Tok tok tok ....
Pintu yang padahal sudah terbuka itu tetap diketuk. Satria yang melihat ke dalam rumah pun selanjutnya langsung masuk dengan membelah jalan yang dihalangi temannya. Kemudian, ia menghambur ke dekapan Rafa. Bayu dan Devan juga menyusul melakukan hal tersebut.
"Kenapa lo baru ngasih tau tengah malem sih? Kan kalo dari kemaren sore, kita bisa nemenin lo," ujar Satria dengan mata berkaca-kaca.
Rafa tersenyum sambil menggeleng pelan.
"Kuat, Fa. Kuat! Lo bisa hadepin ini semua. Dan kita bakal selalu nemenin lo." Devan memegang pundak Rafa dan menatapnya lekat.
"Iya, Dev."
Vallen celingukan di ambang pintu, mencari keberadaan Chela dan Nasya sampai akhirnya terdengar suara desisan.
"Sttt, Val! Di sini ...," ucap Chela pelan.
Vallen mengangguk lalu menghampiri mereka, ia pun duduk lesehan di antara sahabatnya. Teman Vallen yang lain bertanya akan kabar gadis itu dan Vallen dengan ramah menjawab bahwa keadaannya baik. Kemudian ia mengulum bibirnya sambil melihat sekitar, rasanya aneh menjadi pura-pura asing di sini. Sekali pun belum genap 24 jam Vallen menginjakkan kakinya di rumah Rafa, tapi ia sudah mulai bisa menganggap bahwa ini rumahnya juga.
Menit-menit berikutnya diisi dengan percakapan kecil antarmanusia yang ada di ruangan ini, dan suara menggelegar ditimbulkan oleh sahabat-sahabat Rafa, tentu saja mereka sedang berusaha membuat Rafa bangkit dari kesedihannya.
Beberapa saat sudah terlewati, satu persatu teman Rafa pun pamit.
"Val, pulang sekarang?" tanya Nasya sambil berbisik.
Sekilas Vallen memandang Devan. "Mmm, gue ada perlu sama Devan, Nasy."
"Hmm ah, 'ada perlu' apa ngebucin lo!" tuduh Chela sambil menyenggol Vallen.
"Apa sih ah ...."
"Yaudah, gue sama Chela duluan ya, Val," pamit Nasya seraya berdiri. Vallen menjawabnya dengan anggukan.
"Ati-ati, Chel, Nasy."
"Yo!"
Chela berjalan ke arah Rafa. "Fa, kita balik ya."
"Iya, thanks udah nyempetin ke sini."
Chela dan Nasya tersenyum. "Semangat Rafa!" kata mereka sambil mengepalkan tangan dan menaikkannya ke atas. Mereka lalu pergi, menyisakan sahabat cowok Rafa serta Vallen.
"Devan, pulang dari sini gue mau ngomong sama lo," pinta Vallen yang duduknya sudah pindah jadi di dekat Devan.
Cowok itu tersenyum, lalu memegang tangan Vallen. "Iya."
Mata Vallen membulat melihat tangannya yang digenggam. Sungguh, berada di posisi seperti ini tidak enak sama sekali. Bahkan gadis itu tidak berani melihat Rafa, ia hanya tersenyum kikuk dengan posisi menunduk untuk merespon Devan.
"Oh ya, guys. Bakal ada tanding basket antarsekolah bulan depan, buat nyambut tahun ajaran baru gitu," ujar Bayu memecah kecanggungan. Hal itu berhasil membuat Devan mengalihkan perhatiaannya.
"Kita harus ikut!" Devan angkat bicara.
Rafa menyender pada sofanya seraya melihat ke langit-langit. "Males."
"Jangan gitu dong, Fa! Kesempatan kita nih bangkitin nama sekolah karena kemaren kakak kelas kita kalah," nasehat Satria.
Yang dinasehati cuma melirik, tapi dengan gerak-gerik tidak peduli.
"Ayo dong, Fa! Lo punya bakat tau main basket. Lagian gak cape apa ngurusin eskul olim aja." Satria tak henti-hentinya membujuk, sayang sekali memang jika mereka melewatkan pertandingan ini. Apalagi Rafa, ini bisa sekalian jadi ajang Rafa untuk menyibukkan diri.
Devan mengangguk. "Bener tuh si Satria. Ikut, Fa!"
Rafa menghela napas dalam, kemudian ia melihat satu persatu temannya, termasuk Vallen yang berusaha tak acuh dengan memainkan ponsel menggunakan tangan satunya. Lelaki itu mengangguk sebagai keputusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments