Jessica menutup rapat-rapat kedua matanya saat merasakan ciuman Kevin yang semakin dalam dan menuntut. Salah satu tangan Kevin menekan tengkuknya sedangkan tangan lain memeluk pinggang rampingnya, menariknya lebih dekat hingga tidak ada lagi jarak diantara mereka berdua selain helaian kain yang membalut tubuh masing-masing.
Gadis itu menguatkan kaitan tangannya pada leher kekarnya. Mencoba untuk tidak jatuh dari posisinya. Dan seperti mengetahui bahwa kekuatan kaki Jessica hanya tersisa beberapa persen lagi. Kevin semakin mengeratkan pelukkannya pada pinggang rampingnya.
Namun pukulan pelan pada dadanya memaksa Kevin untuk mengakhiri ciumannya. Jessica benar-benar sudah tidak kuat lagi, nafasnya memburu tak beraturan dan asupan oksigen pada paru-parunya pun semakin menipis. Kevin terkekeh melihat wajah memerah istri kecilnya.
"Kau masih tetap saja payah, Sayang." Cibir Kevin terkekeh.
"Itu karna aku tidak berpengalaman sama sekali, Kevin Zhang." Jessica mencerutkan bibirnya, kesal karna Kevin mencibirnya.
"Aku hanya bercanda, kenapa harus marah?" ucap Kevin seraya menarik gemas ujung hidung mancung Jessica. "Di sini terlalu terik. Sebaiknya kita masuk" Jessica mengangguk.
Tiba-tiba ponsel milik Kevin berdering. Pria itu menghentikan langkahnya begitu pula dengan Jessica. Dahi gadis itu menyernyit melihat perubahan pada raut wajah Kevin.
Bulu kuduknya langsung berdiri dan Jessica merasa ngeri melihat sorot mata Kevin yang begitu tajam seakan-anak hendak melahap orang hidup-hidup.
Tak ingin terkana imbas dari kemurkaannya, buru-buru Jessica pergi dari sana namun tarikan Kevin membuat langkahnya terhenti. Tubuhnya berbenturan dengan dada bidang itu dan kemudian Jessica merasakan tangan kiri Kevin yang melingkari punggungnya.
Jessica ingin sekali memberontak tapi dekapan Kevin begitu erat. "Habisi dia dan kirim kepalanya pada Jerry. Aku ingin melihat seperti apa murkanya dia saat mengetahui jika Du Mansik sudah mati."
'Baik Boss.' Jawab patuh seseorang di seberang sana.
Kemudian Kevin memutuskan sambungan telfonnya dan merasakan tubuh Jessica yang gemetar hebat di iringi isakan pelan yang keluar dari sela-sela bibir ranumnya.
"Hei ada apa? Kenapa kau menangis dan gemetaran?" tanya Kevin kebingungan. Jessica mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan membalas tatapan Kevin yang melembut.
"Kau membutku takut. Sorot matamu, auramu dan kata-katamu, membuatku seperti uji nyali." Lirih Jessica menjawab.
Kevin mendesah berat. Rasa bersalah menyeruak memenuhi perasaannya. Tanpa sadar dia telah membuat gadisnya ketakutan. Seharusnya dia bisa lebih mengontrol dirinya saat bersama Jessica.
"Maaf, aku berjanji jika hal semacam ini tidak akan terjadi lagi. Sudah saatnya makan siang. Bagaimana jika kita makan siang sekarang?" usul Kevin yang kemudian di balas anggukan oleh Jessica, Kevin tersenyum lembut.
Keduanya berjalan beriringan meninggalkan halaman belakang dan kembali ke dalam rumah.
🌹
🌹
🌹
Siang beranjak pergi dan sore berganti menguasai hari. Langit cerah perlahan pudar digantikan dengan warna orange bergradasi ungu yang mulai melukis langit.
Kebosanan mulai memenuhi ruang kecil dalam hatinya. Jessica benar-benar merasa bosan karna tidak melakukan apapun seharian selain memetik bunga di halaman belakang.
Jessica ingin sekali pergi keluar dan berjalan-jalan tapi pasti Kevin akan marah dan tidak mengijinkannya. Keberadaan Tao dan Lay tidak ada untungnya sama sekali untuknya, mereka malam membuat Jessica dongkol setengah mati apalagi Tao yang begitu suka membuatnya kesal.
Mencoba membantu Nyonya-nya keluar dari jurang kebosanan. Woo Hyuk menghampiri Jessica dengan beberapa novel hasil koleksinya.
"Nyonya, saya lihat sejak tadi anda lebih banyak melamun. Bagaimana jika Anda membaca novel-novel ini supaya tidak merasa bosan lagi? Ini beberapa novel koleksi saya dan saya selalu membacanya ketika merasa bosan." Ujarnya.
Kemudian Jessica menerima novel-novel itu yang semuanya berisi kisah romantis tentang CEO dan istri kecilnya. "Paman aku tidak tertarik dengan kisah seperti ini. Sebaiknya bawa pergi saja. Melihat judul-judulnya saja sudah membuatku merinding."
"Baiklah , Nyonya Muda, saya tidak akan memaksa anda. Oya, tuan berpesan supaya anda tidak usah menunggunya makan malam. Beliau mengatakan akan pulang sedikit terlambat karna harus menghadiri sebuah acara."
"Tidak masalah. Keluarlah dan bangunkan aku saat makan malam. Tiba-tiba aku mengantuk dan ingin segera tidur."
"Baik Nyonya."
🌹🌹🌹🌹
Kevin menerima tantangan ketiga sahabatnya untuk bermain kartu. Saat ini keempat CEO muda nan tampan itu berada di sebuah Club malam yang berada di pusat kota.
Justin tiba-tiba menghubunginya dan mengajak untuk berkumpul di Club malam langganan mereka. Kevin tidak tau angin segar apa yang merasuki Justin sehingga dia mau menghambur-hamburkan uang hanya untuk mentraktir teman-temannya.
Sungguh tidak seperti Justrin yang selama ini di kenal sangat pelit dan suka perhitungan.
Malam ini Kevin begitu tampan dan menggoda dalam balutan jas hijau berlebel Gucci-nya. Tak salah jika banyak wanita di sana sampai menahan nafas-nya melihat ketampanannya.
Kevin menyeringai dingin. Lagi-lagi kemenangan berada dipihaknya dan mereka bertiga hanya bisa tertunduk lemas. Dan sesuai kesepakatan, yang kalah harus menerima hukuman.
"Sesuai kesepakatan. Yang kalah harus menjadi babu yang menang selama satu minggu. Dan aku sudah sangat menantikan. Jam tujuh pagi, aku harap kalian bertiga tidak akan terlambat datang." Kevin beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka bertiga yang terlihat lemas karna kekalahannya.
🌹
🌹
🌹
Tepat pukul 11 malam Kevin tiba di rumahnya. Pria itu langsung pergi kekamarnya yang berada di lantai dua dan mendapati Jessica telah tertidur pulas. Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat wajah damai istri tercintanya.
Kevin menatapnya dari jarak satu meter, dia sengaja tidak mendekat karna tidak ingin membangunkan Jessica dengan aroma alkohol pada tubuhnya yang begitu menyengat.
Kemudian Kevin beranjak dari sana dan pergi ke balkon kamarnya. Malam ini langit begitu terang dan bintang tampak bertaburan.
Kevin berdiri di sana masih dengan balutan pakaian yang sama. Hanya saja dia sudah menanggalkan jasnya dan hanya menyisahkan vest v-neck dan singlet putih sebagai dalaman vestnya.
"Eomma, appa, jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Jebal, jangan pergi."
Buru-buru Kevin kembali ke dalam saat mendengar suara Jessica yang sedang mengigau. Kevin mendekati gadis itu yang tampak begitu tersiksa oleh mimpinya, keringat terlihat pada keningnya.
Kevin menggenggam tangan Jessica dan mengguncang pelan tubuhnya hingga akhirnya kesadaran Jessica kembali sepenuhnya. Kedua matanya terbuka dan terkejut mendapati keberadaan Kevin.
"Kevin?" kemudian Jessica bangkit dari berbaringnya dan berhambur memeluk Kevin. Dalam pelukkan suaminya tangisnya pun pecah. Jessica menangis sejadi-jadinya. "Mimpi buruk itu datang lagi, lagi-lagi aku melihat peristiwa yang sama di dalam mimpiku mengenai kematian kedua orang tuaku." Lirih Jessica dan kembali terisak.
"Tenanglah , tenangkan dirimu. Mungkin mimpi itu datang karna kau terlalu merindukannya. Besok aku akan menemanimu mengunjungi mereka." Bisiknya.
Kevin mengusap punggung Jessica dengan gerakkan naik turun. Mencoba memberikan rasa nyaman dan berusaha membuatnya lebih tenang.
Dan apa yang Kevin lakukan berhasil, Jessica sudah tenang sekarang. Memang hanya pelukan Kevin satu-satunya obat paling mujarab yang bisa mengembalikan ketengan Jessica ketika dia dalam suasana hati yang buruk karna mimpi-mimpinya yang begitu menyakitkan.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
herti herawati
kevin kejam,tp aku suka😊kevin kejam hanya pada orang yg tepat
2021-02-14
0
Dipika
Selalu like thorr
2021-02-07
0
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-12-18
0