Jessica membuka matanya saat merasakan silau sinar mentari pagi yang hangat mulai mengusik tidurnya. Gadis itu mencoba untuk bergerak tapi tidak bisa seperti ada yang membatasi pergerakkannya.
Lalu pandangannya turun menuju perutnya dan menemukan sebuah tangan melingkar di sana. Jika dia tidak sadar siapa yang memeluknya saat ini , pasti Jessica sudah berteriak dan membuat kegaduhan.
Dengan perlahan Jessica menyingkirkan tangan itu dari perutnya kemudian berbalik posisi hingga dia dan orang itu saling berhadapan. Sudut bibirnyaa tertarik ke atas, bahkan Kevin masih tetap tampan dalam keadaan menutup mata sekalipun.
Kemudian jari-jari lentiknya menyusuri wajah tampan itu mulai dari mata, hidung sampai bibir kissablenya dan berlama-lama di sana. Dan apa yang dia lakukan membuat si pemiliki bibir itu membuka matanya.
"Maaf, jadi membangunkanmu." Ucapnya penuh sesal. "Aaahh...." Jessica memekik kencang saat merasakan tarikan pada lengannya hingga tubuhnya jatuh di atas tubuh Kevin. "A-apa yang kau lakukan , Kevin Zhang? Le-lepaskan aku." Panik Jessica.
"Diamlah dan jangan banyak bergerak. Biarkan seperti ini sebentar saja." Pinta Kevin sambil mengeratkan pelukkannya.
Jessica menurut. Kemudian dia menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Kevin yang tersembunyi di balik tanktop putih polosnya. Dada itu begitu bidang dan terasa nyaman.
Dan dalam posisi itu Jessica juga bisa merasakan detak jantung Kevin yang berdetak beraturan, sungguh sangat berbanding balik dengan jantungnya yang berdebar tak karuan.
Kedua mata itu tertutup dengan perlahan merasakan pelukkan Kevin yang semakin erat. Jessica benar-benar tak pernah merasakan perasaan setenang ini sebelumnya.
Meskipun Kevin sering kali membuatnya kesal dengan sikap menyebalkannya , tapi tak bisa Jessica pungkiri bila hanya Kevin satu-satunya pria yang dia inginkan dalam hidupnya.
Kevin membuka mata kanannya dan tersenyum tipis. Jari-jarinya mengusap helaian pada Jessica penuh sayang.
"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah merasa baik-baik saja?" tanya Kevin memastikan. Jessica mengangguk meyakinkan. "Aku lega. Sebaiknya kau tidak pergi ke mana pun hari ini, aku usahakan untuk pulang lebih awal."
"Kau mau pergi?" Jessica mengangkat wajahnya dan menatap Kevin dengan sorot mata kecewa.
"Hm, ada rapat penting jam 9 pagi ini." Ucap Kevin. Jessica bangkit dari atas tubuh Kevin lalu duduk menghadap pria bermarga Zhang tersebut.
"Bisakah aku pulang ke rumah, bibi? Aku sangat merindukannya, kau bisa menjemputku saat pulang nanti." Kevin tersenyum dan mengangguk.
"Tentu. Aku akan mandi dulu, setelah ini kita sarapan bersama-sama. Dan bisakah kau membantuku menyiapkan pakaian untuk hari ini?" Ucap Kevin yang kemudian di balas anggukan oleh Jessica.
Setelah menyiapkan pakaian untuk Kevin. Jessica pergi ke kamar tamu untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa lengket semua dan perlu dimanjakan oleh sejuknya air dingin.
Tak lama setelah kepergian Jessica. Pintu toilet terbuka dan sosok Kevin keluar dari sana hanya dengan berbaluk kanduk putih yang melingkari pinggulnya.
Di atas tempat tidur sudah tergeletak sebuah kemeja putih serta celana bahan hitam, vest v-neck dan jas yang senada dengan warna celana dan vestnya.
Setelah berpakaian lengkap, Kevin segera meninggalkan kamarnya dan di depan pintu dia berpapasan dengan Jessica yang baru saja selesai mandi.
Wajahnya tetap terlihat cantik meskipun tanpa polesan make up sedikit pun. Kevin menghalangi langkah Jessica dan menghimpit tubuh itu pada tembok. Jari-jarinya menelusup ke dalam helian rambutnya, menarik tengkuknya dan menciumnya.
Jessica menutup matanya merasakan ciuman Kevin yang semakin dalam dan menuntut. Sebelah tangan Kevin memeluk pinggangnya sedangkan tangan lain menekan tengkuknya.
Jessica mengalungkan kedua tangannya pada leher pria bermarga Zhang tersebut dan dengan senang hati dia membalas ciuman itu.
"Omo?" Devan mengurungkan niatnya untuk menemui Kevin saat tanpa sengaja dia melihat sebuah adegan yang membuatnya menelan ludah.
Kedua matanya membelalak melihat sorot dingin dan tajam Kevin yang ternyata menyadari kedatangannya. Devan mengangkat kedua tangannya dan buru-buru pergi dari sana. Dan kedatangan Devan di sambut tatapan bingung oleh Jimmy.
"Kenapa dengan mukamu itu?"
"Sebaiknya kita pergi saja sekarang dan kita temui dia dikantornya saja. Sepertinya kedatangan kita di sini kali ini sangat tidak tepat."
"Iya, tapi kenapa?" Jimmy terus bertanya-tanya.
"Kau terlalu cerewet, Hyung. Sudah ayo pergi." Devan mendorong Jimmy dan membawanya meninggalkan kediaman Kevin. Devan tidak ingin bila Jimmy sampai melihatnya juga kemudian heboh sendiri. Bisa-bisa Kevin mengubur merek berdua hidup-hidup.
Dan sementara itu, ciuman Kevin berakhir karna getaran pada ponselnya. Tau Kevin membutuhkan privasi. Jessica segera pergi dan masuk ke kamar untuk bermake up.
Kevin menerima panggilan itu sambil berjalan menuruni tangga menuju lantai satu rumahnya.
"Ada apa, Kai?"
'Boss, aku dan Jimin melihat beberapa anak buah Jerry berkeliaran di kota, sepertinya mereka sedang mencari keberadaan ,Du Mansik.' lapor Kai.
"Bereskan mereka sekarang juga."
'Baik, Boss.'
Kemudian Kevin memutuskan sambungan telfonnya dan berjalan tenang menuju meja makan dan menunggu Jessica di sana.
Kevin akan menyingkirkan siapa pun yang berani membuat masalah dengannya, dia dia ingin memberikan sedikit peringatan kecil pada kakak tirinya tersebut jika sebenarnya dia telah membuat masalah dengan orang yang salah.
🌹🌹🌹🌹
Kebersamaan Jae Eun dan Jessica di warnai dengan canda tawa. Jae Eun sengaja tidak pergi ke mana-mana saat mendengar jika keponakan tercintanya tersebut akan pulang.
Saat ini keduanya sedang sibuk membuat kue di dapur. Jessica merenggek meminta supaya Jae Eun membuatkan kue untuknya, dia sudah sangat rindu dengan kue buatan bibinya.
"Kkyyyyaaa! Bibi, ini sangat lezat. Kau memang pembuat kue paling ahli di dunia ini, aku semakin menyayangimu." Jessica memeluk dan mencium pipi Jae Eun.
"Dasar kau ini." Dengan gemas Jae Eun menjitak kepala Jessica dan terkekeh pelan.
Tokk... Tokk... Tokk...
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian keduanya. Jessica dan Jae Eun saling bertukar pandang. "Biar aku saja yang membukanya." Jae Eun mengangguk. Jessica berjalan menuju pintu dan mendapati dua pria bertubuh tinggi tegap berdiri dihadapannya. Mereka terlihat seperti preman dan wajahnya menyeramkan. "Si-siapa kalian?" tanya Jessica terbata-bata.
"Kau yang bernama , Han In Jung?" Jessica mengangguk. Kemudian pria itu memberi kode pada rekannya untuk membawa Jessica.
"Yakk! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku. BIBI, TOLONG AKU." Teriak Jessica. Dan buru-buru Jae Eun keluar setelah mendengar teriakkan keponakannya tersebut.
"Sica...." Jae Eun berusaha menolong Jessica tapi langkahnya di halangi oleh pria berkepala pelontos tersebut. "Apa yang kalian lakukan? Lepaskan keponakanku!" teriak Jae Eun menuntut.
"Kami akan membebaskannya jika kau melunasi semua hutang-hutangmu hari ini juga. Karna jika tidak , boss akan menjualnya keluar negeri."
Jessica menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dia cegah. Jessica benar-benar ketakutan dan panik. Dan di saat seperti ini hanya ada satu nama yang muncul di kepalanya, Kevin. Karna hanya dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan dirinya saat ini.
Dan Jessica tidak bisa menjamin jika kepala mereka masih menyatu dengan tubuhnya jika Kevin tau apa yang sudah mereka lakukan pada dirinya.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Dipika
Udah bosan idup mereka
2021-02-07
0
artka keylango
lanjut... baca dong...
2021-02-03
0
triana 13
semangat kak 😉
hadir membawa like kalau berkenan mampir ya ke karya aku
2020-12-26
1