Masa iya sih Raya hamil?
Dijalan menuju rumah, Arya selalu kepikiran Raya. Dia sedih, khawatir, cemas, tapi...juga bingung. Kenapa ya Raya bisa nekat kayak gitu? Apa dia sangat depresi?
Kasihan sekali Raya, andai aku ada di posisi dia apa aku akan melakukan hal yang sama? Menggila seperti itu? Ahhh.. aku benar-benar merasa bersalah telah mengambil keputusan ini. Mengikuti keinginan orangtua kami tapi mengorbankan perasaan dan cinta Raya kepadaku.
Pikiran Arya terus berkecamuk. Dia juga sudah pasrah akan apa yang terjadi nanti saat sampai rumah. Ada Raya disana menunggu kedatangan mereka. Arya bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini.
Pikirannya kini bercabang. Mengapa Raya seperti itu? Lalu apakah omongan Marissa saat dipesta tadi benar kalau Raya memang hamil makanya dia depresi kayak gitu? Tapi sama siapa? Aku kan ga ngapa-ngapain sama Raya. Ga mungkin juga kan Raya hamil dengan pria lain! Kita kan saling mencintai, mustahil Raya berkhianat! Raya itu gadis baik-baik, dia bukan orang yang haus kasih sayang dan cinta. Semua orang menyayangi Raya. Aku juga selalu memperhatikan dia setiap saat. Aku kurang apa sampai Raya berbuat hal ga masuk akal kayak gitu? Selingkuh sampe hamil juga? Ah.. ngga ngga ngga... Raya pasti stress. Dia itu stress karena batal nikah makanya nekat seperti itu.
"Mikir apa sih muka lu asem gitu," celetuk Marissa.
"Lagi mikirin si Jalan Raya ya, mikirin gimana nasib anak lu nanti sedangkan lu sekarang harus tanggung jawabin anak orang." Oceh Marissa.
"Nama dia Rayana, bukan jalan raya! Apa maksud kamu mikirin nasib anakku? Raya sama sekali gak hamil. Kami pacaran sehat gak seperti kamu!" balas Arya kesal karena Marissa memecah pikirannya.
"Pacaran sehat ko hamil?? "
"Uppss apa jangan-jangan hamil anak orang yaa.. hihihi.." celetuk Marissa lagi diselingi kikikan mengejek.
"Kamu kalau dendam gak bisa dinikahin pacar kamu yang katanya suami orang itu gak usah lampiasin amarah kamu ke orang lain. Kamu gak punya hak sama sekali buat ngatain atau ngehina orang lain yang gak kamu kenal, ga ada hubungannya juga kan sama kamu." ujar Arya pedas.
Marissa tak menjawab. Dia hanya menyunggingkan senyum di sebelah bibirnya seolah memiliki sebuah arti.
Setelah percakapan itu lama mereka terdiam dalam perjalanan, membuat Arya kembali memikirkan apa yang sempat ia pikirkan tadi.
Apa ini benar-benar keputusan yang tepat untuk menikahi Marissa? Walau sudah menikah tapi Arya masih merasa ini hanya mimpi saja. Ia berharap ada orang yang akan membangunkan dia dari mimpi buruknya ini.
Penyesalan selalu datang terlambat kan. Arya berpikir mengapa mereka tidak kawin lari saja daripada terima keputusan kayak gini. Harusnya menikah itu bahagia bukan malah sebaliknya.
Bagi Arya bahkan mungkin bagi semua orang, pesta pernikahan adalah sesuatu yang indah dan sakral, tapi makna itu kini sudah berubah. Bagi Arya saat ini pesta pernikahan adalah hal terburuk dalam hidupnya.
Menghancurkan perasaan orang, menghancurkan hati Raya gadis yang dicintainya bahkan menghancurkan hatinya sendiri.
"Harusnya lu bersyukur nikah sama gue. Nikah pura-pura tapi diketahui kedua belah pihak. Daripada lu nikahin si Jalan Raya. Pura-pura dulu baru nikah." ujar Marissa memecah lamunan Arya.
"Maksud kamu apa sih? Pura-pura gimana maksudnya? Kamu juga jangan sebut nama orang sembarangan, bisa kan? Namanya Raya, bukan Jalan Raya. Harus bilang berapa kali biar ngerti?" tanya Arya sinis.
Marissa malah cekikian ga jelas. "Lu lucu juga ya kalo ngambek gitu. Udah lucu ganteng, baik, setia juga. Ga salah bokap gue nikahin gue sama elu." Kata Marissa sambil memainkan mata so imut pada Arya.
"Apaan sih!" lirik Arya sambil melipat tangan risih.
Dasar orang aneh, pikirnya.
"Jadi gitu cara kamu godain orang, ya? Ga usah banyak lagak ga mempan ini sama aku." kata Arya sambil menatap keluar jendela. Ia sedang berjalan dengan mobilnya melewati bangunan-bangunan diluar, tapi rasanya bagi Arya bangunan-bangunan itulah yang seperti berjalan melewatinya.
Karena perkataan Arya barusan, supir mereka yang sedari tadi diam jadi usil lirik kaca spion berusaha kepo.
"Ga juga sih. Mana ada godain orang imut gitu, harus hot lah." ujar Marissa sambil membusungkan dadanya.
"Ga usah banyak gaya gitu. Aku ga akan terpengaruh." kata Arya.
"Ya pantes aja tuh perempuan main di belakang lu. Orang lu ga normal." ucap Marissa ketus.
Arya melirik Marissa tajam.
"Cewek brengsek!" umpat Marissa, "harusnya lu tau kelakuan dia gimana sebenernya. Kurang kasih sayang malah rebut cowo orang. Lu tuh harusnya sadar kalo.."
Marissa terdiam saat menyadari sorot mata Arya yang memandangnya tajam.
"Cewek lu selingkuh, dasar cowok menyedihkan." ucap Marissa lagi seolah tak mempan dipelototi seperti itu.
"Kamu lagi ngedumel apa sih? Kenapa mudah sekali mengumpati orang seperti itu? Aku ga tau kamu dapat cerita gitu dari siapa, tapi jangan asal bikin rumor tanpa bukti. Hanya gara-gara tadi Raya bikin heboh di pesta bilang sedang hamil tapi belum tentu dia benar kan? Apalagi sampai kamu berasumsi dia selingkuh segala." kata Arya kesal.
"Gue ga asal ngomong ya. Asal lu tau aja, gue liat pake mata kepala gue sendiri! Ya kali anak orang kaya macam gue ga bisa apa-apa. Cuma cari info gitu sih cetek. Emangnya elu, manusia naif, polos mau dibego-begoin. Udah gitu anak papa di suruh ini itu mau aja.." sindir Marissa.
Ngomong apalagi sih manusia satu ini? Menyebalkan sekali. Pikir Arya heran.
"Sebentar lagi lu bakal tau semua kebenarannya, jadi sebelum itu terjadi, gue mau minta maaf dulu pertama sama lu. Karena gue pikir lu itu satu-satunya korban disini."
Tiba-tiba mobil mereka berhenti. Tanpa Arya sadari mereka sudah sampai di depan rumah. Marissa langsung turun begitu saja walau Arya sudah cegah untuk minta penjelasan atas ucapannya tadi.
Mereka masuk kejar-kejaran.
"Eh Marissa apa maksud kamu..hey!" panggil Arya tapi Marissa tidak menggubris.
Korban apa sih maksud ni cewek? Jelas-jelas Raya yang jadi korban disini. Pikir Arya.
Mereka kini tiba di depan pintu, saat terbuka tampak Raya sedang duduk gelisah dengan mata berkilat marah dan kantung mata bengkak. Wajahnya sangat kuyu lelah.
Terlihat sekali amarah dan kebencian saat menatap Arya dan Marissa datang bersama.
Tampak Papa dan Mama Arya juga orangtua Marissa muncul dibelakang mereka.
"Pasti kalian sudah menunggu lama." sapa Papa Arya basa-basi yang di sambut basa-basi pula oleh Om Randy, padahal tersirat ketegangan diantara mereka.
"Umm.. Selamat nak Arya atas pernikahanya, maaf tadi Raya sempat membuat kekacauan." kata Om Randy yang dia pikir sendiri pun bingung apa perlu mengucapkannya atau tidak karena secara tidak langsung Arya sedang mencampakkan anaknya karena menikahi wanita lain. Tapi mau gimana lagi tak ada kata yang pas untuk diucapkan walau hanya sekedar bada-basi semata.
"Iya tidak apa-apa, Om. Saya maklum dan mengerti." balas Arya yang juga canggung.
"Haahhh.. suamiku, kamu bilang tidak apa-apa?! Aduh Pak, gara-gara anak anda pernikahan kita jadi kacau. Yah.. walaupun hanya kawin kontrak tapi kan tetep aja pesta adalah pesta. Karena wanita malang ini jadi timbul gosip-gosip ga enak selama acara berlangsung!" kata Marissa membuat semua orang terdiam tak habis pikir. Semua tercengang dengan watak blak-blakan Marissa.
"Eh perempuan ******. Sebelum kamu nikahin pacarku juga kamu udah bikin gosip ga enak kan buat diri kamu sendiri yang harus berimbas juga kesana sini sampe ke usaha Arya dan papaku! Gara-gara gosip kayak gitu Arya harus nikah sama perempuan ga jelas kayak kamu!" bentak Raya, semua orang yang ada tampak kaget mendengar ucapan Raya yang tak segan.
"Gara-gara keegoisan kamu aku batal nikah sama Arya. Udah rebut suami orang sekarang rebut calon suami orang! Dasar pelakor!" hina Raya dengan murka. Mereka semakin tercengang. Di balik sifat Raya yang manis dan lembut ternyata seperti ini sisi Raya lainnya.
Suasana nampak memanas tapi anehnya Marissa yang mendengar hal itu malah tenang dan biasa saja.
"Bodo amat. Kan laki lu sekarang udah jadi suami gue, ngapain lu teriak2 kayak monyet hutan gitu? Napa? Lu mau rebut suami gue? Lah ada calon pelakor nih, ahahaha!" Ledek Marissa.
"Rissa! Bisa-bisanya kamu seperti itu sama orang lain. Kamu ga tau diri sekali, kita sudah dibantu sama mereka, seenggaknya kamu harus bersikap sopan!" Pak Aga geram pada anaknya, "kamu harusnya berterimakasih Arya rela menikahi kamu, kalau engga sudah Papa gugurkan kandungan kamu. Membuat malu saja bisamu!" bentak Pak Aga lagi.
Semua terhenyak mendengar penuturan Pak Aga. Arya pun sama terkejutnya. Jika tak ada yang bertanggung jawab atas bayi itu, maka nyawa tak berdosa dalam perut Marissa akan di hilangkan? Sungguh kejam.
"Harusnya Arya yang berterima kasih sama Rissa. Karena dia ga jadi nikah sama iblis betina ini!" kata Marissa tak terima sambil menunjuk Raya.
"Sudah sudah semuanya tenang! Kita berkumpul disini kan untuk meluruskan masalah. Kita tidak perlu bertengkar seperti ini. Mari kita selesaikan dengan kepala dingin." Lerai Papa Arya.
Semua diam lalu mengambil tempat duduknya masing-masing.
Marissa mengambil tempat dipojok. Ia menjatuhkan badannya begitu saja saking kesal.
"Mmm... karena situasi sudah tak mengenakan seperti ini, saya mau langsung to the point saja bertanya." Papa mulai membuka pembicaraan.
"Raya, nak.. Om tau kamu kecewa dan sakit hati, tapi kenapa kamu tadi berbuat seperti itu? Om mengerti kalau kamu marah tapi kan kita sudah sepakat Arya akan kembali lagi padamu hanya sampai waktu Marissa melahirkan." Ujar Papa Arya lembut.
Mama Arya yang memilih duduk disamping Raya mengelus-elus punggung tangan perempuan tersebut. Sebagai seorang ibu ia pun merasa iba. Mengapa anak-anak malang ini harus mengalami hal macam ini? Tapi apa daya Mama yang hanya bisa mengikuti keinginan Papa juga karena kondisi yang serba salah.
Cukup lama Raya terdiam, lalu menangis sesenggukan.
"Raya ga rela Arya nikah sama perempuan ini. Harusnya Arya nikah sama Raya.." ucap Raya terbata.
Marissa kembali tersulut emosi. "Kenapa emangnya kalo nikah sama gue? Karena kita sama-sama hamil tapi Arya malah nikahin gue, gitu? Karena Arya itu pacar lu, jadi lu ngerasa berhak dinikahin sama si Arya walaupun lu lagi hamil bukan anak dia?"
Jlegerrr!
Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar.
Double spot jantung mereka semua disana.
Perkataan Marissa seolah di setujui langit, selain karena petir itu semua juga terkejut mendengar pernyataan Marissa tadi.
Setelah petir besar lama-lama turun hujan deras.
Mama Arya yang dari tadi mencoba menghangatkan Raya kini perlahan melepas genggamannya tak percaya.
"Lu itu murahan. Lu cuma mau manfaatin Arya tanpa timbal balik, hanya mau jadiin si Arya buat nutupin aib lu gara-gara hamil anak si Kelvin, kan?" seru Marissa meluap-luap.
"Cukup Marissa!" Bentak Arya.
"Dari tadi kamu ngoceh terus hal-hal aneh. Sebenernya ada apa ini? Apa yang lagi kamu bicarakan?" tanya Arya geram.
"Akhirnya lu tanya juga kan. Tadi waktu gue cerita lu bilang gue ga ada hak ngomonin orang yang ga gue kenal. Asal lu tau aja ya, Arya. Gue kenal banget sama perempuan busuk ini!" Ucap Marissa meledak-ledak.
Mata Raya membelalak. "Cerita? Cerita apa?" tanya Raya.
"Cerita kalo lu ga rela gue rebut Arya karena si Kelvin ga mau tanggung jawab anak yang ada di kandungan elu." jawab Marissa bohong tapi tetap santai.
"Apa maksud kamu? Apa yang kamu ketahui? Dasar perempuan ******!" jerit Raya ia bangkit berdiri menghampiri Marissa lalu menarik rambutnya.
Marissa tak mau kalah ia balas tarik rambut Raya. Kedua perempuan itu kini saling menjambak dan berteriak. Sumpah serapah dalam rumah itu kini beradu dengan derasnya suara hujan.
Om Randy, Papa, Pak Aga juga Arya mencoba memisahkan mereka. Sedangkan Mama Arya dan Mama Marissa menjerit-jerit meminta mereka berhenti berkelahi.
Plak!
Saat mereka berhasil terpisah. Sebuah tamparan mendarat dipipi Raya. "Jelaskan pada Ayah! Apa ada hal yang kamu tutupi? Jelaskan perkataan Marissa tadi!" Om Randy memukul anaknya di depan orang banyak membuat Raya malu dan marah.
"Kenapa Ayah memukul Raya? Ayah membuat Raya malu.."
"Kamu yang sudah buat malu Ayah! Sekarang Ayah minta kamu jawab sejujurnya. Apa maksud perkataan Marissa." Tanya Om Randy sambil mengguncang tubuh Raya.
Masih dipegangi Pak Aga, Marissa tampak tersenyum sinis sambil meniup rambutnya yang jatuh ke mata.
Tubuh Raya bergetar dengan isak tangis menyedihkan tak lama ia jatuh pingsan.
"Marissa, ada apa ini sebenarnya? Jelaskan pada kami semua!" pinta Pak Aga ketika Raya sudah dibawa pulang dengan keadaan tak sadar oleh Pak Randy.
"Rissa, jangan bilang maksud kamu Kelvin itu mantan kamu nak?" tanya Mama Marissa.
"Iya Kelvin si brengsek mantan Rissa, Ma. Dan si Jalan Raya itu cewek brengsek yang ngerebut Kelvin sampai Rissa seperti ini." terang Marissa.
Mama Marissa menutup mulut tak percaya, sedangkan Pak Aga hanya menunduk sambil sedikit memijat kepalanya.
"Karena itulah alasan kamu memilih Arya walau Papa sudah melarang kalau dia sudah punya tunangan dan akan segera menikah?" tanya Pak Aga lagi.
Marissa menggangguk senang. "Selain bongkar aib si Jalan Raya sekalian juga kan nyelamatin Arya, cowok malang yang ga tau apa-apa." kata Marissa bangga.
"Sebentar Pak, sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Papa Arya tak mengerti.
"Gini Pak, sebenarnya yang meminta pernikahan ini adalah Marissa. Maaf kalau saya terkesan menipu bapak dan keluarga dengan alasan bisnis perusahaan. Tapi saya tak punya pilihan. Awalnya saya ingin menggugurkan anak yang dikandung Marissa. Tapi dia mengancam akan bunuh diri jika saya melakukan hal itu. Dia hampir gila dengan keadaan ini hingga suatu ketika dia meminta kesempatan untuk menyelamatkan anaknya juga nama baik perusahaan yang memang kena imbas dari masalah dia. Tapi tidak saya sangka dia memilih Arya sebagai jalan keluarnya. Dan gagasan hubungan bisnis yang saya janjikan juga itu ide Marissa. Dan saya juga baru tau sekarang alasan Marissa sebenarnya melakukan ini semua." Jelas Pak Aga.
"Sa.. saya masih belum paham maksudnya gimana.. ya.." tanya Papa Arya lagi.
"Kelvin itu dulu pacar saya, Om. Kita pacaran udah 5 tahun. Tapi 2 tahun yang lalu dia ketahuan selingkuh dibelakang saya, dan selingkuhannya itu Raya. Dia tega ninggalin saya demi perempuan seperti itu."
"Astaga, 2 tahun yang lalu? Tapi.. Arya dan Raya itu kan sudah pacaran 3 tahun.." gumam Mama Arya.
"Iya, Tante. Karena akhir-akhir ini si Kelvin ganggu saya, dia bilang udah bosan sama Raya dan tidak mau tanggung jawab anaknya jadi saya punya ide bikin hal semacam ini. Makanya Arya harusnya lu terimakasih sama gue. Udah nyelamatin lu dari cewek srigala berbulu domba macam dia" ujar Marissa membanggakan diri.
"Lagian kita cuma kawin kontrak. Nanti abis cerai dari gue kan lu bisa cari cewek lain yang baik-baik."
"Cukup!" bentak Arya.
"Selain ngerusak rumah tangga orang, sekarang kamu juga dengan sengaja hancurin hubungan orang!"
Semua terkejut atas perkataan Arya yang tak disangka.
"Kamu sudah tau kondisi Raya sedang hamil, dan kamu juga bilang pernah merasakan di posisi dia. Tapi kenapa kamu tega sekali! Sekarang bagaimana dengan Raya? Siapa yang akan bertanggungjawab? Pantas saja dia jadi tidak waras karena dia tau harus melewati ini sendirian."
"Ya bodo amat itu bukan urusan gue! Dulu waktu gue ditinggal selingkuh apa si Jalan Raya tau gimana perasaan gue? Apa dia juga mikirin perasaan elu? Sadar woy. Cinta lu buta banget sama dia sampe mikirin dia bakal gimana nantinya." Ucap Marissa kesal.
"Ga tau terimakasih banget udah di tolongin juga!" sambungnya lagi.
"Apa aku pernah minta tolong sama kamu? Apa aku minta kamu kasih tau keburukan Raya didepan semua orang? Kalaupun dia salah biarkan dia yang beri tahu aku. Lebih baik dia yang memberitahuku secara langsung. Ga ada hak kamu buat lakuin semua itu!"
"Ya jelas ada hak! Lu ngata-ngatain gue perusak rumah tangga dan hubungan orang tapi apa lu ga nyadar si Raya itu juga perusak hubungan orang? Dia duluan yang ngerusak hubungan orang!Gara-gara dia gue jadi gini!"
"Arya, sudahlah Nak. Papa pikir apa yang dilakukan Marissa tidak sepenuhnya salah. Sekarang kamu tau buruknya Raya dan tidak dibutakan lagi oleh cinta sama anak itu. Kalau bukan karena kejadian ini, kita pasti sudah tertipu olehnya dan tanpa kamu sadari seumur hidupmu kamu akan menjadi ayah untuk orang lain yang bukan anakmu"
"Tertipu? Sekarang Papa juga menjelekkan Raya? Lalu apa bedanya dengan Marissa? Dia juga sudah menipu kita, memanfaatkan Arya untuk menghancurkan Raya, orang yang dia benci. Apa bedanya sekarang Arya yang hanya dijadikan alat dalam sebuah pernikahan untuk bertanggung jawab atas kehamilan Marissa."
"Arya sudah cukup! Tentu saja beda! Kamu menikahi Marissa ada untungnya untuk kita, bisnis kita tidak akan bermasalah, yang ada malah makin berkembang. Berbeda jika kamu menikahi Raya. Hanya sakit hati saja yang kamu dapat."
Arya marah sekali mendengar perkataan Papa. Ia sudah muak dengan keadaan ini. Tanpa pikir panjang ia meninggalkan semua orang itu lalu naik ke kamarnya tanpa peduli mereka memanggil-manggil namanya. Tak peduli juga jika Marissa sekarang sudah menjadi istrinya.
Di dalam kamar Arya hanya bisa terdiam. Sakit sekali hatinya. Menangis pun rasanya sudah tak sanggup. Saking kecewa dan sedihnya sampai tak ada air mata yang jatuh.
Ternyata pikirannya selama ini salah. Raya mengamuk bukan karena tidak terima Arya menikah dengan orang lain. Arya pikir Raya begitu karena dia sangat mencintai Arya.
Ternyata dia marah karena tidak dapat memanfaatkan Arya untuk bertanggung jawab atas anak yang sedang dikandungnya.
Arya merasa dirinya bodoh sekali. Dia masih tak habis pikir.
Apa aku melakukan sesuatu yang salah pada Raya sampai dia tega berkhianat? Pikir Arya.
Raya.. aku benci mengetahui kebenaran ini.
Apa aku harus mati saja?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ami chimmiko
cinta itu bkn hny soal perasaan tp jg ada gairah dsna... wlpn cm sebatas pelukan ato ciuman. pantesan Arya di tinggal krn jaman modern gni udh dewasa pcrn cm pegangan tangan doang
2021-06-01
0
Ayi Nabila
teruslah berkarya authorku sayang....pasti novel ini akan naik ratingnya..aku tunggu up selanjutnya🥰🥰🥰
2020-11-21
2
Ayi Nabila
lanjut thorrr....aku mendukungmu
2020-11-20
2