Adam dan Bara bertanding cukup sengit. Adam selalu memakai character pria tangguh seperti 'Jin Kagama' untuk melawan Bara, sementara bara memakai character wanita seperti 'Nina' untuk melawan ayahnya sesuai permintaan Lisa.
"Ayah jangan pukul cewek dong yah!" omel Lisa saat mendengar suara KO dan pekikan kesakitan dari character wanita yang dimainkan kakaknya.
"Tau tuh ayah," imbuh Bara yang mengompori adiknya.
"Tapi kan yang mainin kak Bara, ayah gak salah dong!" jawab Adam membela diri.
"Tau ah ayah gak seru! Aku gak suka!" ucap Lisa yang duduk di tengah lalu pindah duduk di samping Bara.
"Iya sama aku juga. Ayah bukan gentleman," ucap Bara lalu memeluk Lisa yang langsung digeplak Lisa sekenanya.
"Ih kakak! Aku gak suka peluk. Kakak juga habisin martabakku sendirian!" omel Lisa pada kakaknya.
Adam langsung tertawa terbahak-bahak melihat Bara yang dimarahi Lisa juga. Lisa yang hanya kebagian dua potong jelas kesal karena kakaknya main ngabisin martabaknya sendiri. Lisa langsung pergi ke bundanya yang tengah menonton acara talk show.
"Sip habis ini aku gak bakal ngalah!" ucap Bara yang memilih character pria dan melanjutkan pertandingan sengit dengan ayahnya.
"Pak Heru! Kripik singkong pedes lagi pak!" pekik Adam saat cemilannya habis.
"Aku juga pak!" ucap Bara.
Pertandingan sengit terus berlangsung, sembari ngemil dan minum lemon tea. Adam yang awalnya ingin memberitahu Bara bahkan hampir kelupaan saking asiknya bermain.
"Eh dek, kamu masih ingat anaknya om Fajar gak?" tanya Adam memulai pembicaraan.
"Ya inget lah yah. Kan sering ketemu," jawab Bara sambil mengganti kaset PS nya dengan game lain.
"Kalo kamu besok ngajak dia ke nikahannya Via gimana?" tanya Adam.
"Ya gapapa nanti aku telfon om Fajar deh," jawab Bara santai.
"Kalo kamu dijodohin sama Clara?" tanya Adam.
"Apa?" ucap Bara kaget.
"Bukan apa-apa," jawab Adam menarik pertanyaannya tentang perjodohan.
Bara terdiam sejenak, mengurungkan niatnya untuk kabar lagi.
"Aku telfon om Fajar sekarang aja lah yah biar Clara bisa siap-siap juga," ucap Bara lalu pergi ke kamarnya.
Aku jelas gak salah dengar, kalo Ayah tawarin buat aku dijodohin sama Clara. Batin Bara lalu melihat ayahnya sebentar sebelum masuk kamar.
Bara tak kunjung menghubungi Fajar. Ia malah membatalkan ajakannya pada Tina teman kencannya yang cantik dan sexy untuk menemaninya ke pernikahan Via.
"Maaf ya ayah yang suruh soalnya. Tapi gimana kalo besok kita langsung ketemu aja waktu nikahannya Via," ucap Bara.
"Kamu ajak Robi?" tanya Tina.
"Dia sama aku dah kayak permen karet yang menempel di celana," jawab Bara menghibur Tina.
"Kamu bisa aja," jawab Tina kalem.
"Robi itu selain sahabat dia juga sekretarisku sejak aku kerja di resto," ucap Bara "Nanti pakek baju yang sesuai seleraku ya," sambung Bara.
"Idih kan kamu gak jadi sama aku perginya," jawab Tina dengan lembut dan manja, benar-benar selera Bara.
"Udah ah gak usah coba merayu. Matamu aja gak cocok sama Lisa," ucap Bara menanggapi ucapan Tina.
"Hahaha iya nanti aku cari gaun sesuai seleramu," jawab Tina sambil terkekeh.
"Pakek warna pastel ya," pinta Bara.
"Aku maunya warna merah hati," jawab Tina.
"Kamu mau aku nyerang kamu di resepsi? " tanya Bara sambil terkekeh.
Tina langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menjawab pertanyaan Bara.
Dia tumor. Matanya gak bisa buat Lisa. Batin Bara.
***
Tina tertawa cukup keras setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Bara.
Tina yang seorang dokter optik yang menangani Lisa sejak mengenal Bara tentu tau betul bagaimana Bara. Apalagi ia sempat menjalin hubungan asmara dengan Bara bahkan saat Bara gonta-ganti pasangan hanya Tina yang tidak dibuang Bara.
Awalnya Bara sangat ingin memperistri Tina, tapi begitu tau Tina memiliki tumor di payudaranya saat tengah bercumbu. Akhirnya Bara memutuskan untuk berteman baik saja dengan Tina. Dokter muda cantik yang menderita mata minus dan tumor di payudaranya.
Tidak parah, bukan pula tumor ganas. Tumor jinak. Tapi Bara jelas tidak menyukainya lagi. Bahkan meskipun Bara suka melihat mata Tina yang besar dan selalu terlihat cerah.
Flashback~
Bara terus melumat bibir Tina saat ia tau Tina ke toilet sendirian. Semua orang sibuk dengan expo yang berlangsung, apa lagi juga ada bazar buku dan makanan ala anak kost yang selera kuli.
"Bara jangan. Nanti ada yang lihat gimana?" tanya Tina menahan Bara yang sudah menatapnya dengan sayu.
"Kamu mau dimana?" tanya Bara yang kembali melumat bibir Tina, lalu beralih mengecup pipinya dan mulai menyusuri leher Tina meskipun saat itu Bara juga berstatus sebagai pacar Via saat itu.
"Dimana saja asal jangan di sini," jawab Tina dengan nafasnya yang sudah terengah-engah karena bergairah.
Tanpa pikir panjang Bara langsung menurunkan Tina yang dari tadi duduk di wastafel saat bercumbu. Beruntung tubuh Tina langsing terjaga. Bara langsung menggandeng Tina ke parkiran dan masuk ke dalam mobil Rubiconnya.
Dengan tidak sabaran Bara membukakan pintu untuk Tina. Mengabaikan tatapan semua orang, bahkan Bara juga sudah tidak perduli lagi bila Via melihat apa yang ia lakukan bersama Tina. Hanya kepuasan birahi yang ada di otak Bara saat ini.
Bara terus melumat bibir Tina layaknya ini hari terakhirnya bersama Tina dan untuk mencumbu Tina. Bara bahkan sudah bertelanjang dada saat mencumbu Tina di mobilnya. Hingga akhirnya saat nakal Bara tertahan.
"Bara jangan!" tahan Tina saat tau kemana arah cumbuan Bara yang makin ke bawah.
"What happen babe?" tanya Bara dengan suaranya yang serak sementara Tina mulai menjauh dan menutupi dadanya dengan bajunya yang sudah setengah terbuka.
"Kamu nikahi aku. Atau tidak sama sekali," jawab Tina.
"Oke! Kamu mau kita nikah kapan? Besok? Lusa? Kapan?" ucap Bara sudah tak sabar bahkan celananya juga sudah ia buka agar kejantanannya yang begitu kuat tak tersiksa di dalam sempitnya celana Bara.
"Kamu sempurna. Wajah, tubuh, bahkan kejantananmu pun terlihat sangat perkasa. Bukan aku mesum. Tapi saat kau tau aku. Kau pasti enggan denganku," ucap Tina terbata-bata dengan air matanya yang berlinang.
"Ada apa sayangku? Kenapa? Kamu minder sama Via? Devi? Sendi? Sebut yang mana saja. Aku akan singkirkan. Tapi jangan menangis," ucap Bara panik sambil memeluk Tina erat untuk menenangkannya.
Tina terus menangis dalam dekapan Bara. Terisak entah pada apa, yang jelas Tina tidak hamil karena Bara hingga ia menangis begini.
Kejantanan Bara juga Bara sendiri sudah kehilangan gairahnya. Bara membenarkan kembali pakaiannya. Celana, baju, hem, dan menyisir rambutnya hingga rapi lalu membersihkan wajahnya dengan tisu basah dari tas milik Tina. Hingga tak ada bekas lipstik lagi di wajah tampannya.
Tina hanya diam. Bara jadi merasa bersalah bila Tina mendiamkannya. Dengan inisiatifnya sendiri Bara membenarkan penampilan Tina hingga rapi lagi. Sedikit canggung, apalagi Bara juga memoleskan lipstik ke bibir Tina.
"Bara kita jadi teman saja. Kita sudahi semuanya. Aku ingin kamu jadi temanku. Teman baikku. Sahabatku," ucap Tina setelah lama diam.
"Kenapa?" tanya Bara terkejut.
Ini bukan kali pertama ia bercumbu bahkan bercinta dengan Tina pun ini sudah kali ketiga, bila malam ini jadi. Bara sangat merindukan Tina. Tak hanya Tina, tapi juga lubang surgawinya yang selalu menjadi candu dan membuat Bara sakau setelah mencobanya.
Ini pertama kali Tina menolaknya. Pasti ada yang salah. Tapi apa? Apa Tina punya calon suami? Atau pacar baru? Bara kalap dalam pikirannya yang kacau sendiri.
"Kamu yakin mau sama aku?" tanya Tina meyakinkan Bara.
Bara mengangguk dengan cepat lalu menarik Tina ke pelukannya lagi sambil mengecup keningnya beberapa kali.
"Yakin sayang," jawab Bara.
Tina menatap Bara dengan serius lalu menghela nafasnya dan memejamkan mata. Seolah mempertimbangkan apa yang akan disampaikannya, lalu tina mulai membuka jaketnya. Bara yang deg-degan dibuat bingung oleh Tina yang buka jaket. Tina menghentikan aksinya.
"Aku hanya mau jadi temanmu. Tolong ijinkan aku. Hanya itu yang aku mau," ucap Tina lalu membuka kaosnya yang begitu ketat.
Payudara milik Tina yang padat dan begitu berisi langsung terpampang nyata di depan Bara. Bara langsung membayangkan saat-saat ia menikmati waktu menikmati kedua ****** yang menghiasi payudara montok milik Tina. Bara menenggak ludahnya sendiri saat pada akhirnya Tina melepas bra yang ia kenakan.
"Kenapa?" tanya Bara bingung dengan apa yang di lakukan Tina.
Tina menarik jari Bara dan di arahkan mengitari payudaranya dengan sedikit menekan.
"Rasakan ada benjolan di sana," ucap Tina sesak "Itu tumor. Masih tumor jinak. Tapi cepat atau lambat. Ini akan jadi ganas," sambung Tina dengan air matanya yang kembali membasahi pipinya.
Bara menarik tangannya perlahan. Sesak, Bara mengetahui kenyataan yang ada. Tina terkena tumor payudara!
"Aku blank. Kamu kuantar pulang sekarang ya" ucap Bara linglung lalu pindah ke kursi kemudi meninggalkan Tina di belakang dan tengah memakai pakaiannya lagi.
Flashback off~
Aku hanya dokter biasa yang jatuh cinta pada seorang pngeran seperti Bara, bisa bercinta dengannya saja sudah menjadi berkah bagiku. Batin Tina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Maria Juni Yati
Bisa bisanya mereka berdua kayak begini 🙂🙂🙂🤦♀🤦♀Kata ayahnya Bara dia sudah tobat tapi ini 😐😐😐😐
2021-05-13
0
Lastri Gete
pergaulan bebas 😔😔😔
2021-03-29
1
Liiee
dari percakapan bara dan tina kok ngerasa kaya si bara cari perempuan selain buat puasin napsu tapi cari mata buat adeknya..
dan jangan2 nanti yg matanya cocok mata nya clara🤔
2021-01-20
1