Surya mulai redup, cahayanya mulai tak nampak, tergantikan cahaya rembulan yang tidak terlalu terang. Wiratama berdiri di dahan besar yang dia tempati, rambutnya ia ikat dengan kencang, dan mempersiapkan diri untuk mulai melakukan penyerangan.
Tubuhnya melenting, meloncat ke pohon-pohon kembali, mengelilingi sarang dari perampok begal hitam, dari percakapan-percakapan penjaga-penjaga yang berada di pintu depan, memang benar, disanalah kediaman Ki Seda. "Hiaaat....hupp....loncatan Wiratama berakhir di atas bangunan dalam pagar, ia menelungkup dan mencoba melihat bagian dalam bangunan, mulai menghitung dan mempelajari kekuatan perampok-perampok itu. Dari celah lubang yang ia pakai, terlihat ada dua kamar dan ruang yang cukup luas untuk berkumpul. Ada sekitar dua puluh orang yang berada di dalam, di depan luar bangunan ada sepuluh orang yang sedang bersenda gurau.
"Ujang malam ini tidak hujan, tapi dinginnya seperti menembus tulang, ambillah persediaan tuak-tuak kita!" salah satu yang berbadan gempal itu menyuruh temannya. "baik Ki!" lalu ia berdiri dan berjalan menuju bangunan yang tidak terlalu besar berada di samping bangunan besar tempat Wiratama mengawasi.
"Hmm....ternyata itu gudang makanan kelompok ini "Hupp...dengan mudah Wiratama melompat ke belakang gudang tersebut. Kemudian dengan cepat ia membuat beberapa obor dari dahan kayu kering yang besar dan menyalakannya,
"Blam....blam....blam....obor itu ia lempar ke bangunan besar dan gudang makanan. dengan cepat api mulai merambat "Whush
...blam, teriakan-teriakan mulai ramai terdengar, baik dari dalam maupun dari luar, mereka berlompatan berusaha memadamkan api yang sudah membesar. "Ha...ha...ha....suara tawa Wiratama menggema, Wiratama mulai berjalan dan menusuk dengan tombak beberapa orang yang sedang berlarian, "Srap!...srap!...clash!...orang-orang itu mulai bergelimpangan bersimbah darah. "********-******** kecil keluarlah kalian!" hadapi kematianmu!" tombak pendek itu berputar-putar menghadang siapapun yang berlari ke arahnya membabat leher dan menusuk perut-perut mereka yang panik.
Semuanya berusaha mengeroyok Wiratama dengan berbagai macam senjata "trang..trang!...trang!.", terdengar suara senjata membentur keras, tetapi mereka bukan tandingan dari Wiratama, senjata mereka terpental dan jatuh.
"Hei Kunyuk! Siapa kau berani mengganggu kami?" seorang yang berbadan agak gemuk melompat ke arah Wiratama, saat ia di depan Wiratama, semua yang mengeroyok tadi perlahan mundur, memberikan ruang untuk mereka berdua berhadapan.
"Kau kah yang bernama Ki Seda?" Wiratama membentak sambil menunjuk dengan Tombak pendeknya. "Hrgggh....Ki Seda menggeram pendek menatap Wiratama dengan sengit. "Kunyuk!..aku bertanya kepadamu kau malah balik bertanya", "ya..akulah Ki Seda!", "Ha...ha...ha...Ki Seda! selama ini sepertinya kau bercermin di genangan air kotor, menganggap kau sendiri gagah dengan menyebutku kunyuk, Aku Wiratama, yang akan membalas semua perbuatanmu di Jalaksana! di mana istri dan anakku kau sembunyikan?". Ki Seda menatap ke depan, ia berkata dalam hati. "Hmm.... ternyata ini yang Arya permana maksudkan bekas Senopati Mataram itu".
Dengan maksud memancing kemarahan Wiratama, Ki Seda menyahut "Ha...ha...ha...istri dan anakmu sudah kami serahkan ke Arya permana, mungkin mereka saat ini sudah mati di makan anjing - anjing hutan".
Ki Seda sangat keliru, ia berharap saat Wiratama terpancing emosinya, ia akan kalap dan mudah di kalahkan. Wiratama bekas seorang Senopati, Ia terbiasa dengan kejadian-kejadian yang menekan jiwanya.
"Terima seranganku Ki Seda!" Wussh..tombaknya menusuk dengan cepat ke arah lambung Ki Seda, dengan golok nya ia menangkis tusukan tombak itu, sambil mengelak ke samping, "traang!..Ki Seda kaget luar biasa, ternyata benturan itu membuatnya tersurut dua langkah ke belakang. Tenaga dalamnya kalah tertindih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Thomas Andreas
salah dpt lawan ki seda
2022-08-07
1
rajes salam lubis
lanjut
2022-03-16
1
akp
seru nih
2021-05-04
6