa sakit. Ngerti?"
Aluna mengangguk pelan, dia merasa tak enak sudah membohongi orang tuanya. Tapi tak mungkin juga bila dia harus berkata jujur. Bisa - bisa kena omelan panjang lebar juga.
Setelah Bunda nya keluar dari kamar, Aluna langsung meraih handphone nya secepat kilat. Dia ingin mengetahui kabar pujaan hatinya. Apakah sudah sampai di rumah dengan selamat sentosa?
Galang udah sampai rumah? Makasih ya tadi udah bawa Luna ke rumah sakit. Makin sayang deh..hehehe..♥️
Satu menit, lima menit, sepuluh menit, setengah jam masih belum dibaca. Apalagi dibalas. Padahal dengan segenap jiwa raga, Aluna mencoba mengirimkan pesan romantis untuk Galang dan menghiraukan harga dirinya. Tiba-tiba..
Ting
Terdengar notif pesan masuk di handphone Aluna. Dengan cepat dia meraihnya. Ternyata dari Handi fans garis keras Aluna lovers.
Luna..tadi Handi lihat Luna keluar dari rumah sakit, kebetulan Handi lagi besuk saudara. Luna kenapa? sakit juga? apanya yang sakit? udah baikan belum sekarang? boleh Handi jenguk gak?
Aluna langsung merasa kecewa, berharap yang mengirim pesan dan khawatir padanya adalah Galang, eh ternyata malah Handi.
Aluna malas membalasnya, dilemparkannya handphone diatas kasur sembarangan saja.
Ketika sedang sibuk merengut di dalam kamar, tanpa disadari Teduh masuk dan menyambar handphone nya.
" Teteh, ade pinjam handphone nya ya. Mau nonton youtube."
Aluna langsung terperanjat kaget.
" Enggak ah..teteh lagi nunggu whatsapp dari temen teteh. Cepet siniin hape nya." Aluna hendak mengejar Teduh, tapi teduh berkelit dan berlari keluar kamar.
Aluna langsung berlari mengejarnya, bisa gawat kalau Teduh melihat pesan yang dikirimkannya kepada Galang.
Sambil berlari-lari, Teduh mencoba membuka sandi handphone Aluna dan melihat aplikasi whatsappnya.
" Ayah...Bundaa...tah si teteh kirim-kirim pesan pakai lambang cinta-cintaan..!! teriak Teduh.
Aluna semakin beringas dan langsung menyambar handphone nya yang sedang asyik dibaca Teduh. Meskipun Teduh belum lancar membaca karena masih TK. Tapi dia tahu kalau lambang hati berwarna merah itu mewakili ungkapan cinta.
Pletakkk
Aluna menjitak kepala adiknya karena sudah iseng membaca pesannya.
" Huwaaaaa..... Bundaa si tetehnya jitak adeee....bbrbrbrpp..." Teduh langsung menangis kencang tapi langsung dibungkam oleh Aluna kemudian menyeretnya keluar rumah.
" Cup..cup..maafin teteh yaa..maaf yaa..jangan bilang sama ayah bunda ya ade ganteng. Nanti teteh beliin eskrim deh..dua..hehehe.." Aluna langsung panik dan menghibur Teduh agar berhenti menangis.
Teduh langsung berhenti menangis meski masih sesenggukan.
" Gak mau dua. Beliin lima..sama coklat juga." Teduh langsung pasang harga mahal.
Memang punya sifat tukang palak ini anak. Pikir Aluna. Tapi dia tak bisa apa-apa. Dari pada Teduh ngoceh sama orang tuanya, lebih baik disuap saja untuk kali ini.
" Oke..oke..5 eskrim plus 1 coklat. Tapi jangan bilang sama ayah bunda ya. Janji.."
" Iya.." Teduh langsung nyengir dan membersihkan sisa-sisa air mata dari sudut matanya.
" Hayu pergi beli sekarang.." Aluna langsung menuntun tangan Teduh dan membawanya ke warung serba ada dekat rumahnya..
Teduh langsung berlari ketika warung sudah di depan mata dan mengambil lima buah eskrim berbentuk corong serta satu batang coklat yang berukuran besar.
Serius malak ini anak..aduuuhh bekal bulanan aku berkurang banyak kalau begini caranya sih. Aneh banget ayah kasih nama dia Teduh, boro-boro meneduhkan yang ada bikin kering kerontang kalau begini mah..si Teduh bener-bener perlu diwaspadai..
Aluna benar-benar kesal melihat Teduh mengambil banyak barang dan tersenyum lebar kearahnya merasa memenangkan pertandingan. Adiknya benar-benar pintar memainkan psikis seseorang. Rasanya ingin sekali lagi dia menjitak kepala Teduh yang sekarang cengar-cengir penuh kemenangan.
Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk ke handphonenya. Dari Galang..
Sama-sama, Na. Lain kali jangan lupa makan. Makasih udah sayang sama saya.
Hati Aluna seketika berubah jadi taman bunga. Dia kemudian mencium layar handphone nya berkali-kali. Dan merasa ikhlas meski Teduh sudah merampok uang bulanannya lumayan banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
♏pi Mυɳҽҽყ☪️☀️
emak ge hayang miluan ngajitak si teduh.
meuni gummussssssssss😁
2021-04-18
0
Arab Markonah
salatri.... 🤦
2021-01-28
1
dionyzeus
Hai kak! Cerita yg bagusss.. aku kasih like + rate bintang 5 loh!
Aku akan mampir lagi klo kakak mampir di karyaku "THE COLD CEO"
Aku tunggu feedback nya
Terimakasih kak!
2020-11-22
0