Sulit menanggapi Devan, tapi sebisa mungkin Vallen mengeluarkan suaranya. "Harus?"
"Harus!" kata Devan cukup tegas.
Vallen menghela napas. "Kalo gue bilang gak ada?" tanyanya dengan tatapan yang tak beralih ke wajah Devan sedikit pun. Ia melihat apa pun yang bisa ia lihat dan jangkau oleh matanya, tapi tidak dengan melihat ke arah orang di sebelahnya ini.
"Val, cinta boleh aja tanpa alasan, tapi putus, marah, dan benci nggak, selalu ada alesan kenapa itu terjadi."
Vallen menggeleng dan melenggang pergi.
Devan ingin lanjut bicara, tapi ada pengumuman bahwa upacara sebentar lagi dimulai. Akhirnya, dengan langkah terpaksa ia pun berjalan ke barisan cowok.
Dua hati yang saling terpaku dan terikat itu menahan gejolak kerinduan, rasa ingin bersama, juga rasa ingin semuanya seperti semula. Bedanya, yang satu masih berharap, sedangkan yang satu sudah tahu bahwa tak ada lagi harap.
Warga SMA Arcturus menjalankan upacara dengan khidmat. Seperti pada umumnya; ada penyambutan juga untuk murid kelas X yang baru menyelesaikan MPLS, ucapan selamat naik kelas bagi kelas XI, dan kalimat penyemangat untuk berjuang bagi kelas XII di tahun ajaran baru ini.
"Gils, satu taun lagi guys ...." Chela menatap sedih ke pembina upacara yang masih berbicara ria.
Nasya dan Vallen hanya mengulum senyuman yang mereka paksakan. Vallen senang jika seandainya cepat lulus, itu berarti kenangannya dengan Devan bisa cepat dilupakan. Namun, pikirannya tak sependek itu. Vallen juga menyayangi sahabatnya, menyayangi guru, chef ala-ala di kantin sekolah, satpam, caraka, dan intinya semua penduduk SMA Arcturus. Selalu terbayang oleh Vallen saat graduation nanti, pasti dia akan menangis, berat meninggalkan mereka yang sama-sama berjuang.
"Kalian harus jadi orang sukses semua!" kata Vallen dengan mata yang berkaca-kaca. "Nasya, dua bakpao lo jangan diilangin, lucu kayak gini." Vallen menyentuh dua cepolan rambut Nasya. "Chel lo harus tetep gila! Gue gak mau lo waras. Kalo waras berarti bukan temen gue lagi!" Bibir bawah Vallen mulai maju, dan setetes air mata pun jatuh. Membayangkan sebuah perpisahan adalah hal yang Vallen hindari, tapi kadang suka lewat gitu saja di kepalanya, kan kurang ajar.
Nasya ikutan baper, matanya pun telah berlinang. Bahkan Chela yang paling aktif di antara mereka, mencebikkan bibir dan menatap kedua sahabatnya tak tega.
"Dah ah, jangan bahas itu dulu. Sekarang nikmatin aja waktu satu tahunnya. Semangat!" kata Chela sambil tersenyum tulus.
"Semangaaaaat!!!!!" Seisi lapang mengucapkan itu, membuat Chela gempar sendiri, apakah suaranya sebesar itu?
"Kalian semua semangat???" ulang Kepala Sekolah.
Dan Chela pun bernapas lega.
***
"Murid-murid perkenalkan nama saya Anggi, saya guru matematika peminatan yang akan jadi wali kelas kalian. Saya harap semuanya bisa berjalan dengan baik, koordinasi kelasnya apalagi karena kalian sudah dua tahun bersama, 'kan?"
"Iya, Bu ...."
"Oh ya saya ada laporan di sini bahwa kelas kita kedapatan murid baru. Mohon ke depan untuk memperkenalkan diri."
Lalu jalanlah seorang murid yang sudah menjadi bahan perbincangan di kelas sedari tadi. "Hallo semuanya, perkenalkan nama aku Zevina Ayu. Panggil aja Ina. Aku pindahan dari SMA Canopus. Aku harap kita bisa berteman dengan baik." Dan lesung pipi pun terlihat saat ia tersenyum. Manis sekali sampai anak cowok di sana berteriak histeris. Satria pun ikut andil dengan mereka. Namun tak lama karena tiba-tiba Satria ingat teman sebelahnya. Langsung saja, ia memicingkan mata, kala menoleh ke arah Rafa sebab ingin melihat reaksi Rafa terhadap Ina.
Ok, ternyata Rafa malah menggambar rumah-rumahan di belakang bukunya.
"Kok pindah?" tanya salah satu anak yang membuat Satria fokus ke depan lagi.
Ina memandang si penanya. "Hm? Soalnya ... biar lebih deket dari rumah," jawabnya dengan nada canggung.
Vallen yang menyaksikan gelagat aneh dari Ina segera menyikut Nasya. "Sttt, lo pikir apa yang gue pikir?"
Gadis itu mengangguk. "Men-cu-ri-ga-kan," kata Nasya sepemikiran.
"Ok, terimakasih Ina, silakan kembali ke tempat. Anak-anak ... sebelum melakukan yang lain. Mari buat organisasi kelas dulu." Bu Anggi berjalan ke atas panggung yang ada di depan papan tulis, panggung yang dimaksud sebenarnya hanya lantai yang sedikit lebih tinggi. "Ada yang ingin mengajukan diri?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments