Setelah mendengarkan kisah hidup Nini Sangga geni, Saraswati dan anaknya keluar dari gubuk, tapi mereka masih melihat Nini Sangga masih duduk di balai-balai bambu, dan menyandarkan punggungnya di salah satu kayu penyangga gubuk itu.
Masih terlihat oleh Saraswati, Nini Sangga masih termenung, air matanya menetas terlihat dari sela-sela pipinya yang keriput, penampilan Nini Sangga sangat berbeda, Ia tak seseram tampilan awal.
Setelah ia membuka topeng kulitnya, masih terlihat sisa-sisa kecantikan saat masa muda dulu. Hari ini Saraswati dan Wirayudha tidak berlatih, mereka akan memasak dan membuat makanan yang paling enak, untuk menghibur hati Nini Sangga. Mereka membagi tugas, Saraswati mencari buah-buahan dan sayuran, sedangkan Wirayudha pergi ke sungai untuk mencari ikan.
Setelah lama kemudian, semuanya sudah selesai terhidangkan di samping Grojokan air (air terjun) yang paling kecil, mereka memasang alas tikar pandan, nasi yang hangat tersaji di bakul bambu, ikan bakar pun masih mengepul dan wanginya menyebar, tak kalah sayurpun tersedia di disitu.
"Nini, berhentilah bersedih, ada kami disini yang menyayangimu, jika engkau berlanjut bersedih, betapa hati kamipun akan larut dalam kesedihanmu", lihatlah disana Wirayudha dari tadi dia terdiam tak dapat ku ajak bicara, karena ia bersedih melihatmu menangis!".
Nini Sangga geni tersentak dari lamunan, ia tak menyadari betapa ia terhanyut terlalu lama pada kenangan - kenangannya. Akhirnya ia bangun menghampiri Saraswati dan Wirayudha, mereka dengan lahap memakan makanan yang sudah terhidangkan, akhirnya ada senyuman di bibir Nini Sangga, apalagi suasana itu makin hangat karena di warnai dengan tawa dari Wirayudha.
Setelah semua nya selesai, mereka bertiga berkeliling. "Wirayudha, kau lihatkan air terjun disana itu?", telunjuk Nini sangga menunjukan Air terjun yang tidak terlalu besar, tetapi air itu datang dari tempat yang cukup tinggi, sehingga air yang jatuh kebawah cukup keras, "iya Nini aku melihatnya", Wirayudha sambil tersenyum, karena mamanggil Nini Sangga geni dengan sebutan yang sama dengan panggilan ibunya ke Nini Sangga. "Hussh..jagalah mulutmu Wirayudha, harusnya kau memanggil Guru pada Nini Sangga", Saraswati menegur anaknya. "Saraswati aku lebih suka anakmu memanggil aku dengan sebutan Nini, aku merasa ia sebagai cucuku sendiri".
Nini Sangga sampai dengan sekarang, tak mengetahui, bahwa Wiratama ayah dari Wirayudha adalah murid dari Eyang Padasukma kakak seperguruannya, karena selama ini Wiratama hanya bercerita kepada keluarganya di Jalaksana, bahwa ia berasal dari Mataram, bahwa dia pernah menjadi seorang Senopatipun, ia tak pernah bercerita, ia menutup rapat semuanya.
"Wirayudha mulai besok pagi kau berlatih pernapasan disana, kau duduk di bawah air terjun itu, sampai bisa mengalirkan seluruh tenaga dalammu ke tangan dan dapat membendung luncuran air itu dari atas, setelah kau bisa melakukannya, jangan kau merasa puas, segera kau berpindah ke tempat air terjun yang lebih besar, terus demikian sampai kau bisa mengalahkan seluruh air terjun yang ada di Grojokan Sewu ini. Wirayudha menatap Nini Sangga geni tanpa berkedip, ia ragu apakah bisa melakukannya?"
"Dan saat hari gelap, untuk melatih keseimbangan tubuhmu kau coba berlatih untuk meniti akar-akar yang terbentang melintang dari sisi sungai sampai ke sisi seberangnya, untuk kembali ke ke sini kau harus meloncati batu-batu berlumut yang menonjol di permukaan-permukaan sungai itu" Wirayudha tak ingin mengecewakan Nini Sangga dan ibunya ia pun mengangguk menandakan siap melaksanakannya.
Nini Sangga geni tersenyum puas mendengarkan jawaban dari Wirayudha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Thomas Andreas
bukan orang lain
2022-08-07
0
rajes salam lubis
mantap
2022-03-16
1
Mr. Muh
mantaf
2022-03-05
1