"Kevin Zhang, aku ingin pulang. Ayolah, sampai kapan kau akan membiarkan diriku terkurung di tempat terkutuk seperti ini? Jebal, bawa aku pergi dari tempat ini, ya." Mohon Jessica sambil memasang wajah memelasnya.
Jessica terus saja merenggek dan memohon pada Kevin agar suaminya itu segera membawanya pulang. Jessica benar-benar sudah tidak tahan lagi jika harus berada terlalu lama di rumah sakit.
"Sekali tidak tetap tidak!" ucap Kevin tetap pada pendiriannya. Jessica mendengus dan langsung menekuk wajahnya.
"Katanya mencintaiku, tapi mengabulkan permintaan sepele seperti ini saja tidak mau. Dasar pembual. Mulai detik ini aku tidak mau lagi berbicara denganmu apalagi sampai melihat muka menyebalkanmu itu." Jessica membuang muka sambil bersidekap dada, wajahnya terlihat semakin murung.
Kevin mendengus berat. "Kenapa kau begitu kekanakan, Jessica Zhang? Apa kau tidak dengar apa yang Dokter katakan semalam? Kau baru bisa pulang setelah racun dalam tubuhmu benar-benar hilang sepenuhnya." Tegas Kevin tak ingin di bantah.
"Terserah." Kemudian Jessica berbaring dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut. "Mulai malam ini aku akan mengunci rapat-rapat mulutku. Bahkan sampai kadal beranak domba sekali pun aku tidak akan berbicara lagi denganmu."
"Benarkah?" Kevin menyeringai jahil.
"Aaahh...." Jessica memekik kencang saat tiba-tiba Kevin menarik selimut yang membungkus tubuhnya. Kedua tangannya mencengkram pergelangan tangan Jessica tepat di sisi kepalanya. "Yakk! Apa yang kau lakukan, Kevin Zhang? Lepaskan aku!" teriak Jessica menuntut.
Alih-alih menuruti permintaan Jessica. Kevin malah mendekatkan wajahnya dan langsung menciumnya. Lembut dan manisnya bibir Jessica benar-benar memberikan candu untuknya.
Kevin selalu mencium Jessica dengan seenak jidatnya, bahkan dia tidak peduli dengan teriakkan dan amukan gadis itu karna kebiasaannya tersebut.
Dan Kevin baru melepaskan ciumannya setelah merasakan pukulan brutal pada dadanya. Jessica benar-benar kehabisan nafas karna ciuman itu.
"Yakk! Kau benar-benar sudah bosan hidup ya!" amuk Jessica sambil mencerutkan bibirnya.
"Itu hanya peringatan kecil untukmu, Sayang. Jika kau masih bandel dan tidak mau menurut pada, Suamimu, jangan salahkan aku jika aku melakukan yang lebih parah dari pada sekedar ciuman."
"Mati saja kau, Kevin Zhang." Kevin terkekeh. Kemudian dia beranjak dari sana dan meninggalkan Jessica begitu saja. Ada sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya dan tidak mungkin Kevin mengangkatnya di depan hadis itu.
Raut wajah Kevin berubah datar dengan sorot tajam yang mematikan. Benerapa orang yang berpapasan dengannya merinding sendiri saat merasakan aura suram yang terpancar dari mata kanannya yang tajam.
"Aku akan tiba 20 menit lagi. Jangan lakukan apapun lagi pada ******** itu."
Kemudian Kevin memutuskan sambungan telfonya dan sedikit mempercepat langkahnya. Jimin baru saja menghubunginya dan mengatakan jika Du Mansik telah berhasil mereka tangkap.
.
.
.
Lamborghini Veneno milik Kevin melaju kencang pada jalanan kota yang legang. Iris kanannya yang tajam fokus pada jalanan yang dilaluinya. Meskipun saat ini hanya mata kanannya saja yang berfungs karna mata kirinya masih belum sembuh dari cidera. Tapi hal tersebut tak membuat kemampuan Kevin dalam berkendara berkurang sedikit pun.
Dua puluh menit berkendara. Kevin tiba di markas besarnya. Seorang pria langsung membukakan pintu untuknya dan beberapa pria lainnya ikut masuk bersamanya.
"Boss...." Seru Kai melihat kedatangan Kevin. "Kami menahannya di ruang bawah tanah. Kau bisa menemuinya sekarang."
"Kalian tidak usah ikut. Cukup Kai dan Jimin saja." Kevin melirik empat pria yang berdiri dibelakangnya. Keempatnya mengangguk patuh. Kai dan Jimin berjalan mengekor di belakang Kevin. Tak salah jika Kevin selalu menyertakan mereka berdua, karna mereka adalah tangan kanannya.
Decit suara pintu terbuka membuat kepala pria itu mendongak seketika. Tapi hanya kegelapan yang bisa dia lihat karna kedua matanya tertutup kain hitam.
Samar-samar telinganya menangkap derap langkah kaki seseorang yang berjalan menghampirinya. Dan langkah kaki itu berhenti tepat didepannya.
Ikatan pada matanya terbuka dan hal pertama yang tertangkap oleh mata hitamnya adalah wajah Kevin yang menyunggingkan seringai tipis namun mematikan. "Kevin Zhang!"
"Lama tidak bertemu, Du Mansik." Sapa Kevin tanpa melunturkan seringainya.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Dan kenapa kau menahanku di sini?" tanya Mansik menuntut penjelasan.
"Nyawamu, hanya itu yang aku inginkan. Aku ingin melihat bagaimana reaksi kakak tiriku jika dia sampai tau bila orang kepercayaannya mati di tangan adik tirinya."
"Apa maksudmu?" tanya Mansik menuntut penjelasan.
"Berhentilan berpura-pura menjadi orang yang tak berotak, Du Mansik. Sandiwaramu sudah terbongkar, dan apa kau berfikir jika selama ini aku tidak tau tentang persekongkolanmu dengan Jerry Zhang? Kau salah besar, hanya saja selama ini aku menutup mataku dan berpura-pura tidak mengetahui apapun. Karna aku ingin melihat sampai di mana letak kebodohan kalian berdua."
"KEVIN ZHANG!"
Du Mansik bungkam seketika setelah ujung sebuah pistol menempel pada dahinya. Keringat dingin mulai bercucuran dan membasahi keningnya. Raut wajah Kevin dan sorot matanya membuat Mansik gemetar ketakutan.
"Kenapa kau begitu tegang, Du Mansik-ssi? Padahal aku hanya ingin bermain-main saja denganmu." Lagi-lagi Kevin menyeringai.
"Singkarkan benda terkutuk itu, Kevin Zhang." Teriak Mansik menuntut.
Dorrr.....
"Aaahhh..." Mansik berteriak dan menutup matanya. Kevin melepaskan tembakannya tepat di atas kepalanya dan pelurunya sedikit menyentuh rambutnya.
Tubuh Mansik seketika menjadi lemas, membayangkan jika peluru itu sampai menembus kepalanya membuatnya merinding, dan dia tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar sampai terjadi.
"Hahahaha! Ternyata sangat menyenangkan bermain-main denganmu, dan cukup untuk hari ini. Sampai jumpa besok. Kai, tutup kembali matanya." Perintah Kevin dan pergi begitu saja.
"KEVIN ZHANG, KAU BENAR-BENAR IBLIS. AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU!"
🌹🌹🌹🌹
"Tuan, Tuan Du Mansik menghilang. Beberapa orang saya melihat dua orang pria membiusnya dan membawanya pergi dengan sebuah mobil."
"APA?"
Jerry Zhang bangkit dari duduknya setelah mendengar berita yang baru saja disampaikan oleh seorang anak buahnya. Orang itu mengatakan jika Du Mansik telah di culik oleh seseorang dan menghilang. Hingga detik ini jejaknya tidak bisa terlacak sama sekali.
Jerry Zhang benar-benar murka setelah mengetahui jika tangan kanannya menghilang dan sampai detik ini belum bisa ditemukan. Mansik adalah orang yang paling setia padanya dan tidak salah bila Jerry begitu terkejut setelah mendengar jika pria itu menghilang.
Brakk.... Jerry menggebrak meja dihadapannya dan menggeram marah. "Kirim semua anak buahmu dan cari Mansik sampai ketemu. Aku tidak dia kembali dalam 1X 24 jam. Jika tidak, maka nyawa kalian semua yang akan menjadi taruhannya."
"Baik, Tuan."
Jerry menggepalkan tangannya. Dia tidak permah menduga bila Kevin akan menggunakan cara seperti ini untuk menghadapinya. Dan tidak bisa Jerry pungkiri bila Kevin memang sangat cerdas, dia sangat pandai dalam hal menyusun strategi dan membuat lawannya tak berkutik.
Tapi bukan berarti Jerry menyerah pada Kevin. Dia akan menyusun cara yang lebih besar untuk bisa mengalahkannya.
"Kevin Zhang, tunggu pembalasanku!"
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Dipika
Semangat thorr
2021-02-07
0
triana 13
like lagi
2020-12-26
1
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-12-07
1