Tawaran Mendebarkan

Sore hari di kampus Nara...

Ayumi tampak sedang berbicara dengan mahasiswanya yang duduk diam di hadapan meja. Dosen bertubuh sintal nan menggoda itu berjalan mendekati Nara lalu memberikan laporan nilai sebulan terakhir.

"Lihat ini!" Ayumi menjatuhkan laporan itu di hadapan Nara. "Nilaimu jatuh. Ada apa denganmu?!" tanya Ayumi dengan wajah sadisnya.

Nara kemudian membuka dan membaca laporan yang diberikan oleh dosennya. "Maaf, Dosen Ayumi. Aku sedang tidak fokus beberapa minggu terakhir ini,” jawab Nara dengan suara lemah.

"Kau pikir aku akan peduli?!"

Ayumi kemudian duduk di atas meja yang ada di hadapan Nara. Nara pun tanpa sengaja melihat sesuatu di depan kedua matanya.

Astaga! Dalaman Dosen Ayumi terlihat jelas di depan kedua mataku!

Nara terkejut, sesaat setelah melihat isi dari dalam rok mini yang Ayumi kenakan.

"Maafkan aku, Dosen Ayumi."

Nara menunduk, berusaha memalingkan pandangannya dari isi rok mini itu. Ia begitu gelisah dengan pemandangan yang seakan sengaja diperlihatkan kepadanya.

"Lihat aku, Nara!" Ayumi menarik dagu Nara dengan tangan kanannya. "Sebenarnya bisa saja nilaimu aku ubah menjadi lebih baik. Tapi ...,"

Ayumi perlahan-lahan membuka kancing kemeja putihnya di hadapan Nara. Dua kancing, cukup untuk memperlihatkan kedua sisi bukitnya yang mulus.

"Kau harus menuruti permintaanku!"

Ayumi kemudian menduduki Nara tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Ia mengalungkan kedua tangannya pada leher pemuda bermata biru itu.

"Apa kau mau?" tanya Ayumi yang mulai membelai leher Nara.

Jantung Nara berdegup kencang di saat Ayumi menduduki dirinya. Ditambah kedua bukit oversize yang menyentuh wajahnya, hampir-hampir saja Nara kesulitan bernapas.

"Nara, kau belum menjawab pertanyaanku!”

Ayumi masih membelai Nara dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegangi kepala Nara agar tetap menatapnya.

"Emhhh..."

Nara tak sengaja mengeluarkan suara di saat Ayumi menekan miliknya dengan sesuatu yang sangat lembut.

"Nara, jawablah ...."

Bisikan menggairahkan terdengar di telinga kirinya, membuat Nara semakin gelisah tak karuan dan melayang entah ke mana.

"Ak-aku, aku sudah punya pacar, Dosen Ayumi," jawab Nara dengan sedikit terbata.

Ayumi lalu bangun dari duduknya. Ia berjalan ke arah belakang tubuh Nara lalu berbisik di telinga kanan sambil memeluk tubuh sang pemuda bermata biru.

"Kau tenang saja, pacarmu tidak akan tahu hal ini. Lagipula—" Sesaat ucapan Ayumi terhenti, ia meniup lembut telinga Nara. "Lagi pula kita akan melakukannya di rumahku. Bagaimana, Nara?"

Ayumi bertanya lagi dengan sangat dekat sehingga membuat sesuatu di bawah sana mulai terasa sesak. Lagi-lagi Nara berusaha menahan diri karena Ayumi terus saja menggodanya.

"Baiklah, aku tunggu kabarmu nanti malam, Nara."

Ayumi kemudian melepaskan dirinya lalu menyuruh Nara untuk segera keluar dari ruangan. Terlihat kepuasan di wajah Ayumi karena telah berhasil membuat mahasiswanya gelisah tak menentu. Dan sambil menahan sesuatu, Nara berjalan menuju pintu keluar ruangan.

Hufft, sial! Kenapa kau bereaksi di saat seperti ini. Memalukan! gumamnya sambil memarkirkan sesuatu dengan benar.

Nara kemudian menutup pintu ruangan, ia segera menuju ke gerbang kampus. Sementara Ayumi terlihat sedang menjilat bibirnya sendiri.

"Bagaimana rasanya, ya? Aku sudah amat tidak sabar," katanya seraya menggigit bibir.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Ken. Jika dosennya itu akan mengajak Nara untuk tidur bersama. Entah darimana Ken mengetahuinya, sepertinya Ken hanya berusaha untuk memperingatkan sang sahabat, sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

Begitulah persahabatan yang sebenarnya. Saling mengingatkan dan menasehati jika melakukan kesalahan atau kekeliruan. Bukan malah menjerumuskan atau menikam dari belakang.

Ken, bagaimana ini?

Nara bingung sendiri saat mengetahui kebenaran akan dosen program studinya. Ia cepat-cepat mengambil ponsel dari saku lalu mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Ken.