Tak terasa pelatihan sudah berjalan selama enam bulan, terjadi perubahan-perubahan pada sosok-sosok prajurit binaan dari Wiratama, gerakan mereka terlihat tangkas dan gesit, tetapi menurut pandangan Wiratama dan Ki Bondan, belum terlalu sempurna.
Terdengar percakapan di dalam pondok Ki Bondan, selain ada Ki Bondan dan Wiratama, hadir pula sesepuh yang duduk sebagai pelatih sekaligus penasehat-penasehat pembentukan pasukan tersebut. "Romo, semua pasukan hampir sempurna, sesuai yang kita inginkan", "Ya anakku, semuanya berjalan sesuai rencana", sahut Ki Bondan, "tapi aku ingin kau latihlah lebih mendalam ke pasukan 100 pedang, ajari lebih banyak lagi mereka formasi - formasi pertempuran", dan kalian para sesepuh alas roban bagaimana kondisi pasukan berkuda?", "Semuanya berjalan baik Gusti Sepuh, mereka sekarang hampir lihai menggunakan senjata sambil berbagai macam posisi saat menunggang kuda". "Kami berencana mulai mengkombinasikan gerakan mereka dengan pasukan 100 pedang, agar mereka lebih memahami bagaimana cara mengisi lini-lini kekosongan saat-saat pertempuran nanti, agar pasukan berkuda pun memahami formasi-formasi pasukan 100 pedang saat melakukan penyerangan maupun ketika bertahan". Wiratama kemudian berdiri, lalu menjura memberi penghormatan kepada para sesepuh itu, "terimakasih yang tak terhingga atas kerja keras kalian para sesepuh" para sesepuhpun balas berdiri dan menjura, "Akh...jangan terlalu memberi penghormatan kepada kami setinggi itu Gusti muda, kami bisa seperti ini pun karena arahan dari Gusti sepuh dan Gusti muda sendiri".
Setelah itu Ki Bondan menutup pertemuan tersebut, dan memerintahkan beristirahat.
Setelah semuanya pulang. Wiratama mengatakan sesuatu pada ayahnya, "Romo, aku mohon saranmu, aku berniat menemui Eyang Padasukma di lereng Merapi, untuk memintah arahan beliau, dan kalau beliau berkenan, aku akan memintanya membantu".
"Hmm....Romo setuju dengan niatanmu, dan menurut romo, temuilah Kakang Padasukma gurumu! lebih cepat kau temui akan lebih baik, "Baik romo, rencana besok pagi aku berangkat menemui beliau". "Berhati-hatilah anakku!" lalu Ki Bondan memeluk Wiratama.
Esok paginya Wiratama berangkat menuju Desa Glangglang, dari sana lah ia kemudian naik ke lereng Merapi. Tiga hari Wiratama melakukan perjalanan, saat perjalanan naik, ia melihat-lihat pemandangan di sana, dilihat nya sekeliling, ada rasa bahagia saat-saat mengenang ketika Wiratama dulu di gembleng segala ilmu oleh Eyang Padasukma, sebenarnya secara keilmuan Wiratama melebihi kemampuan Eyang Padasukma, karena selain berguru padanya, saat itu kakek gurunya pun masih hidup dan ikut memberikan gemblengan kepada Wiratama, sampai dengan Eyang Rangga jaya guru dari Eyang Pada sukma meninggal karena sepuh. apalagi saat ini Wiratama pun banyak mendapatkan ilmu-ilmu kanuragan dari tanah Pasundan yaitu ksatria-ksatria Padjajaran yang tersembunyi. tetapi Wiratama tetap menghormati Eyang Padasukma sebagai gurunya.
Telah sampailah Wiratama di depan sebuah pondok yang sederhana dan asri, di depan pondok itu ada semacam rumah joglo kecil yang terbuat dari kayu, terlihat seseorang yang sudah sepuh, kurus, rambutnya panjang putih yang di gelung ke atas dengan rapih, duduk bersila sambil membaca kitab.
saat Wiratama mendekat, orang tua itu berdiri dan langsung berjalan mendekat, berhenti mengamati pada sosok Wiratama. Wiratama langsung menjatuhkan diri di depan kaki Eyang Padasukma, "Eyang, Wiratama menghadapmu!", Eyang Padasukma langsung mengangkat Wiratama berdiri, lalu memeluknya, "Ah..Wiratama, kau semakin gagah dan sehat, ayo kita masuk ke dalam pondok, pantas saja semalam aku bermimpi medapatkan Kembang Jayawijaya, ternyata engkau yang datang menyambangiku".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Thomas Andreas
galang kekuatan
2022-08-08
0
rajes salam lubis
bagaimana bentuknya tu thor, jayawijayakan nama gunung
2022-03-16
2
Coffee junior
mantap..singkat padat dan jelas....
2020-10-28
5