"AAAAA SETAANNNN!!!" Teriak Wahyu kencang.
Arya, Arista, Doni, Wahyu, Zara, Ulfa dan Alfin adalah anggota yang tergabung dalam kelompok itu. Mereka berlari tunggang langgang hingga ke pos yang ada kakak kelas penjaganya. Sambil teriak mereka sibuk mencari pertolongan dan berharap yang mereka teriaki setan itu tak ikut mengejar mereka.
Namun nihil, rupanya tak seperti yang di harapkan. Wahyu yang menoleh ke belakang mendapati setan tersebut ternyata mengejar, berlari tak kalah cepat di belakang sambil teriak-teriak menyeramkan seolah ingin memangsa mereka hidup-hidup.
"Ya ampuunnn kalian kenapa lari-lari sih! Nanti ada yang jatuh gimana?!" Tanya kakak kelas penjaga pos. Namanya Novi. Dia di kenal sebagai kakak kelas cewek paling cerewet.
"I.. Itu Kak! Itu.. Itu.. Ada..Ada setan Kaaakk!" Jawab Doni terbata-bata mewakili teman lainnya yang sedang ngos-ngosan akibat kehabisan nafas sesudah balapan dari kejaran roh jahat.
"Setan apaan sih, mana ada set... KYAAAAA!!" Jerit Kak Novi. Suaranya itu membuat semua anggota panik dan berpelukan satu sama lain. Doni salah satu anggota kelompok tersebut bahkan sampai menggendong Wahyu temannya yang fleksibel melompat karena terkejut oleh teriakan Kak Novi tadi.
"Ada apa sih ribut-ribut?" Tanya seorang lagi kakak kelas cowok yang ikut menjaga pos itu. Dia jalan menghampiri kelompok ini.
"Eh, kamu! Jangan main-main ya udah tau malam gini, mana lagi di tempat orang. Pamali tau ga!" Tegur Revan si kakak kelas cowok pada Alfin si ketua kelompok yang sedang mengarahkan cahaya senter ke wajahnya sehingga tampak menyeramkan.
"Loh ternyata bukan setan?" Celetuk Kak Novi sambil memasang wajah terkejut plus geram.
Semua anggota kelompok yang sudah paham situasi langsung tarik nafas lega. Ternyata yang ditakuti dan tadi mengejar itu bukan setan beneran melainkan ulah ketua kelompok mereka sendiri.
"Lu apaan sih nakut-nakutin kita gitu!" Rengek Zara yang sebelumnya membahas soal kunti.
"Iya dih, lu ga liat situasi apa kita lagi dimana! Gue sumpahin kena azab lu!" Ucap Ulfa menimpali.
"Ga lucu kau bro main prank-prank bahaya gitu!" Protes Doni ikutan.
Arya hanya terdiam tak sanggup bicara, dia masih sibuk mengurusi detak jantung dan sakit perutnya.
Sedang Arista sedang sibuk merapikan beberapa helai rambut yang menempel di dahi dan pipinya akibat peluh. Rambutnya yang tak terikat terlihat makin urakan.
Berbeda dengan Wahyu yang tampak paling syok.
Dia bukan melakukan protes lewat mulutnya tapi langsung dengan tindakan.
Wahyu datang menghampiri Alfin, tanpa basa-basi ia menjambak rambut Alfin, menjembelnya dan mengguncangkannya seperti pajangan boneka goyang yang suka ada di dashboard mobil.
"Asem lu ya Alfin, laki-laki gila ketua kamfret!" Cecar Wahyu melampiaskan amarahnya.
Alfin melakukan pembelaan sambil memegang rambutnya dan berusaha melepas diri dari Wahyu. "Kalian salah paham! Aku ga maksud nakut-nakutin kalian!" Selanya.
"Alah asumsi bodong lu ya Alfin! Cari alesan aja lu ya Alfin!" Ujar Wahyu lagi masih kesal.
"Udah, udah, kalian ngapain berantem?!" Ujar Kak Revan sambil melerai mereka.
Wahyu pun melepas genggamannya di rambut Alfin. Sehelai rambut Alfin yang hitam tampak terselip di jemari Wahyu. Lumayan pikirnya, siapa tau bisa buat nyantet.
Dan Alfin mencoba menjelaskan sambil merapikan kembali rambutnya yang berantakan namun tiba-tiba Kak Novi ambil alih pembicaraan lebih dulu darinya.
"Kenapa tadi kamu bilang ga maksud nakutin? Lah buktinya mereka lari-lari ketakutan. Kamu sebagai ketua kelompok tuh harusnya melindungi anggota kamu bukannya malah menjerumuskan mereka dan membuat mereka celaka. Dimana tanggung jawab kamu, kalau mereka kenapa-napa bagaimana? Kamu di pilih sebagai pemimpin artinya harus memimpin. Kamu pikir ini lagi dimana sampai berani main hantu-hantuan kayak gitu? Kamu pikir ini lucu, hah? Jawab!" Ujar Kak Novi penuh hujatan sampai membuat telinga gatal. Dia ini perempuan cerewet dengan paket lengkap. Selain omongannya yang panjang kali lebar, lalu menyakitkan, dan suaranya juga cempreng hingga menusuk telinga. Alfin yang diperlakukan seperti itu, wajahnya tampak pucat , rupanya jadi sama persis seperti setan sungguhan. Kasihan sekali si Alfin.
"Sa.. Saya tadi.."
"Kamu jangan main-main ya di tempat kayak gini! Bahaya tau! Kamu ga pantas jadi pemimpin! Kamu pikir kamu keren bercanda kayak gitu?" Ujar Kak Novi menyela ucapan Alfin yang hendak berbicara menjelaskan "Kamu ga mikir apa kalau tindakan kamu itu bisa menyebabkan masalah? Gimana kalau ada anggota kamu yang terluka? Gimana kalau ada yang pingsan? Kamu mau bopong? Gimana kalau kelakuan kamu ini menyebabkan mereka trauma, hah? Jawab!" Sambung Kak Novi tetap merepeti. Kasihan sekali si Alfin.
'Kak, anggota saya ga ada yang terluka. Sebab yang terluka itu saya kak, hati saya kak! Bisa ga kakak berhenti bicara, bentaaarrrr aja? Bisa-bisa saya yang trauma denger Kakak ngomong gini terus.' Batin Alfin. Suara hatinya menggebu-gebu. Dia sadar diri dengan posisi mereka sebagai senior akan sulit untuk melawan. Disituasi seperti ini dia sedang berkonsentrasi untuk menguatkan hati. Kasihan sekali si Alfin.
Alfin menarik nafas, dilihatnya anggota kelompok itu satu persatu. Semuanya sama seperti dirinya yang memasang wajah pucat dan menunduk, mereka kasian pada Alfin. Termasuk Wahyu yang tadi paling garang padanya. Tapi ada yang aneh pada Doni. Bibirnya menarik ke atas entah tersenyum, entah meringis. Mungkin dalam hatinya Doni pun berkata, kasihan sekali si Alfin.
"Kenapa kamu diam aja?! " Tanya Kak Novi masih dengan nada tingginya.
Alfin menyiapkan hatinya lalu membuka mulutnya untuk memulai bicara. "I-iya Kak.. Say..a.."
"Iya iya aja kamu bisanya! Jangan hanya iya iya aja! Saya butuh jawaban kamu. Masa pemimpin kelompok kayak gini!" Ucap Kak Novi lagi meremehkan dan lagi-lagi menyela ucapan Alfin.
Alfin yang sudah diambang batasnya mengepalkan tangan dengan geram.
Kak Revan yang melihat tingkah Alfin langsung menepuk pundak Kak Novi, menyadarkan dari segala cerocosannya.
"Silahkan Alfin kalau mau menjawab." Ujar Kak Revan setelah membaca papan nama Alfin di seragamnya.
'Nah gitu dong dari tadi kek! Ngomong masih berantakan aja sok galak, kapan kelarnya.' umpat Alfin pada Kak Novi dalam hati.
Sekali lagi Alfin menarik nafas sebelum menjawab. "Jadi gini, Kak. Tadi itu senter saya mati cahayanya, jadi saya pukul-pukul itu senter di tangan saya tanpa sadar cahayanya ternyata menyorot ke muka saya sendiri. Eh taunya si Zara tiba-tiba teriak dan lebih kagetnya lagi yang lain ikutan teriak setan. Ya saya kaget jugalah, takut juga. Saya pikir ada setan beneran dibelakang saya. Jadi saya juga lari-lari teriak minta ditungguin tapi mereka malah lari makin kencang, saya juga ga inget dan ga sadar kalau senternya ternyata masih nyorot muka saya sampai saya ketemu kakak disini dan tegur saya. Disitu saya baru sadar saat mata saya silau sama cahaya senter yang saya pegang. Namanya juga orang kalap udah ga ada akal saking ketakutannya mau gimana lagi, Kak." Ujar Alfin menjelaskan.
Raut semua anggota yang tadinya tegang kini mulai melemas setelah mendengar penjelasan Alfin. Mereka tersenyum malu-malu sambil sikut menyikut apalagi tadi sudah menyalahkan Alfin secara sepihak. Ternyata ini hanyalah sebuah kesalah pahaman.
Sedangkan Kak Novi yang sedari tadi jadi orang paling ganas memarahi Alfin habis-habisan itu kini mukanya memerah. Sambil berusaha tetap jaim dia hanya bersikap cuek sambil memelintir ujung rambutnya yang terikat kesamping seolah tak terjadi apa-apa.
"Berarti semua ini salah si Zara! Asem lu Zara ya! Provokator persetanan! Asem lu beneran dah!" Ujar Wahyu mengkambinghitamkan Zara karena bagaimana pun dia yang paling malu mengingat perbuatannya terhadap Alfin tadi.
"Iiiihhh.. Kok gue sih! Gue juga kan gaaa tau kalo itu Alfin. Orang muka dia nyeremin ya gue teriak lah." Rengek Zara manja.
"Astaga. Mukaku di bilang nyeremin." Batin Alfin sedih.
"Udah, udah! Kalian jangan bertengkar. Karena masalah dalam kelompok kalian sudah clear, maka sekarang langsung saja kita selesaikan tugas kalian di pos ini! Lain kali hati-hati gunakan senternya Alfin." Ujar Kak Revan memberi intruksi juga mengingatkan, dan setelah itu pula selama mereka menjalankan tugas, Kak Novi tidak banyak bicara lagi, dia hanya akan bicara seperlunya saja.
Setelah beres, kelompok itu pun bersiap untuk melakukan perjalanan selanjutnya tapi anehnya hanya Arya yang terdiam.
Wajahnya tampak pucat terlihat mencurigakan. Jangan bilang dia mau prank setan lagi deh! Atau mungkin dia benar-benar lihat setan betulan?!
"Kenapa lu?" Tanya Arista.
"A-aku.. Tunggu sebentar!" Pinta Arya lalu segera berlari ke arah yang agak jauh, mereka yang terheran melihat tingkah Arya kini terkejut setelah mendengar suara alam dari dalam dirinya yang keluar tiba-tiba.
DUUTT!
Semua orang yang mendengar itu terbengong lalu sedetik kemudian tertawa ngakak.
Ternyata wajah pucat Arya itu hasil dari menahan angin ribut dalam perutnya. Itulah alasan dia untuk pergi menjauh.
Setelah dirasa lega Arya pun kembali menuju kelompoknya. Disana kelompok itu menanti Arya dengan senda gurau dan ejekan seru.
Bahkan Kak Novi lupa akan ke'jaim'an nya sampai menepuk-nepuk pundak Arya. "Ampunn... ampunn.. Ganteng-ganteng kok kentutnya kayak drum band." Candanya membuat yang lain semakin tertawa renyah.
Arya yang malu hanya mengusap belakang kepalanya sambil menunduk dan tersenyum.
Berkat kesalah pahaman Alfin dan kentut Arya, kelompok itu jadi semakin akrab. Setelah pergi dari pos tersebut, selama dalam perjalanan mereka saling bercanda dan bercerita membahas kembali apa yang baru saja terjadi dan mereka tertawa gembira.
"Kamu bener bisa tahan itu sakit perut sampai pos terakhir?" Tanya Arista lagi pada Arya memastikan.
Arya mengangguk sambil mengantongi kembali kayu putih yang baru saja di usapkan ke perutnya. Dia bahkan memungut batu yang lebih besar dan segera mengantonginya.
Sebelumnya Arista pun menanyakan hal yang sama pada laki-laki itu. Jika Arya sudah tidak kuat, dia bisa berhenti di pos tadi dan akan dijemput menggunakan kendaraan oleh panitia lainnya.
Tapi Arya menolak dan memilih melanjutkan perjalanannya kembali.
"Ar, kalau kau tak kuat lagi lebih baik kau buang saja lah di balik pohon itu!" Tunjuk Doni pada salah satu pohon di pinggir jalan "tapi permisi dulu, takutnya ada ihh hihihihi.." sambungnya lagi sambil menakut-nakuti dengan meragakan kedua tangannya melayang ke depan.
"Udah deh, Don. Jangan mulai lagi!" Pinta Ulfa kesal sama candaan Doni yang tidak pada tempatnya.
"Jangan ih Arya, bau nantinya tuh! Kamu juga gimana ntar ceboknya kan ga ada air." Ucap Zara memberi saran "Masa ganteng-ganteng bauu! Iiiuuhh!" Ledek Zara manja.
"Favorit sekali kamu Arya! Udah berapa cewek yang bilang kamu ganteng! Bikin sirik aja" Celetuk Alfin ikut bercanda. Padahal dia memang sirik betulan, dalam hatinya dia menangis karena mendapat julukan 'wajah nyeremin' dari Zara.
"Eh nih yaah, daripada si Arya, masih gantengan juga guee!" Sanggah Wahyu yang langsung disoraki anggota kelompok itu.
"Huuu! Coba kalo filter kamera bisa di aplikasiin di dunia nyata pasti ganteng deh lu." Ledek Ulfa pada Wahyu membuat semua kembali tertawa.
"Iya ih buluk gitu juga ngaku ganteng." Timbrung Zara.
Mendengar hal menyakitkan itu membuat Wahyu manyun. Sambil ngambek dia memukul lengan atas Arya lalu berjalan cepat mendahului mereka. Sedang yang lain masih tertawa melihat kelakuan Wahyu yang mudah baper.
Wahyu yang memberi kode keras ingin di kejar ternyata gagal dan dia menyadari bahwa tak ada satupun yang mengejarnya, karena perjalanan di depan terlalu gelap juga menyeramkan, ia pun balik lagi ke arah mereka.
"Udah jangan ngambek mulu. Kamu ganteng kok Wahyu." Ujar Arista sekembalinya Wahyu ke kelompok itu.
Wahyu yang mendengar itu langsung berbunga hatinya, "Benar?" Tanyanya tak percaya.
"Bohong." Jawab Arista datar lalu di sambut tawa lainnya dan Wahyu pun kembali manyun.
"Kejaammm!" Rengek Wahyu lagi-lagi ngambek.
Seperti itulah perjalanan malam mereka. Setelah selesai dari tiap pos selalu saja ada yang bisa diceritakan dalam perjalanan.
Doni yang suka iseng, Alfin yang selalu menjadi penengah, Zara yang suka manja-manja, Ulfa yang selalu mengingatkan, Wahyu yang selalu cemberut, Arya yang selalu mengusap kayu putih ke perutnya, dan Arista yang humble selalu memberi perhatian.
Keadaan seperti itu tetap bertahan sampai mereka tiba di pos terakhir.
"Bentar bentar, aku bikin dulu." Pintar Arya, yang dimaksudkannya adalah bikin kayu putih untuk di usap ke perutnya.
Tapi betapa terkejutnya dia ternyata kayu putih itu habis, setetes pun enggan keluar.
Arya menatap Arista. "Maaf.. Kayu putihnya habis." Ujar Arya polos, wajahnya tampak merasa bersalah.
"Kok bisa abis sih kayu putih penuh gitu tadi? Lu minum apa gimana?" Tanya Arista.
"Parah kali kau Arya, kau habiskan minyak milik seorang perempuan. Jahat kau Arya." Gurau Doni.
"Ya sudahlah ga apa-apa, kalau sudah habis mau gimana lagi kan. Ntar kamu ganti lagi aja ya Arya." Ucap Alfin.
"Iyalah harus, keterlaluan kalau ga di ganti. Sama satu hal lagi, jangan sampe cepirit ya lu sebelum sampai di perkemahan. Jangan jadi aib kelompok kita! Awas lu!" Ancam Wahyu ganas seolah sedang balas dendam.
"Cepirit juga gapapa kalo tetep ganteng mah ga masalah." Bela Zara.
"Halah ga masalah, tar giliran liat ta* nya masih bilang ganteng kau?" Ledek Doni lagi.
"Udah udah, jangan ribut. Lebih baik kita segera menuju pos terakhir dan kembali ke perkemahan secepatnya sebelum hal yang tidak di inginkan itu terjadi." Ucap Ulfa menyadarkan yang lainnya.
Setelah berkata seperti itu mereka pun segera pergi mengikuti komando Alfin untuk menuju pos terkahir dan perkemahan.
"Hey 'Anak Kayu Putih', masih bisa di tahan kah?" Tanya Alfin memastikan.
Semua menoleh pada Arya.
Saat tersadar pertanyaan itu untuknya, dengan malu-malu Arya menjawab "Sedikit."
Alfin yang mendengar jawaban ambigu itu pun langsung ambil ancang-ancang, karena menurutnya sedikit itu bisa di artikan dapat di tahan atau bisa juga di artikan sebentar lagi akan keluar.
Tanpa berkata apa-apa lagi Alfin pun memimpin untuk mengambil langkah-langkah lebar dan cepat dan di ikuti serentak oleh anggota lainnya seolah mereka sedang mengikuti lomba berjalan cepat dengan kesunyian di kiri dan kanan jalan sebagai penontonnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Deby Anggraeny
maaf tor... untuk Arya ma Arista....aku ga terlalu sreg...
jabarkan cukup intinya saja hubungan mereka
terlalu panjang kaya aristanya tokoh utama saja
2021-06-12
0
Purple Apple
Sengaja kak biar ga ada kebingungan dalam hubungan Arya dan Arista. Karena cerita masih panjang, tgu episode selanjutnya yaaa~
terimakasih sarannya😉
2021-04-16
2
Wiwik Daniati
trllu byk flashbback...gk seru ceritanya
uda lama nunggu notifnya,eh ceritanya stuck disitu2 doang hrusnya cerita ttg arya dan marissa lah ini gk cetita yg gk pnting2 di up.bwt bamood aja bacanya...😔😓😓
2021-04-16
2