Perhatian Vallen teralih pada anak kecil yang loncat-loncat ingin mengambil susu kotak. Vallen tersenyum dan berjongkok di samping anak kecil itu.
"Adek mau yang mana? Biar Kakak ambilin."
Anak kecil tersebut lalu menunjuk seraya mendongak. "Yang co-ke-lat," ejanya.
"Berapa?"
"Dua!" kata bocah laki-laki ini semangat sambil menaikkan satu jari.
Vallen mengerutkan kening. "Satu atau dua?"
"Satu!" jawabnya lagi, tapi sambil mengangkat dua jari.
Vallen tertawa. Ia tak mengerti, tetapi mengambil dua kotak di sana.
Bocah itu menerima susu kotaknya. "Makasih, Kak!"
Saat Vallen mengusap kepala anak laki-laki itu, seorang wanita datang yang kemungkinan besar adalah ibunya. "Azka ..., kok main kabur-kabur aja sih?" tanya ibu itu sambil berjongkok. Sang bocah bernama Azka ini malah tertawa ke arah Vallen yang dibalas tawa ramah juga dari gadis itu.
Mengerti arah putranya menghadap, ibu itu ikut melihat Vallen. Lengkungan terukir di wajahnya. "Makasih ya, kamu pasti ngambilin ini buat Azka ya?"
Vallen mengangguk.
"Azka udah bilang makasih?" tanya si ibu.
"Udah!" kata Azka turut mengangguk, tapi ia mengulangnya, "Ma-ka-sih, Kakak Cantik!" Di akhir Azka kembali tertawa.
Vallen tahu tidak ada yang lucu, tapi Azka menggemaskan sekali, membuat Vallen lagi-lagi tertular tawanya. "Sama-sama."
"Dadah Kakak Cantik, dadah Kakak Cemberut!" Azka berlari mendahului ibunya. Sontak Vallen tertawa mendengar itu sambil memutar badan ke arah Rafa.
"Makannya senyum! Biar dikata ganteng! Hahaha." Vallen menarik paksa sudut bibir Rafa dengan kedua ibu jarinya, dirinya masih setia tertawa.
Rafa memang bukan orang yang terlalu irit bicara, tapi selama menjalani hidup, ekspresi wajah Rafa datar-datar saja. Dan kedatarannya malah disebut cemberut oleh Azka.
Ibu Azka tertawa canggung. "Maaf, ya ...." Dan kemudian ia berlalu mengejar anaknya.
Rafa malah memalingkan wajah saat Vallen masih saja menunjuknya sambil tertawa. Malas dengan semua itu, membuat Rafa berjalan meninggalkan Vallen.
"Ih Rafa tungguin!"
Setelah keliling-keliling lagi untuk sekadar cuci mata karena Vallen sudah lama tak belanja, akhirnya baterai gadis itu melemah, sudah makin malam juga, dirinya mengantuk.
"Fa, ayo bayar!"
Lagi-lagi Rafa tak bersuara, hanya berjalan dan meninggalkan Vallen yang tak masalah mendorong trolinya sendirian.
Sesampainya di kasir, mereka mengantri hingga tibalah saatnya kedua insan itu menyetorkan barang. Dan sekarang tinggal menunggu total harga. Vallen memandang sekitar sampai pandangannya tiba di produk mmm you know? Sebuah alat ... kontrasepsi dengan ... berbagai rasa(?)
Vallen membulatkan mata dan meneguk ludahnya. Kemudian dengan khawatir ia melihat ke kanan di mana ada Rafa di sana.
Rafa gak boleh liat! batin Vallen.
Rafa yang merasa diperhatikan, segera menoleh ke Vallen. Ditatapnya mata coklat gadis itu beserta kelopaknya yang terbuka lebar. Ia heran pula mengapa Vallen menggigit bibir bawahnya, seperti orang yang cemas. Rafa mengerutkan kening, ingin bertanya 'ada apa?' tapi ia keburu mengerti saat melihat barang di belakang gadis itu.
Diam sejenak.
Kemudian, Rafa langsung bertindak tak melihat apa-apa dengan mengalihkan pandangan ke arah lain. Sedangkan Vallen mengarahkan netranya ke kanan-kiri bawah dengan mata yang masih terbelalak. Sungguh, ia merutuki keberadaan benda itu.
Kenapa harus di sini! Jadi canggung kan!
***
Rafa dan Vallen sampai di rumah dengan keadaan yang cukup basah karena nekat menerjang hujan. Rafa membawa barang belanjaan dan menyimpan 2 keresek itu di dapur. Sedangkan Vallen sudah ngacir duluan naik tangga untuk ke kamar mandi di kamarnya. Seusai mengganti baju dan bebersih singkat, Vallen langsung menjatuhkan diri ke kasur dan membaur bersama selimut yang hangat.
Beberapa saat setelahnya, Rafa membuka pintu kamar, memperhatikan Vallen dengan seksama.
"Gue tidur di mana kalo lo ngabisin tempat gini?" tanya Rafa yang sudah pasti tak Vallen jawab. Tentu saja Rafa bingung, Vallen sih tidurnya malah di tengah, lebih tepatnya di diagonal kasur.
Cowok itu kemudian membuka selimut Vallen dan mencoba menggendong cewek tersebut agar lebih ke pinggir karena kalau digeser nanti Vallen terbangun. Diguling? Kasian, emang Vallen kambing? Dia kan kebo.
"Ngggh," lenguh Vallen yang merasa dirinya tergerak karena sesuatu.
Rafa diam, tapi tetap berusaha menggendong Vallen.
Suara decitan kasur membuat Vallen membuka mata. Langsung ia terkejut sebab tepat di depan mukanya, ada wajah Rafa. Seketika ingatannya kembali ke benda di kasir.
Apa Rafa membelinya? Makanya dia ...
"Aaaaaaaa!"
🍐 Bersambung ....
...✨ Jangan lupa vommentnya gaisss ☺️...
...Makasih ✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Anonymous
haha valen polos bgt😂🤣
2021-09-03
2
susan menik2
wkwkwkwk konyol😂
2021-08-28
1
Talita
anjr kontrasepsi
2020-12-28
0