AUTHOR POV
Kini hari-hari Vanya lebih terasa indah dan selalu berkesan, itu terlihat dari senyum yang cerah secerah mentari pagi, dan alasan utamanya karena keberadaan dan kedekatan nya dengan Putra.
Vanya makin semangat untuk sekolah, karena bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan sahabat kecilnya itu, Putra motivasi ke dua bagi Vanya untuk mempertahankan prestasinya di sekolah.
Semakin hari Vanya makin populer di dalam ruang lingkup sekolah, bahkan teman yang dulunya tidak mengenalnya kini selalu menyapa dirinya ketika dia berjalan melewati siswa siswi yang ada.
"Hay Vanya" suara sapaan siswa siswi bersahutan, layaknya Vanya adalah artis luar negeri.
"Duh, makin banyak saja fans mu sekarang Van, semenjak kamu memenangkan olimpiade matematika kemarin, sudah kayak penjilat saja mereka, ujung-ujungnya minta dicontekin tugas sama kamu, kok aku yang sebel ya" kesal Rara melihat tampang-tampang yang sok suci tersebut.
"Iya, aku juga geram sama mereka, dulu mah kita di lupakan, karena kita anak orang yang dibawah kasta, nah sekarang, tau-tau ngebaikin Vanya, ujung-ujungnya juga muka dua" sahut Ruly juga ikutan kesal.
Ya, mereka berdua selalu ada jika Vanya dalam keadaan suka dan duka, bahkan Vanya sudah menganggap Ruly dan Rara adalah saudara, yang di jahatin Vanya yang ngomel dan kesal adalah sahabatnya, begitulah mereka, tak akan ada yang mampu untuk membuat mereka berantem atau bertengkar, mereka sahabat yang saling melengkapi dan melindungi.
"Van" Sapa seseorang dari arah belakang.
"Iya" jawab Vanya singkat.
"Tunggu aku" hosh hosh hosh... suara Uut terdengar ngos-ngosan.
"Ada apa kamu lari-lari kayak guru" tanyaku bingung.
"Sebentar aku ngatur nafas" Uut mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena berlari mengejar Vanya.
"Ini" Uut memberikan kotak kado pada Vanya.
"Ini apa" tanya Vanya penasaran
"Entar saja bukanya setelah sepulang dari sekolah" katanya sambil tersenyum.
"Jangan-jangan itu bom lagi Van, atau tikus" Ruly menakut-nakuti Vanya
Vanya pun akhirnya agak ragu menerima pemberian Putra, karena terhasut oleh candaan Ruly tadi.
"Jangan dengerin Ruly, itu bukan bom atau tikus" tukas Putra cepat agar Vanya tidak khawatir.
"Um ok" Vanya menerima kado dari Putra masih dengan raut wajah ragu.
"Sekarang balik gih ke kelas, bentar lagi mau bel masuk" seraya memperhatikan jam di pergelangan tangannya.
"Terimakasih kadonya ya" ujar Vanya pada Putra.
"Iya sama-sama" jawab Putra
Mereka pun berjalan ke kelas masing-masing.
AUTHOR POV END
***
Tringgggggg bunyi alarm sekolah, menandakan pelajaran usai, siswa siswi yang berkutat pada buku kini melemaskan otot-otot badannya.
"Hore, pulang, gak sabar mau rebahan di pulau busa" sorai salah seorang siswa.
"Membosankan, gurunya gak asyik, pegel juga nih badan" sahut siswa yang lain
"Lelahnya hari ini, sambil menggendong tas di punggung" ujar Ruly.
"Yuk Van, kita pulang, gak sabar pengen lihat isi kado yang dikasih si tampan tadi" bisik Rara padaku.
"Kalian, ngomongin Ruly yang cantik ini ya"
"Ke ge er an" Rara memperjelas ucapannya.
"Yuk, ah kita pulang" ajakku.
Dan kami berjalan beriringan, sambil tertawa dan juga bergosip sesuatu yang gak penting dibahas.
Di kelas Uut, aku masih melihatnya bercengkerama dengan teman-temannya, saat aku lewat, aku tak sengaja mendengar percakapan antara kedua teman laki-lakinya, mereka terlihat sangat akrab.
"Bagaimana rencana kejutan buat gadis ko nanti" ucap Daniel
"Belum tau" jawab Uut singkat
Aku tak paham arah pembicaraan mereka, mungkin masalah pribadi Uut, gumamku dalam hati.
***
DI RUMAH VANYA
"Assalamualaikum" ucapku saat memasuki rumah.
"Gak ada sahutan, mungkin ayah sama ibu lagi keluar rumah sebentar" gumamku lagi.
"Badanku lelah, padahal biasanya juga kegiatannya seperti ini, ganti baju dulu lah, baru makan siang" ucapku
Setelah selesai ganti baju, aku menuju dapur untuk mengbil makan siangku.
"Alhamdulillah kenyang juga"
Aku berjalan menuju kamar lagi, dan teringat akan kado yang tadi diberikan pada Uut, sebuah kado dengan sampul warna merah jambu, berpita emas dan kotak berukuran sedang.
Aku membukanya perlahan, takut ada surat atau kertas yang mungkin terselip disana, saat ku buka terselip kertas kecil berwarna merah jambu dan kado berupa gaun yang senada dengan warna kertas kado tadi.
"Untuk Vanya
Aku tak tahu lagi harus mengatakan apa padamu, namun aku mengakui sesuatu, akhir - akhir ini setiap aku berada di dekatmu, aku merasa nyaman, merasa lebih sempurna daripada sendiri di setiap hari ku, maaf jika aku membuat mu agak ilfiell padaku, tapi ini jujur dari hatiku yang paling dalam, aku menyukai mu, menyukai mu apa adanya, kamu yang sederhana, menjadi dirimu sendiri, bahkan aku kadang iri padamu, yang sederhana tapi percaya diri. Vanya nanti malam aku akan menjemputnya, pakai lah gaun ini, dan aku yakin kamu akan cantik pakai gaun ini. Semoga kamu suka. Dan tunggu aku nanti malam. Dari Putra".
Begitulah isi dari pesan yang ada di dalam kotak tersebut, betapa bahagianya aku, aku mengambil gaun di dalam kotak tersebut, aku berjalan ke arah kaca sambil memegang gaun yang tadi di berikan pada Uut, mencobanya dan rasanya aku bahagia, bagaikan sebuah mimpi.
"Aku-aku juga menyukai mu Ut" ucapku pada pantulan cermin di depanku.
Nanti malam ada acara apa ya, kenapa mendadak Uut mengajak ku keluar, ijin dulu sama ayah dan ibu, aku gak mau buat mereka khawatir padaku. Iya benar ijin saja dulu biar ayah dan ibu tidak khawatir padaku.
Semburat senja mulai menampakkan rona indahnya, aku bersiap-siap menunggu kedatangan Uut untuk menjemputku.
"Tiinnn" suara klakson mobil dari teras rumah.
"Pasti itu Uut" gumamku.
Aku melangkahkan kakiku menuju pintu depan, aku membuka pintu dan terlihat lah pangeran yang terpampang jelas di depan wajahku, Uut terlihat nampak keren dan tetap tampan. Dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi dan bekulit putih menambah kadar ketampanannya semakin meningkat. Aku terbengong melihat penampilannya yang berbeda kali ini.
"Van, Vanya" suara Uut membuyarkan lamunanku.
"Ah, eh, i-iya" ucapku gelagapan.
Uut melihat penampilan ku memakai gaun yang diberikannya tadi, lalu dia berbisik.
"Kamu sangat cantik Vanya"
Aku menunduk karena malu, pasti pipiku akan merah bagai tomat, gerutuku sendiri.
"Siapa nak" ucap ibu dari arah dapur.
"Ada Uut bu" sahutku singkat.
Ibu berjalan kearahku.
"Itu tamunya kok gak disuruh masuk" ucap ibu padaku.
"Saking terpesonanya anak tante sama aku mungkin" canda Uut pada ibu tapi tatapan menggoda padaku.
Aku terpaku, badanku bagai tersengat listrik, kaku dan tak mampu bicara.
***
Jangan lupa Vote, Like, Rate, Komentar dan saran yang membangun
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like lagi
2020-12-31
1
𝑳 𝑪
mantap kak 👍
2020-10-23
1