Aya memegang pundak Rafa dan sedikit menekannya agar sang menantu duduk kembali. Kemudian, wanita itu menghirup udara malam ini sembari ikut duduk.
"Rafa ...."
Rafa menoleh dengan wajah yang terlihat tak ada semangatnya, Aya tak tahu apa ini dari kemarin-kemarin atau bagaimana karena Vallen sendiri tidak cerita apa pun. Mengerti bahwa menantunya ini memikul sebuah beban dan kesedihan yang berat, Aya merangkulnya dan membawa kepala Rafa tersandar di bahunya.
Rafa menurut, tapi sekilas hatinya teriris, biasanya yang memanjakan ia di tepi kolam ini adalah sang Bunda. Saat Rafa menanggung banyak masalah, saat itu pula bunda nya sadar dan selalu mengambil masalah itu dan melemparnya jauh hanya dengan sebuah belaian atau nasehat sederhana. Bunda Rafa adalah bunda yang hebat, dan Rafa bangga bisa memiliki bunda seperti Mira.
"Rafa, Mamah berteman dengan bundamu dari lama. Kamu tau? Bundamu mau jadi apa saat Mamah tanya cita-cita dia?" Aya tersenyum kecil sambil menatap langit.
Rafa menggeleng pelan. "Apa?"
"Bundamu mau jadi Swastamita."
Cowok yang tengah melihat gelombang air di kolam itu mengerutkan kening.
"Swastamita itu artinya pemandangan indah matahari terbenam. Bundamu mau jadi orang yang membuat orang lain bahagia entah karena keindahannya, kebaikannya, atau ketulusannya.
"Dan yang membuat Mamah bangga dengan bundamu adalah karena dia bilang ... matahari yang terbenam tak jahat karena telah meninggalkan, ia baik karena mempersilahkan para bintang alias beribu kebahagiaan untuk datang."
Rafa tersenyum tapi sambil menahan sebuah kesakitan, hatinya pilu mengingat swastamita miliknya yang bisa ia jumpai tak hanya sore hari itu, malah tak akan pernah menyapanya lagi, kecuali dalam mimpi.
Dan kemudian air mata jatuh dari mata Rafa.
Aya mengangkat kepala Rafa lalu menghapus air matanya. "Ada satu lagi. Kamu tahu kenapa nama belakang Vallen itu Arunika?"
Rafa menggeleng lagi. "Kalau gak salah artinya sinar matahari pagi ya, Mah?"
Aya terkekeh, tapi tetap mengangguk. "Bundamu tak ingin ada swastamita lain, hanya ingin itu adalah dirinya saja.
"Tapi, Bundamu ingin punya teman, yang menyambut pagi dengan sinar keceriaan, yang bisa membawa kehangatan, dan menebar kebaikan. Maka dari itu, saat Vallen lahir, bundamu dengan semangat bilang 'bayi cantik ini harus dinamakan Arunika!'"
Rafa yang jarang tertawa pun ikut tertawa bersama Aya. Benar, Mira adalah seorang yang penuh semangat, selalu menjalani hidup dengan pikiran positif dan keoptimisan, terkecuali saat detik terakhirnya.
Dua orang yang sedang berada di tepi kolam ini amat merindukan sosok Mira dalam tawa pilunya. Namun yang bisa mereka lakukan hanyalah berdoa.
"Semangat ya, Rafa." Wanita paruh baya itu memeluk seseorang yang sudah ia anggap sebagai anak sendirinya ini.
"Mamah! Makanannya udah jadi. Tinggalin aja kalo Rafa gak mau makan!!!" teriak Vallen dari pintu yang mengarah ke ruang makan.
Rafa menengokkan kepala dan menatap sinis Vallen, sedangkan Aya tertawa melihat interaksi dua anak itu. "Ayo Sayang, ke sana."
"Ada tongseng, ada capcay, ada ayam kodok, ada kerupuk. Mau pake apa aja lo?!" tanya Vallen galak karena dirinya terus dipaksa Aya agar melayani Rafa.
Semua orang memang sudah duduk rapi di depan meja makan, bahkan Bi Adab sekali pun. Satpam? Tetap di depan rumah untuk menjaga, tapi tenang, makanannya sudah dikirim ke sana.
Rafa menyeret pandangannya ke sekeliling permukaan meja.
"Serah," jawabnya begitu singkat.
Vallen lalu mengambil piring, menyiuk dua centong nasi, menambahkan kerupuk udang dan langsung memberikannya pada Rafa.
Semua orang tertawa melihat mereka, kecuali Aya yang malah belotot dan memanggil, "Vallen ...." Dengan nada yang makin naik.
"Vallen salah apa lagi???"
🍐 Bersambung ....
...✨ Jangan lupa vommentnya gaisss ☺️...
...Makasih ✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Tuty Handayani
valen lucu.....
2021-08-08
0