Seluruh murid diharap untuk segera menuju lapangan. Sekali lagi seluruh murid ...
Rafa berdiri dari bangkunya. "Upacara," ucapnya datar sembari memasukkan dua telapak tangannya ke saku celana.
"Fa, lo belum jawab gue! Dia i---"
"Stttt, nanti lagi Sat!" Bayu menyentil kepala Satria yang duduk tepat di belakangnya.
Seakan sama sekali tidak peduli dengan yang Satria ucapkan, lelaki beiris cokelat yang paling dingin dari ketiga temannya itu pergi.
Bayu dan Devan paham maksud Satria, hanya saja membicarakan itu di kelas bukanlah sesuatu yang aman.
Bayu merangkul Satria yang terlihat sedih karena tidak ditanggapi oleh Rafa. "Yok ah! Bang Sat tidak boleh bersedih," katanya sambil menenangkan. Kebiasaan sih Satria, tidak tahu tempat. Pasalnya, mengobrol dengan suara kecil di kelas saja sudah terdengar ke seisi ruangan. "Tahan, Sat. Tahan ...."
Satria menggeleng dengan mukanya yang memelas. "Ngga, Bay. Gak bisa."
"Lo bisa Sat ...."
"I can't ...."
"You can!"
"Ngga anjir! Gue gak tahan, mau boker!" Satria lari kucar-kacir sambil menabrak teman sekelasnya. "Beri jalan buat Bang Sat rekan-rekan!" titahnya sok baku dan akhirnya ia tak terlihat lagi di mata Bayu yang masih mangap di tempat.
"Bay, lo sama Rafa aja. Gue ada urusan." Devan berujar santai sembari menumpu tubuh belakangnya ke meja, ia juga menyilangkan tangan. Bayu tersenyum dan menepuk bahu Devan.
"Good luck, Bro," ucap Bayu yang kemudian berlalu mencari Rafa.
Setelah itu, Devan pura-pura memainkan ponselnya, padahal jelas dia menunggu Vallen beranjak dari tempat duduk.
Tak berencana untuk galau hari ini, tapi pada kenyataannya ponsel Devan yang dipakai hanya sebagai properti pun malah menampilkan banyak kenangan dia dan Vallen. Devan tidak bisa, benar-benar tidak bisa menyingkirkan seorang gadis sebaik Vallen dalam kamus hidupnya. Devan ingin Vallen. Devan mau terus bahagia bersama Vallen.
Dicintai banyak cewek di sekolahnya, tak menjadikan Devan besar kepala dan menganggap perempuan baginya adalah sesuatu yang mudah didapat atau sesuatu yang tinggal dipilih. Devan tidak mau memilih siapa pun kecuali Vallen berada di antara banyaknya fans dia. Menurut Devan, Vallen tercipta untuknya. Dan semua kejadian yang terjadi pada mereka saat ini adalah ujian dari Tuhan agar hubungan mereka lebih kuat. Tugas Devan hanya meyakinkan Vallen. Devan yakin suatu saat nanti akan ada saat di mana ia membangun sebuah istana penuh kebahagiaan yang di dalamnya ada dia dan pujaan hatinya itu.
Devan mematikan ponsel, ia kemudian menatap penuh harap pada Vallen yang sudah mulai berjalan ke arah pintu. Tentu cowok itu mendekatinya.
Satu langkah lagi saja Vallen berada di luar kelas, tapi sayangnya Devan memberhentikan itu semua. Bicara-bicara ... kelas sudah kosong, Devan orang terakhir yang hendak keluar, dan Vallen kedua dari terakhir.
"Val ...," panggil Devan.
Suara itu sudah empat hari tak didengar Vallen. Namun, sekalinya ia mendengar sekali pun hanya satu suku kata, itu berhasil menggetarkan gendang telinga, bahkan hatinya.
Gadis itu tetap menatap ke depan, melihat area lapang yang telah dipenuhi orang. Vallen meneguk ludahnya kasar karena temen-teman dia lanjut berjalan tanpa melihat dulu keadaan dia di belakang. Hah ... tapi percuma, sekali pun melirik, mereka pasti akan berpikir bahwa Vallen dan Devan sedang pacaran, sahabat-sahabatnya kan belum ia beritahu tentang putusnya hubungan mereka.
"Val, kasih gue alesan ...."
Vallen menautkan alis, bukan karena bingung, tapi karena sedang menahan segala kegelisahan.
"Please ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Liefa Alrozy
semangat trus kk othor 💪💪suka ceritanya 🥰🥰😍😍😍
2021-10-09
2
anniezha_choir
sorry lho ya... g brmksud gmn"... 🙏🙏🙏
2021-08-09
1
anniezha_choir
baru mampir... panggilan namanya... bang sat, bi adab... g enak bgt dbacanya...
2021-08-09
0