Beberapa menit kemudian...
Hima telah kembali ke dalam ruangannya. Terlihat Shena yang masih sibuk mengedit hasil karya tulisannya itu.
"Shena," sapa Hima kepada Shena.
"Hem?" jawab Shena tanpa melihat Hima karena masih fokus mengedit.
"Tadi Ryuuto menitipkan ini padaku."
Hima menyerahkan sebatang cokelat bermerek kepada Shena. Gadis itu lalu melihat apa yang Hima serahkan kepadanya.
"Cokelat?" Shena tampak bingung.
"Iya, cokelat. Dia menitipkannya padaku," lanjut Hima.
"Dia? Dia siapa?" tanya Shena lagi.
"Ryuuto, Shena. Pemuja rahasiamu. Siapa lagi kalau bukan dia?" jawab Hima yang masih berdiri di samping Shena.
"Ryuuto?" Shena berpikir sejenak, ia mengingat kejadian yang lalu.
"Lalu bagaimana denganmu, apa kau mendapatkannya juga?" Shena bertanya lagi.
"Hah ...," Hima kemudian duduk di kursinya. "Bagaimana aku mendapatkannya, sedang dia hanya menitipkan untukmu. Lagipula apa kau tidak merasa aneh akhir-akhir ini, Shena?" Hima bertanya sambil memutar-mutar rambut kepangnya.
"Aneh?" Shena tampak bingung.
"Iya, apa kau tidak merasa aneh dengan keadaan di sekitar sini?" Hima bertanya lagi.
"Hem …?"
Shena berpikir lagi, ia mencoba untuk mengingat-ingat. Tanpa sengaja, ia melihat kumpulan bunga mawar pada pot bunga yang diletakkan di sudut ruangannya.
"Apa itu, ya?" tanyanya sendiri.
"Shena, aku pikir Ryuuto menyukaimu. Seorang pria tidak mungkin berbaik hati kepada seorang wanita jika tidak ada maunya. Benar, kan?" Hima menekankan intonasi pertanyaannya.
"Tapi, Hima—“
"Sudahlah, Shena. Kau terlalu lama menyendiri, Ryuuto juga sangat tampan. Kalian pasangan yang serasi. Terima saja dia agar tidak selalu menguntitmu setiap hari," bisik Hima sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Shena.
Shena lantas berpikir, mungkin apa yang dikatakan Hima ada kaitannya dengan setangkai bunga mawar yang selalu ia terima di setiap hari. Tapi, ia tidak mau terlalu percaya diri dulu menanggapi hal itu.
Sementara sang pemuja rahasia, Ryuuto terlihat tersenyum-senyum sendiri di dalam mobil sambil melihat hasil pemotretan ala detektifnya, selama mengikuti ke mana Shena pergi. Detektif cinta yang enggan menunjukkan wujudnya.
"Kau cantik, Shena. Dan aku menyukainya."
09.15 pm, Tokyo dan sekitarnya…
Nara dilanda kebimbangan malam ini. Ia bingung. Haruskah menerima tawaran dosennya atau menolaknya. Sedari tadi ia bolak-balik di depan pintu masuk rumahnya yang berlantai dua itu.
"Pergi tidak, ya? Pergi, tidak, pergi, tidak."
Mungkin sudah puluhan kali ia bolak-balik, namun hatinya masih tetap saja ragu. Ia terus berpikir ulang hingga waktu telah lama berlalu.
"Hah, untuk hal ini saja aku sangat sulit memutuskannya. Sudah sebulan aku tidak melalukan pengeluaran. Sebenarnya ini kesempatan bagiku. Tapi mengapa hatiku menjadi sangat berdebar, ya?" tanyanya dengan diri sendiri.
Akhirnya setelah membulatkan tekad, Nara bergegas menuju kediaman Ayumi yang jarak perjalanannya sekitar dua puluh menit dari kediamannya itu. Ia keluar rumah mengenakan kaus putih dibalut kardigan biru dengan celana kasual yang berwarna abu-abu. Tidak lupa sepatu sport putih menghiasi kakinya.
Ia segera pergi dari rumahnya menuju tempat pemberhentian bus yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggalnya. "Baiklah, baiklah. Aku tidak boleh terlalu keras kepada diriku sendiri. Lagipula ini bukan pertama kalinya bagiku," ucapnya sambil berjalan menuju halte bus.
Tiba-tiba saat ia ingin berbelok ke arah halte bus, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang tengah membawa barang belanjaan. Tubuhnya lalu terbentur dengan seseorang yang ditabraknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
DeputiG_Rahma
jejak DEBU disini hehe semangat kk❤❤
2020-12-09
1
Giselle
yes
2020-11-29
0
D.M.E.S
semangat thor... sudah di like ya... jgn lupa mampir di karyaku juga 'Dia sahabat (cinta) ku' 😊
2020-11-16
2