Waktu menunjukkan jam makan malam. Mereka semua sudah duduk mengelilingi meja makan. Setelah menyiapkan makanan untuk suaminya, nyonya Ambason tampak antusias menyiapkan makanan untuk Maya. Ia mengambilkan nasi serta bermacam lauk pauk ke atas piring Maya.
"Maya kamu makan yang banyak ya." matanya berbinar, mengusap lembut kepala Maya yang tertutup rambut hitam nya.
"Iya ma." balas Maya mendongakkan kepalanya menatap wanita yang sedang berdiri di sampingnya, sebenarnya ia tidak mungkin bisa menghabiskan makanan yang porsinya 3 kali lipat dari porsi biasanya.
Disisi lain mata Dirga tidak berpaling sedikitpun menatap keakraban dua wanita itu yang jaraknya hanya terpisah oleh meja panjang yang sudah terpenuhi berbagai jenis olahan makanan. Ada senyum simpul yang muncul dari bibir seksi itu.
"Aku juga ingin disiapkan makanan." ucap Dirga secara tiba-tiba dengan wajah datarnya. Manik mata tajamnya menatap lekat ke arah Maya.
" Hey kenapa ia menatapku seperti itu, apa maksudnya?? " sadar ada yang menatapnya, ia segera membuang pandangannya. Memasukkan 1 sendok makanan ke dalam mulut mungilnya itu.
Mama menghela nafasnya sambil mengerutkan bibirnya, ia paham apa yang diinginkan putranya.
"Maya kamu tolong siapin makanan untuk Dirga ya." lanjut mama mengedipkan sebelah matanya, kemudian berlalu pergi tanpa menunggu persetujuan Maya.
Matanya membelalak seketika, sendok yang ia pegang mengendur begitu saja hingga jatuh berdenting menyentuh lantai. Maya tensentak kaget memandangi semua orang yang ada di sana satu persatu tapi anehnya semua orang disana hanya acuh fokus pada makanan masing-masing, kecuali Dirga di piring makanya masih kosong sepertinya ia memang benar-benar menunggu disiapkan makanan oleh Maya.
" Dasar pria aneh, apa maunya sih?" gerutu maya menggenggam erat garpu yang masih berada di tangan kirinya, kemudian memutar bola matanya malas. Mau tidak mau Maya harus menyiapkan makanan untuk Dirga.
Maya menunduk mau mengambil sendok nya yang jatuh tapi keduluan oleh bibi pelayan. Ia bergegas berdiri, berjalan gontai menuju kursi yang ditempati oleh Dirga.
Maya mengambilkan nasi terlebih dahulu tapi sebelum ia meletakkan ke piring Dirga, tangan kekar itu menghentikan aktivitasnya. Maya menatap heran dengan apa yang dilakukan Dirga.
"Apa kau sanggup menghabiskan makanan mu itu? " tanya Dirga melirik piring Maya melalui ekor matanya.
"Apa maksudnya, apa yang harus aku katakan? " bingung Maya menatap ke arah mama dengan perasaan gundahnya sebelum kembali menatap Dirga, ia mengedikkan bahunya.
"Aku akan membantumu menghabiskan makanan itu" Dirga beranjak berdiri menuntun Maya kembali ke tempat duduknya dan ia pun segera duduk di sebelah Maya.
"Apa maksudnya aku dan dia akan makan sepiring berdua? OMG!! " gumam Maya sambil menyibakkan anakan rambutnya dibalik daun telinga untuk mengusir kegugupannya.
Dirga menggeser piring makan Maya yang menggunung itu sampai berada tepat di tengah-tengah keduanya. Dilanjutkan mengambil sendok baru, mengisinya dengan nasi dan lauk pauk menyuapkan ke arah bibir Maya.
Deg, jantung Maya berdetak semakin cepat, nafasnya berhembus tak berirama, darahnya berdesir, ia menatap kagum ke arah Dirga.
"Apa ini, kenapa jantungku berdetak sekencang ini? " uncapnya dihati sambil memainkan jarinya di atas pangkuannya itu.
Melihat mata penuh ketulusan itu mulut Maya terbuka dengan sendirinya, Dirga memasukkan suapan pertamanya untuk Maya dilanjutkan mengusap lembut pucuk kepalanya, terpampang senyum di wajah Dirga.
Lagi-lagi Maya terpesona dengan apa yang dilakukan Dirga, pipinya memerah seperti kepiting rebus ia segera mengalihkan pandangannya berusaha menyembunyikan wajah merah nya. Isi dadanya berasa membeluntak, ia merasa sangat senang hanya karena mendapatkan suapan dari Dirga. Maya tersenyum malu.
"Hey tidak perlu menyembunyikan wajah merah mu, aku sudah melihatnya hahahha." Ucap Dirga diiringi tawanya menggema di ruang makan.
Maya memukul kecil dada bidang Dirga supaya laki laki itu berhenti tertawa, ia merasa tidak enak, bahkan ia tidak berani menoleh ke arah anggota lainnya walau sebenarnya ia penasaran bagaimana respon orang yang ada di sana. Masih dengan wajah merahnya, dan bahkan ketika tatapan mereka saling mengunci wajahnya bertambah semakin merah padam. Lagi-lagi Dirga tertawa puas melihat wajah menggemaskan gadis yang ada di depannya itu.
Tanpa mereka sadari sedari tadi papa dan mama rela berhenti menyuapkan makanan ke mulut masing-masing hanya untuk menyaksikan suapan pertama itu masuk ke dalam mulut Maya.
Senyum papa mengembang kala melihat tingkah kedua insan tersebut, kemudian ia melempar senyuman kepada sang istri sambil mengusap lembut punggung tangan wanita yang sangat ia cintai.
"Semoga kebahagiaan mereka akan berlanjut selamanya " harap papa.
Fero yang ikut menyaksikan ada kelegaan juga di dalam hati nya, ia ikut senang dengan keromantisan tuannya.
"Semoga tuan Dirga bisa berpaling dari perempuan murahan itu! " dengus Fero wajahnya muram kala mengingat segala kelakuan kekasih tuanya tak lain adalah Angel.
"Sekarang giliran kau yang menyuapiku." Dirga menyerahkan sendok yang ia pegang ke tangan Maya.
"Apa? dia juga ingin makan satu sendok denganku? sama saja itu ciuman walaupun tidak secara langsung" gerutu Maya, tapi ia tidak berdaya apalagi di depan orangtua Dirga.
Maya mulai mengisi sendoknya, dengan malu malu ia menyuapi Dirga dan langsung diterima cepat olehnya. Padahal ia yang menyuapi kenapa juga ia yang merasa gugup, sedangkan Dirga biasa-biasa saja bahkan yang disuapi mengunyah dengan lahap.
"Kenapa makanan yang sebelumnya biasa saja menjadi sangat lezat jika berasal dari suapan tangan ini" puji Dirga seraya memegang tangan Maya. Memandangi dan sesekali membolak-balik tangan mungil itu.
Melihat respon Dirga lagi-lagi membuatnya tersipu malu, ia segera menarik tangannya dari genggaman tangan kekar itu. Ia menarik nafasnya dalam-dalam menghembuskan dengan perlahan, berusaha menyinkronkan hati dan fikiranya.
Kedua nya bergantian menyuapi satu sama lain hingga makanan di piring itu tinggal beberapa sendok saja. Mereka menikmati makanannya diselingi keromantisan yang Dirga tunjukkan.
Seperti sekarang ini Dirga sedang membersihkan mulut blepotan Maya dengan ibu jarinya, mengusap lembut bibir itu menghilangkan sisa makanan yang menempel.
Sepanjang menikmati makanan Maya dibuat ingin pingsan di tempat saja, menahan malu sekaligus senang bisa mendapatkan perhatian dari pria menyebalkan itu. Yang suka seenak jidat melakukan apa yang ia mau.
Drrrttt...Drtttt
Suara dering telfon membuat semua orang memusatkan perhatian ke arah sumber suara.
Fero mengambil benda pipih yang bergetar itu dari saku jas nya.
"Paman, bibi Fero izin mau menerima panggilan telfon dulu." dijawab anggukan kepala oleh paman dan bibinya. Ia segera menjauh dari ruang makan berjalan dengan langkah panjang nya menuju halaman belakang. Kemudian ia menggeser tombol hijau tanda panggilan sudah terhubung.
"Hallo, ada apa?" tanya Fero tegas tanpa basa basi.
"............" jelas seorang pria di seberang sana dengan suara menandakan keseriusan.
Rahang Fero seketika mengeras, raut wajahnya memancarkan kegusaran. Ia memejamkan matanya sejenak, mengambil nafas dengan panjang.
"Lakukan sesuai rencana." perintah Fero.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak😍 like, coment, dan vote❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ftl03
lanjut
2021-01-03
0
Vie
semangat kak🥰
2020-12-14
0
Little Peony
Halooo thor
2020-12-04
0