"Shena!"
Ia masih berusaha mengejar, tapi tiba-tiba ada seseorang yang memegang tangan kanannya dan menahan agar tidak mengejar jasad itu.
"Nara, biarkan dia pergi dengan tenang," ucap sosok wanita berambut ikal panjang.
"Rie?!"
Nara terkejut di saat mendapati Rie sudah berada di belakangnya. Ia berusaha mengelak. Tapi entah mengapa, ia merasa tidak berdaya saat melepaskan diri dari pegangan Rie.
"Rie, lepaskan aku!"
Nara berusaha melepaskan pegangan tangan Rie, tapi kekuatan Rie seakan tidak dapat dilawan olehnya. Sementara jasad Shena terus saja berlalu dari hadapannya.
"Shenaaaaa!" teriaknya sambil menitikkan air mata. “Rie, tolong lepaskan—“
“Tidak, Nara. Biarkan saja dia pergi.”
Rie kemudian memeluk Nara, mencoba lebih menahan agar tidak dapat mengejar Shena. Nara pun kesal karena ketidakberdayaannya melepaskan diri dari cengkraman Rie.
"Nara ... aku yang akan menggantikan Shena," ucap wanita berambut ikal panjang itu lalu memeluk Nara dengan manja.
"Lepaskan aku, Rie!" Nara terus memaksa Rie untuk melepaskannya, namun Rie tetap mengabaikan, seolah tidak mendengar apa yang Nara katakan.
Wanita itupun tersenyum picik saat memeluk tubuh Nara. Ia tidak lagi peduli dengan apa yang tengah Nara rasakan. Sedang Nara kian menangis karena tidak dapat mengejar jasad Shena, kekasihnya itu.
"Shena ... maafkan aku."
Nara tak berdaya, benar-benar tak berdaya. Ia terlihat putus asa. Sedang Rie tidak memberinya cela sedikitpun untuk lari. Rie mencengkeramnya dengan kuat.
...
Malam pun semakin larut, udara terasa semakin dingin. Di dalam kamar, seorang pemuda bermata biru tertidur dengan gusarnya. Ia mencoba bangun tapi terasa sangat berat. Terlihat titikan air mata jatuh membasahi wajahnya yang rupawan.
"Shena ...,"
Mulutnya berdesir lirih sambil menahan isakan yang hampir saja menggelegar. Hatinya terasa sakit sekali saat ini.
"Shena."
Ia mengigau, setelah apa yang dialaminya di dalam mimpi. Napasnya tersengal dan terasa berat. Detak jantungnya pun melambat seakan kekurangan pasokan oksigen.
"Shena!!!"
Ia akhirnya berteriak dengan keras. Tubuhnya lalu bangkit dari mimpi buruk yang baru saja dialami.
"Hah...hah...hah..."
Napasnya tidak beraturan. Ia terduduk di atas tempat tidur dengan keringat yang membasahi dahinya.
"Tadi itu mimpi?" tanyanya sendiri.
Tangannya memijat kepalanya yang terasa pusing. Beban itu perlahan muncul dalam benaknya. Ia kemudian menyadari sesuatu...
"Aku, aku ... menangis?" Ia terkejut di saat merasakan air mata telah jatuh membasahi pipinya.
Dialah Nara yang ternyata mengalami mimpi buruk akibat pembiasan dari masa lalunya. Dan kini penyesalan itu datang mengguncang hati, membuatnya tersudut penuh dengan rasa bersalah kepada Shena.
"Shena ... aku harus mencarimu!"
Sebuah tekad akhirnya muncul dalam benaknya, setelah mengalami mimpi yang membuatnya menitikkan air mata. Nara ingin menemui Shena secepatnya.
Sang pemuda bermata biru terlihat berulang kali mengusap wajahnya yang kusut. Ia masih mencoba untuk menormalkan laju napasnya yang tidak karuan. Dadanya pun terasa sesak, sesaat setelah kenangan indah bersama Shena terlintas di alam pikirannya. Nara benar-benar merindukan Shena, mantan kekasihnya.
"Shena ...."
Ia kemudian mengambil ponsel lalu mencoba mencari nomor Shena. Tapi sayang, tidak ada bekas jejak Shena sedikitpun yang ditemuinya di ponsel itu.
Seingatku aku tidak pernah menghapus nomor dan alamat email-nya. Apakah Rie yang menghapus semuanya?
Nara menduga jika Rie lah yang telah menghapus nomor ponsel, telepon dan juga alamat email Shena. Namun, kebenarannya belum dapat ia pastikan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih, mari saling dukung kakak 😍
2021-04-12
2
Septi Wulansari
mantan oh mantan
2020-12-12
1
Anita Venter
Kirain diriku saja yg suka kepoin mantan wkwkwk
2020-12-03
1