Tidak seperti sebelumnya, walau terkejut Arya tidak menginjak rem mendadak lagi.
Sesekali ia melirik Marissa yang tengah asyik dengan siaran langsung instagramnya.
"Gue akui yang divideo itu memang gue, tapi cerita yang beredar kalau gue berantem gara-gara suami orang itu salah B-E-S-A-R."
Marissa berdeham sebentar sebelum memulai ceritanya.
"Jadi gini ya gaes, tadi tuh gue ke toko tas yang ada divideo itu nah kalau lu semua jeli, ada kan disana salah satu tas yg limited edition, karena tiap toko cabang hanya menyediakan 2pcs, dan kebetulan di toko itu tinggal satu biji doang jadi gue ambil tas itu. Eh taunya ada ibu-ibu yang tadi berantem sama gue itu ngaku-ngaku kalau dia udah dari kemarin mau beli itu tas, bilangnya sih udah booking hihihi" ledek Marissa cekikikan.
"Waktu pegawai toko bilang ke si ibu itu kalau tasnya udah dibeli sama gue, dia langsung pergi, gue pikir its ok bagi dia, orang udah keduluan sama gue kan. Ehh, ga taunya mungkin karena kesel atau apa dia tiba-tiba si ibu itu nyerang gue dari belakang. Kan gue kaget, ga terima dong gue digituin, ya langsung gue bales lah. Tapi yaaaaa, memang sih gue juga yang salah mau aja diajak berantem ditempat gituan, tapi namanya emosi mau gimana lagi, kan? Dan karena tadi ada beberapa tas rusak akibat keributan jadi ya mau ga mau gue ganti rugi deh semuanya." ungkap Marissa panjang lebar.
Tanpa menunggu lama, kolom komentar disiaran langsung itu dibanjiri banyak pertanyaan.
Dan inti dari semua pertanyaannya itu sama. Apakah Marissa tidak bohong dan sungguh jika cerita itu memang benar?
"Hah? Ngapain gue bohong? Lucu deh lu semua! Gue cerita yang sebenernya pada ga percaya. Giliran gosip-gosip yang ga jelas sumbernya lu semua percaya-percaya aja ibarat ayam dikasih biji bijian langsung nyomot gitu aja, ga peduli tuh biji udah dicampur racun juga tetep di comot." balas Marissa kesal.
Tapi ini bukan setinggan kan? Tanya seseorang di kolom komentar.
"Ya kalau bukan bohong artinya bukan settingan lah. Ada-ada aja deh netizen ini." kata Marissa sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Kak jangan kesel ih nanti cantiknya ilang. Tapi ya mau gimanapun kalau udah cantik mau lagi kesel gini juga tetep cantik sihh.... tapi boong.... ahahaha ga ada cantik2nya lu jadi orang!" baca Marissa lagi, komentar yang satu ini awalnya membuat Marissa tersipu malu tapi jadi malu beneran saat dia membaca ujung dari kalimat komentar itu.
Marissa mengeram menahan emosi.
Arya yang masih sibuk menyetir tersenyum ketir, ia tak habis pikir dengan semua yang dikatakan Marissa barusan, walau tidak sepenuhnya bohong tapi tetap saja inti dari cerita ini adalah salah.
Meskipun Arya tau kebenarannya, tapi jika dia ada di posisi sebagai netizenpun, mungkin dia akan sama tetap berpikir bahwa apa yang dikatakan Marissa memang masih harus dipertanyakan lagi mengingat gosip miring yang ia ciptakan sendiri di instagramnya terdahulu.
"Oh, sayang kita udah sampai ya?" tanya Marissa tiba-tiba pada Arya.
"Gaes kita udah sampai nih. Gue akhiri dulu ya siaran ini. Nanti kita lanjut lagi, bye-byee.," kata Marissa didepan layar smartphonenya.
"Oia, awas ya kalian jangan nakal lagi. Jangan suka bikin gosip-gosip ga jelas lagi yaaa, dahhh..I love you all!" pamit Marissa lalu benar-benar mengakhiri siarannya.
Arya melirik Marissa "Udah sampai kan? Sana turun!" katanya sebelum Marissa benar-benar bernafas setelah mematikan siaran tadi.
"Gila lu ya suruh gue turun ditengah jalan!" celetuk Marissa kesal. Ia menarik nafas kuat-kuat lalu mengembuskannya.
"Lah tadi kamu sendiri yang bilang udah sampai." kata Arya tak mau kalah.
"Gue kan akting kalii. Gue ngeles lah, biar ada alasan matiin siaran. Mumpung macet kan jadi ga ketauan mobil lagi jalan." ujar Marissa kini menyenderkan badannya kebelakang dengan lemah.
"Maafin mamih ya anakku, kamu harus melewati hari ini dengan berat." bisik Marissa sambil mengelus perutnya.
Arya ingin mengomentari lagi pernyataan Marissa tadi, tapi saat ia melihat Marissa memperlakukan anak di perutnya dengan penuh sayang Arya jadi tak tega.
Ia sebenarnya ingin membiarkan Marissa untuk saat ini sampai perempuan itu merasa tenang. Tapi jika dibiarkan terlalu lama malah membuat Arya yang jadi tidak tenang.
Arya tau ini ranah pribadi Marissa. Tapi mau diakui atau tidak, Arya yang muncul disiaran langsung tadi sudah terlibat kedalamnya.
"Kenapa kamu siaran langsung tiba-tiba tanpa memberitahuku dulu?" tanya Arya.
"Sebelum berita semakin besar, gue harus minimalisir keadaan. Semakin lama gue ga klarifikasi, semakin banyak cerita yang dipelintir media nantinya." jawab Marissa.
"Udah kayak artis aja sampai berpikir sejauh itu." ledek Arya.
"Gue kan memang artis, selebgram, selebritisnya instagram dengan pengikut 1.2juta orang, paham?" tegas Marissa.
"Ga paham. Sudah tau pengikutmu sebanyak itu mengapa dulu bikin video minta dinikahin suami orang?" tanya Arya heran.
"Kepo amat dah idup lu!" cibir Marissa. "Gue pernah bilang kan, kalau si Jalan Raya dulu nekat itu karena dia udah di fase downnya dia, berasa sendiri karena ga ada yang mau tanggung jawab sama anaknya, asal lu tau si Kelvin itu cowok bajingan! Udah ninggalin gue, sekarang ninggalin selingkuhannya. Gila ya itu orang? Ahh, ngapain juga gue ngomongin mereka? Pokoknya intinya tuh dulu gue depresi banget sama kayak si Jalan Raya, gue mau coba minta kekuatan netizen biar si Tio tanggung jawab anak gue, eh yang ada malah jadi bumerang buat gue. Malah gue yang dimaki jadi pelakor sama mereka. Sialan!" Jelas Marissa mengungkapkan uneg-unegnya.
"Kenapa kamu marah? Kan kamu memang pelakor."
Marissa tersentak mendengar betapa polosnya Arya mengatakan itu, ia sampai menganga dan mengedipkan matanya 3 kali.
"Maksud lu apa? Lu lagi cari ribut?" tanya Marissa.
"Nggak." kata Arya santai, "maksudku tadi, kamu memang selingkuhannya orang yang bernama Tio itu kan? Sudah tau laki-laki itu punya anak istri kenapa juga kamu pacari? Ya itu resikonya buat orang yang bertindak semau hati mengikuti keegoisannya sendiri. Seorang perempuan asing yang ingin memiliki laki-laki yang sudah menjadi kepala keluarga memang tidak bisa ditoleransi di negeri ini. Mungkin dinegara manapun, masyarakat tidak akan ada yang menerima hal seperti itu. Dan juga untuk alasan apapaun itu memang tidak baik merebut sesuatu yang sudah dimiliki orang lain. Faktanya kamu memang pelakor kan, jadi untuk apa marah?" jelas Arya.
Marissa tampak kesal, ia mencondongkan tubuhnya. "Lu ngata-ngatain gue egois? Dan bagi lu gue pantes disebut pelakor?"
"Iya." Jawab Arya sambil menginjak gas membuat Marissa bersandar kembali dibangkunya.
Jalanan mulai lancar saat mobil mereka melalui sebuah truk besar yang mogok ditengah jalan, penyebab kemacetan.
"Kalau gue tau dia udah nikah, gue juga ga akan mau pacaran sama dia! Gue tau rasanya dikhianati. Gue juga ga mau kayak gini, apalagi dicap sebagai pelakor. Siapa yang egois? Gue hanya minta pertanggungjawaban si Tio. Tapi dia putusin gue waktu gue bilang lagi hamil anak dia, dan baru bilang kalau dia sudah menikah dan punya anak dua." ujar Marissa, "lu ga akan ngerti betapa frustasinya gue saat itu!"
Penuturan Marissa tadi membuat Arya terkejut, mendadak dia jadi merasa bersalah sudah berkata seperti itu tanpa tau kebenarannya. Diliriknya Marissa, tampak air mata mengalir dipipi perempuan itu. Dengan cepat Marissa menghapusnya dan memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Arya jadi kikuk, "Maaf, aku tidak tau ternyata ada alasan yang membuat kamu seperti ini."
Marissa tidak menjawab.
Mereka lama terdiam sampai akhirnya Arya membuka suara. "Tapi, apa yang kamu lakukan dan kamu katakan disiaran tadi sudah tau resikonya akan seperti apa nanti? Gimana kalau Mika melihatnya dan tidak terima kamu berbohong?"
"Gue bicara tadi ga sepenuhnya bohong kok." jawab Marissa cepat.
"Iyaa, ga sepenuhnya bohong tapi ga sepenuhnya juga benar." kata Arya mengingatkan.
"Tenang aja gue sudah mengurusnya agar mereka tutup mulut." Sebuah senyum mengembang di pipi Marissa.
"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Arya.
"Gue kirim foto syur gue sama Tio ke si Mika."
Arya terkejut, dia menginjak rem mendadak lagi untuk kedua kalinya.
"Kamu gila ya?" tanya Arya kesal.
"Gue waras sewaras-warasnya, kok. Lu jangan mendadak ngerem-ngerem gitu dong!" Marissa marah.
"Kalau kamu memang waras, lalu kenapa kamu bertindak bodoh seperti ini? Kamu beneran udah kirim?" tanya Arya khawatir.
"Sudah, nih" Marissa menunjukan smartphonenya yang menampilkan sebuah laman chat dengan kiriman sebuah foto didalamnya. Tampak Tio dan Marissa berdekapan dibawah selimut yang sama.
Dan tujuan penerima chat itu bertuliskan nama Mika.
"Kamu pikir Mika akan terima begitu saja saat kamu kirim foto itu?"
"Pasti ga akan terima, makanya gue kirim! Kalau dia mau rumah tangganya tetap utuh pasti dia bakal nurut buat tutup mulut sama kejadian tadi. Dan masalah selesaiiii." jelas Marissa enteng lalu tersenyum.
"Aku benar-benar ga habis pikir sama kamu," Arya melajukan lagi mobilnya tanpa peduli banyak mobil dibelakang yang mengklaksoninya.
"Kamu sendiri yang bilang tau rasanya di khianati. Tapi sekarang malah bertindak sejauh ini, benar-benar orang yang egois. Aku tarik kembali ucapanku saat minta maaf tadi. Aku rasa kamu memang pantas disebut pelakor egois." ucap Arya pedas.
"Bodo aaammmat." ejek Marissa tak peduli, ia masih sibuk dengan smartphonenya.
"Aku yakin, kamu akan menyesali perbuatanmu ini nantinya." kata Arya lagi.
Baru saja sebentar Marissa dapat mengambil hati Arya, tapi kini dia mulai berulah lagi membuat laki-laki itu kesal.
Setelah Arya berbicara seperti itu, tak ada perbincangan lagi diantara mereka hingga tiba di rumah.
Marissa langsung masuk begitu saja, begitupula Arya. Mereka masuk ke kamar masing-masing tanpa peduli satu sama lain.
Dua hari setelahnya apa yang dikhawatirkan Arya benar-benar terjadi.
Foto syur yang ia kirim pada Mika, mendadak jadi perbincangan hangat diakun gosip instagram.
Matahari belum terbit, jam masih menunjukan pukul 4 subuh, langit masih gelap tapi semua orang dalam rumah itu terbangun oleh teriakan Marissa.
Mereka berbondong-bondong datang ke kamarnya, yang pertama datang adalah Arya yang bersebelahan kamar dengan Marissa.
Perempuan itu teriak-teriak seperti orang kesetanan. Arya menggedor pintu kamar Marissa yang terkunci dari dalam tapi Marissa enggan membukakannya.
Papa dan Mama datang diikuti asisten keluarga juga satpam.
"Kenapa Marissa, Nak?" tanya Papa.
"Tidak tau, Pa. Pintunya terkunci dari dalam." jelas Arya.
Lalu dengan sigap Papa meminta asistennya mengambil kunci ganda kamar Marissa.
Sesaat pintu itu pun terbuka, tampaklah Marissa yang kusut masai, kamarnya berantakan seperti habis kerampokan tapi lebih tepatnya seperti ruangan yang di acak-acak oleh orang yang habis kerasukan setan.
Marissa meringkuk di bawah kasurnya. Masih menangis tak karuan.
"Nak, tenang. Ada apa ini, kok kamu seperti ini? Sini ayo mama bantu naik ke kasur dulu." kata Mama sambil merangkul Marissa di bantu dengan Papa.
"Kamu ga apa-apa kan Nak Rissa?" tanya Papa.
Arya, dua asisten rumah tangga, dan pak satpam ikut masuk dan tampak memunguti barang-barang yang berserakan dilantai bekas amukan Marissa.
Mama mengelus rambut Marissa, menyibakkannya dari wajah Marissa yang tercampur dengan air matanya.
"Perempuan brengsek itu sengaja kirim foto Rissa ke akun gosip." terang Marissa.
Semua orang yang mendengarnya bingung, Marissa memperlihatkan fotonya pada mereka, foto yang sama yang pernah ia kirimkan pada Mika namun bedanya disana wajah Tio diburamkan. Dan keterangan difoto itu sangat tidak mengenakan. "Bukti foto kemesraan pelakor Marissa dengan suami orang."
Papa yang melihat itu langsung menunduk sambil mengembuskan nafas berat, mama juga tampak kehabisan kata menatap Marissa dengan mata nanar. Kedua asisten dan satpam rumah itu saling mengangkat bahu.
Tapi Arya paham, ia menatap Marissa dengan tatapan datar sambil menyilangkan lengannya di depan dada seolah sudah tau hal seperti ini akan terjadi.
Karena Arya sudah mengerti situasi, ia pun menyuruh kedua asisten dan satpam itu kembali ke tempat mereka dan meminta mereka untuk membereskan semua kekacauan ini nanti setelah keadaan lebih tenang, padahal maksud Arya adalah agar mereka tidak berasumsi ke arah lain jika mendengar ucapan Marissa yang sedang dikontrol oleh emosi.
Sambil masih menyilangkan tangan, Arya mendekati Marissa dan kedua orang tuanya yang duduk diatas kasur.
"Sudah kubilang kan, kamu akan menyesalinya. Harusnya kamu tau bagaimana sifat Mika sebenarnya, dia wanita tangguh yang tidak bisa dipermainkan gitu aja." kata Arya pada Marissa membuat panas telinga perempuan itu.
"Kamu tau apa yang terjadi Arya? Mengapa ada foto seperti itu di akun gosip?" tanya Papa tak percaya.
"Apa mungkin itu foto editan, Nak?" timpal Mama.
Lalu Arya menjawab pertanyaan yang tak mereka harapkan, ia menceritakan kejadian sebenarnya kepada kedua orang tuanya. Tampak kekecewaan yang menghiasi wajah lelah kedua orangtua itu.
Walau mereka tau Marissa memang sedang hamil anak suami orang yang tak mereka kenal. Tetapi alangkah lebih baiknya kalau Marissa bijaksana menyikapi suatu masalah apalagi rasanya sangat tidak baik kalau sudah membeberkan aibnya sendiri kepada orang lain.
Maksud Marissa adalah mengancam Mika. Tapi Mika membalasnya bukan lagi dengan ancaman yang sama tapi langsung dengan tindakan.
"Terus gue mesti gimana Arya? Emang lu tau apa tentang gue? Apa yang bisa lu lakuin buat nyelesain masalah gue? Ga ada kan? Karena yang lu bisa hanya berkomentar komentar komentar aja!" teriak Marissa sambil melempar bantal yang ada dipinggirnya ke lantai.
Benar-benar perempuan tempramental. Pikir Arya, juga kedua orangtuanya.
"Sudah Nak Rissa, tenang dulu. Semua masalah ini pasti ada jalan keluarnya." kata Papa mencoba menenangkan Marissa.
"Tapi apa jalan keluarnya? Yang ada masalah jadi tambah besar." kata Marissa menangis.
"Yang membesarkan masalah itu kan kamu sendiri." kata Arya kesal.
"Apa lu bilang?" hardik Marissa.
"Arya, sudah jangan berkata seperti itu. Jangan buat keadaan semakin buruk." kata Mama mengingatkan.
Arya langsung terdiam, serba salah mau bicara apa.
Marissa masih meringkuk dan menangis. Ketiga orang itu menunggui Marissa dengan sabarnya, tapi tak lama tangisan Marissa berubah jadi rintihan kesakitan.
"Ah..Perutt.. sakittt.."
"Marissa, kamu kenapa Nak?" tanya Mama panik lalu beringsut mendekati Marissa.
"Arya cepat panggil dokter Alika!" seru Papa meminta Arya memanggilkan dokter keluarganya.
Arya dengan sigap menuruti perkataan Papa.
Dengan cemas mereka menunggu kedatangan dokter itu. Mama mengelus punggung Marissa yang masih merintih kesakitan sambil memegang perutnya.
Dokter Alika datang dengan tergesa, sesampainya disana ia tampak terkejut dengan suasana kamar Marissa yang berantakan tapi tak ia hiraukan, dokter itu langsung memeriksa Marissa dengan cekatan lalu memberinya obat. Tak lama kemudian Marissa tampak tenang, mungkin karena kelelahan akibat menangis dan mengamuk dia jadi ketiduran.
"Bagaimana, Dok, keadaan Marissa? Dia baik-baik saja?" tanya Mama setelah menyelimuti Marissa.
Dokter Alika mengangguk dan tersenyum. "Marissa tidak apa-apa dia hanya stress saja jadi berpengaruh pada janinnya dan menyebabkan kram perut. Saya sudah memberinya obat. Tapi tolong untuk tetap pastikan agar dia beristirahat penuh dan mengurangi hal-hal yang membuat dia stress dan saya harap jangan sampai hal seperti ini terulang lagi, karena akan sangat berbahaya bagi bayinya." kata dokter Alika berpesan lalu pamit pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
Papa mengantar kepergian dokter Alika sampai naik ke mobilnya sedangkan Mama masih dikamar Marissa bersama Arya.
"Mama istirahat saja biar Arya yang jaga Marissa disini." kata Arya tak tega melihat mamanya khawatir dan cemas. Ibunya itu tampak lelah.
Mama tidak langsung beranjak "Mama minta satu hal sama kamu, walau dia bukan benar-benar istri kamu. Tapi setidaknya tetaplah bantu dia seperti teman saat dia mengalami kesusahan. Jangan biarkan dia sendiri seperti ini." kata Mama, Arya hanya menunduk tak ingin menjawab apa-apa. Mamanya pun pergi meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kamarnya.
Arya menatap Marissa yang terpejam dibawah selimutnya.
"Benar-benar pembuat onar." bisik Arya.
"Lu bisa balik ke kamar lu. Gue mau sendiri." Arya terkejut mendengar Marissa berbicara dengan mata terpejam.
"Kamu ga tidur?" tanya Arya.
"Mana bisa gue tidur saat masalah lagi besar gini." kata Marissa ketus.
Arya paham. "Kamu pintar akting ya rupanya. Selalu berpura-pura agar masalah cepat selesai." kata Arya.
Marissa diam tak ingin berkomentar.
"Kamu sudah ada rencana untuk masalah foto itu? Aku harap kamu jangan gegabah lagi, menutup masalah untuk menciptakan masalah lainnya." pesan Arya.
Marissa terduduk dan matanya terbuka. Lalu memalingkan wajahnya pada Arya. "Lu pikir gue mau seperti ini? Siapa juga yang mau nutup masalah untuk masalah lainnya?" tanya Marissa dengan mata berkaca-kaca.
"Tentu saja tidak ada yang mau. Tapi seharusnya kamu kalau menyelesaikan sesuatu mulailah dengan kepala yang dingin dan lebih bijak. Jangan sampai apa yang kamu lakukan malah jadi bumerang untuk diri kamu sendiri." kata Arya lagi.
"Terus gue mesti gimana sekarang? Lu tau apa hah?" hardik Marissa dengan suara terisak.
Arya menghampirinya lalu duduk dibibir kasur Marissa. "Aku memang ga tau apa-apa sama hidupmu. Tapi setelah dipikirkan untuk masalah ini sepertinya aku punya ide." kata Arya. "Tapi jika kamu setuju untuk ide ini, untuk segala sesuatu kedepannya nanti apapun yang akan kamu lakukan harus aku ketahui dulu. Mengerti?" sambungnya lagi.
"Maksud lu ide apa?" tanya Marissa penasaran.
"Ide untuk mengklarifikasi foto viral kamu itu." kata Arya.
Mendengar itu Marissa menegakan cara duduknya.
"Ide apa?" tanya Marissa.
"Berjanji dulu baru aku kasih tau." kata Arya membuat kesepakatan.
"Itu... apaan sih lu janji janji segala tinggal ngomong aja." kata Marissa kesal.
"Aku ga akan mau bantu kamu kalau kamu ga mau berjanji, karena ide ini akan menyeret diriku juga nantinya." kata Arya.
Marissa bingung juga ragu, tapi sepertinya Arya memang bersungguh-sungguh ingin membantunya walau dipikiran Marissa ia curiga pasti ada yang diinginkan Arya dari Marissa. Karena bagi dia segala sesuatu didunia ini tidak ada yang gratis, pasti selalu ada timbal balik. Sama seperti kesepakatan pada pernikahannya.
"Lu pasti menginginkan sesuatu setelah bantu gue. Lu mau apa? Gue juga perlu tau." Kata Marissa membuat kening Arya mengerut.
"Kamu pikir aku ini manusia picik? Aku bahkan ga kepikiran sampai situ. Aku ga menginginkan apa-apa dari kamu." jelas Arya.
"Bohong. Semua orang yang ingin membantuku selalu menginginkan sesuatu untuk timbal baliknya." kata Marissa membuat Arya kasihan. Selama perempuan itu hidup apa dia selalu diperlakukan seperti itu dilingkungannya?
"Oke. Anggaplah kamu akan berhutang budi dan aku menginginkan sesuatu. Tapi, sesuatu itu belum bisa aku kasih tau sekarang. Ada saatnya suatu hari nanti aku akan minta pertolonganmu. Gimana?" kata Arya meluruskan niat baiknya.
Marissa diam sebentar seperti berpikir. "Oke. Gue akan anggap seperti itu."
"Deal ya?" tanya Arya sambil mengulurkan tangannya. Marissa tampak geli dengan kelakuan Arya ini tapi ia tetap menyambutnya dan mereka berjabatan tangan.
"Terus apa rencana yang mau lu buat?" tanya Marissa tak sabaran.
"Sebelum itu, aku mau tanya. Dimana kamu ambil foto viral itu?" tanya Arya.
"Di hotel XXX. Kenapa?"
"Ayo siap-siap. Kita kesana." Ajak Arya membuat Marissa terperangah.
"Hahh? Mau ngapain kita kesana?" tanya Marissa gusar.
"Memang ga boleh sepasang suami istri pergi ke hotel? Kita bahkan belum pernah berbulan madu." goda Arya membuat Marissa takut.
"Gila ya lu, mau apa kita kesana? Lu bilang mau selesain masalah gue ini malah ke tempat gituan." kata Marissa ketus.
"Tempat gituan? Kenapa konotatif hotel itu selalu kamu pikirkan untuk 'tempat gituan'? Emang kita pergi ke hotel buat 'gituan'? Kalau mau 'gituan' disini juga bisa kan?" goda Arya lagi lalu naik ke kasur Marissa membuat perempuan itu mundur sampai mentok pada pembatas kasur.
Marissa menelan ludah, entah kenapa keringat dingin mulai keluar dari keningnya.
Arya makin mendekati Marissa. "Kenapa kamu ketakutan gitu? Emang kamu pikir aku mau ngapain?" tanya Arya cekikikan "Ayo cepat siap-siap kita kesana sekarang!" ujar Arya mendekati Marissa lalu menarik tangannya agar segera bergegas.
Entah mengapa jantung Marissa berdegup kencang karena malu terhadap pikirannya sendiri, dan lebih malunya lagi Arya dapat membaca pikiran itu. Tindakan Arya tadi benar-benar membuat Marissa berpikir kejauhan. Memang payah sekali pikirannya.
Marissa mulai berlagak normal kembali. "Lu pikir hotel tuh rumah punya nenek moyang lu yang bisa check-in 24jam apa? Nanti siangan aja jam 1 baru kita ke sana. Lagian lu ga denger kata dokter tadi gue butuh istirahat tanpa beban pikiran? Udah lu sana pergi ke kamar lu nanti kita pergi siang." kata Marissa mengusir Arya sambil salah tingkah.
"Oh ya? Aku baru tau kalau hotel ada waktu tertentu untuk check-in." kata Arya polos.
"Ya ampun kemana aja lu hidup selama ini ga tau hal seperti itu? Emang lu ga pernah perjalanan bisnis terus nginep di hotel gitu?" tanya Marissa heran.
"Sering kok. Tapi yang mengurusi hal seperti itu kan tugas sekretarisku. Aku hanya tau semua beres saja. Tiba-tiba saat aku datang aku langsung bisa menempati kamar hotel dengan nyaman." kata dia lagi masih dengan kepolosannya.
"Iiiiiuuuhh banget sih lu jadi orang! Orang kaya tapi kamseupay." Ledek Marissa.
"Apa itu kamseupay?" tanya Arya tak tau masih polosnya.
Marissa mengerutkan keningnya. "Kamseupay aja lu ga tau? Bodo ah! Udah sana lu pergi hush hush!" usir Marissa lagi.
Arya mundur dan turun dari kasur Marissa. "Oke aku pergi. Aku udah ga sabar loh menunggu nanti siang." kata Arya lalu melangkah pergi tapi dia tiba-tiba berhenti dan berbalik "aku sangat bernafsu untuk segera pergi kesana." bisiknya lalu kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Marissa bergidik mendengar ucapan Arya itu bahkan tangannya sampai merinding. Dia sampai berpikir keras. Nafsu seperti apa yang dimaksud oleh Arya sampai dia seperti itu? Hihhh!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sadrianty Yanti
jujur thor aku paling benci yg namanya pelakor apapun alasannya...arya tanpa kamu sadari melisa telah menarikmu masuk untuk selalu menyelesaikan masalah masalah yg selalu dia lakukan dan kamu juga telah membantu dia untuk menang dan menindas hati dan perasaan mika....
2021-07-23
0
Titik Badawiyah
aku kok suka ya sama tokoh Marissa meskipun pelakor
2021-05-16
1
re
unik ceritanya
2021-05-03
0