Tak lama, makanan pun jadi. Vallen juga sudah beres menyajikannya di atas mangkuk. Cewek itu menyimpan kasar satu mangkuk ke hadapan Rafa, lantas ia duduk di hadapan suaminya.
"Gitu, dong. Nurut."
"Berisik! Ayah sama yang lain pulang kapan? Kesiksa gue ditinggal berdua sama lo," rengek Vallen.
"Besok."
Satu kata dari Rafa berhasil membuat mata Vallen terbelalak. "Hah?" Ia menendang-nendang kayu penumpu kaki di meja makan karena gereget sendiri.
Rafa menaikkan garpu yang sudah ia tusukkan ke sela-sela mie dan mulai memakannya. Setelah menelan itu, Rafa menengadahkan wajah melihat Vallen. "Nanti malem kita makan di luar."
Vallen mendongak dan berdehem.
Gadis itu melanjutkan makanannya, hingga ia terpikir sesuatu. "Fa, pulangnya ke supermarket ya, beli bahan makanan." Namun saat ia berkata seperti itu, pas sekali Rafa sedang memakan telurnya, Vallen menyapukan lidah ke area bibirnya, ia sangat suka kuning telur. "Fa ..., bagi dong."
"Gak, gue laper."
Vallen merengut dan kembali menunduk. "Kalo minta ke Devan, pasti dikasih," gumamnya pelan.
"Oh ya, lo minta ke supermarket karna males ke pasar pagi-pagi kan?" Rafa mengunyah sambil menatap Vallen songong. "Kan lo kebo, gak bisa bangun pagi!"
Vallen diam, membuat cowok di depannya juga ikut diam. Padahal niat Rafa biar Vallen ngomel lagi, tapi malah tidak ditanggapi.
Seusai makan, Rafa menyimpan mangkuk kotornya ke wastafel, lalu berjalan ke belakang Vallen. Dari belakang, tangan kiri Rafa menggapai dagu Vallen dan menekan kedua pipi itu agar mulut Vallen mangap. Setelahnya, ia menyuapkan sesendok telur yang ia sisakan.
Mata Vallen terbuka lebar. Usai Rafa melakukan itu, ia segera melepas pipi Vallen dan menyimpan sendoknya menyusul nasib sang mangkuk kotor.
Yang Vallen lakukan hanya mengunyah dengan mata masih lurus ke depan. Dalam kebekuannya, ia masih bisa menangkap derap langkah Rafa yang makin senyap, mungkin ia ke kamar lagi.
***
"Minjem minjem!" pinta Devan tak santai, ia merebut begitu saja ponsel Satria dan Bayu yang baru sampai di apartemennya. Kedua sahabatnya itu langsung duduk di sofa, sementara Devan mengetukkan kakinya sambil mencoba menelepon kontak Vallen memakai hp mereka. "Bangsat gak bisa juga!"
"Lo udah ke rumahnya?" tanya Satria sembari melepas jaket.
"Udah, nyokapnya bilang Vallen hari ini bakal nginep di rumah sodaranya, trus abis minta maaf karna gak bisa ngasih alamat sodaranya itu, nyokap Vallen langsung nutup pintu. " Devan mengusap wajahnya kasar. "Anjir gue gak ngerti, gue salah apa Sat, Bay?!"
"Kasar nggak, ngeselin nggak, selingkuh apalagi, mana berani gue nyakitin Vallen. Kurang sabar apa gue sama dia. Arghh anjing!" rutuk Devan pada dirinya sendiri. Ia merasa mungkin ada salah dalam tingkah lakunya, makanya Vallen begitu. Karena Devan tahu, Vallen bukan cewek yang berlaku apa-apa tanpa alasan yang jelas.
Cowok itu terus bergerak ke sana kemari daritadi hingga akhirnya menendang pintu yang masih setengah terbuka, sebab usahanya menghubungi Vallen tak kunjung mendapat jawaban.
"Angkat Vallen, angkat!" Devan yang jarang terlihat marah, malah melanjutkan memukul dan menendang pintu. Wajahnya cemas, takut juga Vallen kenapa-napa sebab saat dikejar di taman tadi Vallen langsung menghilang.
"Sabar dulu, Dev. Sabar!"
Devan berdecih. "Mana bisa gue sabar!!!" ujarnya dengan nada ngegas ke arah Bayu.
"Diem dulu, Dev!" Satria ikut bicara.
"Anjing anjing an ... jing!!!" Dan yang terakhir dia benar-benar menendang pintu sekuat tenaga, seakan tak peduli akan orang-orang yang tinggal di sebelah ruangannya jika mendengar.
"Tenang!"
Perkataan Bayu tidak digubris kembali.
"DEVAN!!! DUDUK LO!" teriak Bayu dengan suara menggelegar sambil menunjuk kursi. Mengarahkan Devan agar ke sana. Entahlah rasanya Bayu kalau jadi mertua suatu saat nanti mungkin akan ditakuti oleh menantu lelakinya.
Pergerakkan Devan berhenti, tapi di saat diam begini malah air matanya yang terasa ingin keluar. Namun, di depan Satria dan Bayu, sebisa mungkin ia menahan itu agar tak jatuh. Mati-matian Devan menahan tangis beserta amarah sampai rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat.
Ia pun menurut pada Bayu dan duduk di sofa. Menyenderkan dirinya di sana, lalu menutup mata menggunakan lengan sambil menghadap ke langit-langit. Dadanya naik turun, ia mengatur napas agar lebih tenang.
***
"Duduk," titah Rafa saat Vallen masuk ke kamar.
Gadis itu menatap Rafa bingung.
"Duduk sini cepetan," ulangnya.
🍐 Bersambung ....
...✨ Jangan lupa vommentnya gaisss ☺️...
...Makasih ✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Galaxy_713
Knp g lnjut d wp sih?
2022-04-03
0
susan menik2
rafa mah diam2 perhatian sama vallen😍tpi kasian jg sma devan
2021-08-28
1
shaaadb_
emm, sorry mau nanya, klo di noveltoon itu emg per-pertnya pendek gitunya? soalnya aku kesini gara gara kepo lanjutan di wp, aku agak bingung soalnya kok partnya pendek tp nyambung, gak kayak di wp, sorry klo ada kata kata yg salah, baru pertama kali soalnya😃🙏
2021-02-08
0