Maya duduk dengan tidak tenang, ia menggeser tubuhnya ke kanan dan kiri, menendang kursi kemudi yang ada di depan nya dan sesekali menaik turunkan kaca jendela mobil itu.
Maya memasang wajah cemberut nya memberikan kode kepada pria yang ada disamping nya tapi yang di kode tidak menunjukkan kepekaannya. Maya pun memutar bola mata nya dengan malas.
Hening
Hanya hiruk piruk suara kendaraan di luar sana yang terdengar, entah bunyi klakson ataupun bunyi decitan rem mobil saat lampu lalu lintas berganti dari warna hijau menjadi merah.
Maya memiringkan tubuh nya menghadap Dirga.
Plakk.... Maya memukul bahu Dirga dengan sedikit keras. Sontak membuat sang empunya terkejut dan segera menoleh ke arah Maya, Dirga memicingkan sebelah alis nya kala melihat gadis itu memandangnya dengan tatapan menantang.
" Hey apa yang kau lakukan ?" cemooh Dirga sambil mengusap bahu yang baru saja di pukul oleh Maya.
"Cihh lihat lah tanganku bersih tanpa noda sedikitpun!! " sinis Maya membuka telapak tangan nya lebar-lebar kemudian mendekatkan ke wajah Dirga sambil menggertakkan giginya. Beberapa saat kemudian ia menarik tangan nya dengan sewot.
"Kau mau membawaku kemana tuan? jangan berani macam-macam atau aku akan melaporkan mu kepada polisi!!" Lanjut Maya menatap penuh selidik, menyipitkan mata nya dengan tangan kanannya di arahkan ke pelipis Dirga membentuk sebuah pistol seolah-olah ialah polisi sesungguhnya.
"Hey apa yang kau lakukan gadis bodoh?" heran Dirga menautkan kedua alisnya disusul tangan kiri nya memegang dan segera menurunkan tangan Maya dengan lembut. Ia membenarkan posisi nya menghadap Maya.
"Aku yang jelas-jelas tidak melakukan apapun akan kau laporkan kepada polisi lantas bagaimana dengan pria sialan itu?, bahkan kau saja tidak tega melihatnya babak belur seperti tadi " ucap Dirga tak kalah sewot, memasang wajah cemberutnya.
Maya tidak menjawab pertanyaan Dirga, ia lagi-lagi mengerucutkan bibir nya dengan tangan bersedekap diikuti membuang pandangan nya ke arah lain. Ia tidak ingin dipojokkan oleh pria itu lagi.
Melihat tingkah Maya yang kekanak-kanakan bibirnya melengkung membentuk senyuman diikuti gelengan kepalanya ke kanan dan kiri. Ia seperti memperoleh hiburan gratis.
**
Tidak ada percakapan lagi, beberapa menit kemudian mobil mewah yang Maya tumpangi tampak masuk melewati pagar besar dan tinggi berwarna keemasan. Di sepanjang kanan kirinya terdapat taman dengan bunga berwarna-warni. Dihiasi lampu berwarna kuning yang sudah menyala, dimana hari menunjukkan mulai gelap.
Maya menelan salivanya melihat interior rumah, bukan rumah lagi melainkan mansion. Interiornya dapat memanjakan mata serta halaman depan nya langsung terhubung dengan kolam renang yang luas.
Mobil terhenti dengan sempurna di tempat parkir yang letaknya di sebelah kiri mansion, Dirga tak menunggu Fero membukakan pintu nya, ia membuka pintunya sendiri berjalan mengelilingi mobil membukakan pintu untuk Maya.
"Ayo turunlah " ajak Dirga seraya mengulurkan tangan nya.
Maya menatap manik mata hitam pekat itu, ia benar-benar heran dengan apa yang dilakukan Dirga. Ah ya sudahlah kalimat itu yang terlintas di benak nya, ia dengan senang hati membalas uluran tangan kekar itu dengan tersenyum semanis gula. Sedangkan Fero hanya menatap heran kepada tuan nya, tidak biasanya ia bersikap semanis itu kepada seorang wanita.
Dirga segera menuntun Maya menuju pintu utama dimana sudah ada para pelayan dkk sedang berbaris rapi menyambut kedatangan tuan muda nya seperti biasanya.
Lagi-lagi Maya dibuat tercengang ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Wahh mimpi apa aku semalam sampai bisa menginjakkan kaki ditempat semewah ini, serasa menjadi seorang ratu saja hahahha" gumam nya dengan riang, berjalan di sebelah Dirga. Beberapa kali ia menundukkan kepala nya dan tersenyum canggung untuk membalas sapaan yang terlontar dari mulut para pelayan dkk.
Yang Maya lihat baru bagian luar mansion, bisa-bisa Maya pingsan kalau sudah melihat bagian dalam mansion itu. Dan benar saja ia begitu terpukau dengan kemegahan mansion tersebut.
Maya mengedarkan pandangannya dengan mengerjapkan matanya, ia menggigit bibir bawahnya, dengan alis mengerut di atas. Ia hanya mampu mematung di tempatnya.
Terlihat di depan sana ada sepasang suami istri yang sudah berumur sedang menuruni tangga memancarkan sorot kebahagiaan.
"Dirga ayo ajak Maya masuk" tutur nyonya Ambason menatap hangat ke arah Maya. Ia berjalan mendahului para anak muda menuju ruang keluarga bersama sang suami.
"Bagaimana ibu itu tau namaku?" bingung Maya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Mereka semua berkumpul di ruang keluarga, berulang kali nyonya Ambason melempar senyum hangat kepada Maya.
"Tuan kenapa saya di bawa kesini?" tanya Maya berbisik di telinga Dirga yang memang sedang duduk di sebelahnya. Sedangkan Dirga hanya mengedikkan bahunya.
"Pa, ma untuk beberapa hari kedepan Maya akan menginap disini." tutur Dirga tidak mengalihkan pandanganya dari manik mata Maya.
"Tentu sayang, mama akan sangat senang. Akhirnya mama punya teman perempuan selain bi Marti." harap mama, tersenyum girang menampilkan deretan gigi putih bersihnya.
Maya menatap tajam ke arah Dirga tanpa mengeluarkan suara, andai mereka tidak berada satu ruangan dengan tuan dan nyonya Ambason pasti Maya sudah mencaci maki pria menyebalkan itu.
Dirga tidak menghiraukan tatapan Maya, ia malah mengusap pucuk rambut gadis itu dengan gemas. Mereka berdua seperti seorang pasangan kekasih yang sedang pamer kemesraan. Bukan mereka berdua, tepatnya hanya Dirga sendiri.
Pandangan nyonya Ambason tidak lepas dari aktivitas dua insan tersebut, wanita itu melihat wajah kebingungan Maya.
"Maya kamu jangan khawatir ya, Dirga menyuruhmu untuk tinggal sementara disini karena ia tidak ingin kejadian seperti tadi terulang lagi. Kami tahu semua itu dari Fero, berhubungan yang menolongmu mereka jadi kami rasa kedepannya kita harus melindungi mu." terang mama menjawab segala kekhawatiran Maya.
"Makasih tante, tapi Maya rasa itu terlalu berlebihan." ucap Maya memberikan penolakan secara sopan.
"Tidak sayang itu tidak berlebihan, mama juga mendukung apa yang Dirga lakukan. Dan jangan panggil saya tante, panggil saja mama." senyum mama melebar.
"Tapi tan ehh ma.." belum menyelesaikan kalimatnya.
"Mama mohon, lakukan demi mama ya sayang. Mama merasa kesepian, jika kamu tinggal sementara disini mama pasti sangat senang" mohon mama memasang wajah melas nya, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Apa yang dikatakan mama membuat Maya tidak bisa menolak lagi, ia tidak tega melihat ibu itu.
"Baik ma-ma, Maya melakukan ini demi mama" ucap Maya tersenyum hangat, mata nya berbinar ia seperti melihat mama nya hidup dalam raga nyonya Ambason.
.
.
.
Jangan lupa like, coment, vote❤
Aku juga minta saran dan kritiknya untuk karya ku ini ya😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
S Anonymous
Nyicil 10 like Kak
Salam kenal dari (Calon Istri vs Mantan Istri) 👋
Semangat terus yaa💪
2021-02-05
0
Mei Shin Manalu
Okee deh... Jejak 10 like udh mendarat... Semangat updatenya... Nnti aku mmpir lagi untuk bca kelanjutan cerita ini... 😗
Datang dan kasih feedback juga ke novelku ya... Judulnya Danke, Häschen !!!... Terima kasih ♥️
2021-01-05
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat
2020-12-31
0