Beberapa menit kemudian...
Nara masih di kantin, duduk di depan meja sambil menyeruput secangkir kopi penahan kantuk. Tiba-tiba Ken datang menghampiri sambil membawa tas punggungnya yang berwarna hitam.
"Kau terusir?" sapa Ken, ia kemudian duduk di samping kanan Nara.
"Ya, begitu," jawab Nara dengan lemas.
"Hahahaha. Kau sial sekali Nara, mempunyai dosen prodi seperti Ayumi."
Gelak tawa Ken memecahkan kesunyian kantin di pagi ini. Seakan tidak memperdulikan perasaan Nara yang sedang mendapatkan kesialan.
"Hah, kau ini. Bukannya memberi solusi malah mengejek!" gerutu Nara yang kesal kepada sahabatnya.
"Hahaha, maaf," balas Ken segera.
"Hei, apa kau diminta menemuinya di jam akhir kampus?" Ken kemudian bertanya.
"Bagaimana kau bisa tahu akan hal itu?" Nara balik bertanya sambil menoleh ke arah Ken.
"Hn. Apa aku boleh berpesan kepadamu sebelum menjawabnya?" Ken bertanya lagi.
"Ya, ya, ya," sahut Nara dengan malas.
Ken lalu mendekatkan dirinya ke telinga Nara. “Jika nanti dosen Ayumi mengajakmu ke rumahnya, jangan kau terima, ya?" Ken mulai berpesan.
"Memangnya kenapa?" tanya Nara yang ingin tahu.
"Nanti kau akan dipaksa tidur dengannya," lanjut Ken dengan nada berbisik.
"Apa?! Aku tidak salah dengar?" tanya Nara lagi, ia terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Ken.
"Tunggu-tunggu! Darimana kau tahu akan hal ini jika kau sendiri belum mengalaminya? Hmm, kau mencurigakan, Ken!"
Nara menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menghentak-hentakkan kaki kanannya pada lantai kantin. Ia curiga akan arti dari ucapan Ken, sahabatnya itu.
"Hahahaha..."
Lagi-lagi Ken tertawa. Ia berusaha menjawab tapi sebelumnya ia segera menghabiskan secangkir kopi milik Nara.
"Eeehh?"
Nara yang melihatnya menjadi bertanda tanya besar. Seolah-olah sahabatnya itu secara tidak langsung membuka aibnya sendiri.
"Kau habiskan kopiku, Ken!" teriak Nara yang kesal.
"Sudahlah, Nara. Masalah kopi saja kau ributkan. Sedang dalaman kita yang tertukar saja kau diam. Dasar pecundang!" celetuk Ken, menyindir Nara.
"Buntut ayam!"
Nara memutar tubuhnya menghadap Ken, rasanya ia ingin sekali menghajar temannya saat itu. Tapi tiba-tiba, seorang gadis berambut hitam pendek datang mendekati keduanya sambil membawa tas kuliah yang berwarna merah.
"Hei! Apa yang sedang kalian perbuat di kantin ini?!"
Sang gadis berbando merah itu bertanya sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia terlihat cantik di saat mengenakan blus merah dan celana pensil hitam yang dipadukan sepatu balet berwarna merah.
Dialah Cherry, gadis bertubuh mungil nan cantik. Tubuhnya sangat langsing dengan tinggi badan sekitar 160cm dan berat hanya 47kg. Ia merupakan seorang gadis yang terlahir dari keluarga mapan. Sifatnya yang dermawan membuat dirinya disukai oleh banyak orang. Namun terkadang, ucapannya tidak bisa terkendali alias ceplas-ceplos.
"Che-cherry?” Nara tidak jadi memukul Ken saat melihat Cherry datang.
"Sayang, Nara memukulku. Lihat ini!" ucap Ken, mengadu kepada kekasihnya sambil menunjuk ke arah pipi dan bahunya.
"Nara!"
Melihat hal itu, Cherry menjadi geram bukan kepalang karena Nara berani-beraninya memukul sang kekasih. Padahal Ken hanya bersandiwara, berpura-pura terkena pukulan Nara.
"Bu-bukan, Cherry. Bukan! Itu tidak benar!" Nara menolak disalahkan sambil menggerakkan kedua tangannya secara silang.
"Hmmm," Cherry terdiam, ia pun mempertimbangkan pembelaan diri Nara.
"Baiklah kalau begitu. Untuk saat ini aku maafkan."
Cherry akhirnya dapat meredam amarahnya. Ia kemudian duduk di hadapan Ken dan juga Nara, membawakan sebuah kabar baik untuk keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Giselle
waduh..
dikejar 2 cogan.
2020-11-28
3
meme
semangat
2020-11-28
1
Susi Ana
jempol lg
2020-11-10
0