Sinar mentari pagi membias masuk menyinari sudut-sudut ruangan. Suara kicauan burung terdengar samar-samar menggema di udara. Wanita yang sedang tidur tengkurap itu enggan membuka matanya. Suasana yang begitu tenang membuat tidur nya semakin pulas. Berbeda dengan kontrakanya yang begitu bising.
Di mansion luas dan mewah itu, terlihat ramai dengan aktivitas para pelayan yang berlalu lalang menjalankan tugas masing-masing.
Pun tuan Dirga ia berjalan menuruni anak tangga satu persatu, nampak segar kala mengenakan kaos pendek berwarna putih dipadukan dengan celana kempol selutut berwarna hitam. Mengingat hari ini akhir pekan. Ia melangkahkan kaki panjang nya menuju suatu pintu, yakni pintu kamar tempat ia kemarin melihat sesuatu yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia perlahan mengetuk pintu dan memanggil nama sang penghuni kamar.
Tok..tok..tok..
"Maya kau didalam?"
"Maya bangun!" tidak mendapatkan jawaban.
"Maya kau dengar aku tidak?" pekik nya dengan nada mulai kesal.
**
Suara bising dari luar merusak mimpi indah wanita tersebut, ia ingin mengabaikan suara itu tapi lama-lama semakin tidak terkendali. Dengan berat ia mengerjapkan matanya, menggeliat merentangkan kedua tangannya. Ia berusaha melebarkan bola matanya. Dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna ia menyeret langkahnya menuju pintu dan segera membuka pintu.
"Ada apa?" tanya nya serak khas orang bangun tidur, pandangannya samar-samar melihat sosok pria sedang berdiri dengan tangan menyilang di dadanya.
"Kenapa lama sekali?, apa kau sengaja membuatku menunggu?, apa saja yang kau lakukan hah?" celoteh pria itu sambil menatap kagum wanita yang ada di hadapanya.
"Cantik" lanjutnya dalam hati, menatap penampilan Maya dengan rambut yang sedikit berantakan, tetapi terlihat tetap cantik.
Maya benar-benar membuka matanya lebar ia begitu terkejut melihat siapa yang sedang berdiri di hadapannya. Ia segera merapikan rambutnya dengan kedua tangannya.
"Ahh, maafkan saya tuan. Ada apa tuan datang pagi-pagi sekali?" tanyanya masih merapikan rambutnya, tersenyum cengengesan.
Dirga tidak menjawab, ia mendekatkan jam tangan berwarna coklatnya di depan mata Maya.
Wanita itu terkejut dengan sesuatu yang hampir mengenai matanya, ia memperhatikan lekat ke arah jam itu. Dan betapa lebih terkejutnya, ketika ia melihat angka yang tertera di sana 07.31. Maya melihat sekilas ke arah Dirga, berjalan mundur dan segera menutup pintu rapat-rapat. Menyandar tubuhnya di balik pintu, dan menghembuskan nafas panjang nya.
"Maafkan saya tuan, saya akan segera mandi" teriaknya di balik pintu dengan wajah malu. Yang pertama malu karena penampilannya dan yang kedua ia salah memprediksi waktu.
Ekspresi Maya yang begitu menggemaskan membuat Dirga terkekeh geli, ia benar benar terhibur dengan tingkah konyol wanita itu.
"Cepatlah, papa mama sudah menunggu di ruang makan" bohong Dirga, dilanjutkan tertawa lagi membayangkan betapa hebohnya wanita itu kala mendengarkan ucapannya.
Dan benar saja sang penghuni kamar itu segera berlari menuju kamar mandi, melucuti pakaiannya mulai membasahi tubuhnya. Sedangkan Dirga memilih menunggu, duduk di sofa yang ada di sebelah pintu.
Belum sampai 3 menit Maya sudah keluar dari kamar mandi mengenakan jubah mandinya, berjalan ke arah almari mengambil atasan berwarna putih dipadukan dengan celana pendek berbahan jeans. Ia menuju meja riasnya menyambar sisir dan segera merapikan rambutnya, tanpa memoles wajahnya. Kemudian ia mengambil sandal rumahan yang ada di rak sepatu.
Maya bergegas keluar kamar, kembali menutup pintunya. Ia tertegun melihat tuan Dirga duduk dengan santai sambil menyilangkan salah satu kakinya.
"T-tuan Dirga kenapa masih disini?" tanya Maya terbata-bata.
Mendengar suara yang tertuju kepadanya sontak membuat Dirga menoleh ke arah suara, menurunkan bola matanya mengamati penampilan Maya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Benar-benar cantik" pujanya dalam hati, mengamati setiap inci wajah Maya yang sangat natural. Ia tersenyum tipis bahkan hampir tidak terlihat.
Dirga beranjak dari duduknya.
"Kau sudah siap? Ayo pergi sarapan" ajaknya menarik tangan Maya tanpa mendengarkan persetujuan darinya.
**
Tampak di ruang makan sudah ada sepasang suami istri sudah duduk di kursi masing-masing.
"Ma, papa mencurigai sesuatu" ucap tuan Ambason menatap ke arah istrinya.
"Ada apa pa?" tanya mama dengan lembut.
"Sepertinya Fero sedang menyembunyikan sesuatu ma, tapi papa belum bisa memastikannya" ucapnya dengan gusar sambil memijat pelipisnya.
"Papa melihatnya kemarin, saat ia selesai menerima telfon" sambungnya lagi.
"Papa jangan terlalu memikirkannya, bagaimana kalau nanti kita menemui Fero dan mencoba mencari kebenarannya?" saran mama sambil mengusap lengan suaminya, berusaha memberikan ketenangan.
Dengan sentuhan istrinya, tuan Ambason merasa lebih tenang. Ia meraih kedua tangan istrinya dan mencium punggung tangannya secara bergantian, bak anak ABG.
"Baiklah ma" ucapnya menyetujui rencana istrinya, menatap penuh cinta ke arah istrinya. Sontak membuat nyonya Ambason tersipu malu.
"Hemmm"
Deheman seseorang membuyarkan keromantisan keduanya, melihat putranya memasuki ruang makan mama berusaha melepaskan tangannya dari genggaman suaminya. Tapi tuan Ambason semakin mempererat genggamannya.
Dirga mengajak Maya duduk, mereka duduk bersebelahan.
Papa menoleh sekilas ke arah putranya dan seorang wanita yang bersamanya, melihat mereka berdua berpegangan tangan tuan Ambason tidak mau kalah. Ia menarik kursi istrinya sehingga jaraknya sangat dekat.
Tanpa menunggu aba-aba tuan Ambason meraih tengkuk leher istrinya melum*t bibir istrinya dengan rakus. Nyonya Ambason yang mendapatkan serangan dadakan sempat merasa terkejut, tetapi tidak berlangsung lama ia segera membalas ciuman itu. Ia mengalungkan tangannya di balik punggung suaminya. Mereka saling bertukar saliva, saling menyesap dan merengkuh kenikmatan satu sama lainya.
Maya menautkan kedua alisnya, mata dan bibirnya membulat seketika. Ia reflek menutup wajahnya dengan kedua tangannya diikuti membuang pandangan wajahnya ke arah samping. Ia tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh orangtua itu.
Berbeda dengan Dirga, ia membuang nafasnya dengan kasar, memutar bola matanya tanda malas. Ia pun berdecak kesal melihat tingkah papa yang sebenarnya merasa iri dengan dirinya. Dirga pun mengacuhkannya dan lebih memilih fokus dengan wanita di sebelahnya.
"Hey kau tidak apa apa?" ucap Dirga lirih hanya terdengar oleh Maya. Ia memegang kedua bahu Maya.
Maya melihat Dirga dari sela-sela jarinya,
"Tidak kok, aku hanya terkejut saja" ucapnya di balik punggung tangannya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dirga meraih kedua tangan Maya sehingga wajah nya tidak lagi tertutup oleh sesuatu. Dirga menatap bibir merah ranum tanpa polesan lipstik sedikitpun itu tetapi terlihat tetap menggoda. Perlahan ia mulai mengalungkan kedua tangan Maya di lehernya, ia mendekatkan wajahnya sehingga sapuan nafasnya dapat menembus ke dalam tulang wajah Maya.
"Apa yang kau lakukan tuan?"......
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak. Like, coment, dan vote. Salam Sarange❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat ya kakak
2021-01-09
0
MAHARANI
org tua gelo 🤣🤣
2020-12-12
0
Dewi Ws
💖💖💖
2020-11-27
1