My Perfect Husband
"Kamu kapan mau kuliah?" tanya Fajar pada anak semata wayangnya, Clara.
"Tahun ajaran baru besok aja yah," jawab Clara sekenanya sambil menatap layar smartphonenya dan earphone yang tersumpal di telinganya.
"Kamu makin tua! Kamu dah mau 21 loh sekarang!" ucap Fajar mengingatkan anak perempuannya.
"Hmm," sahut Clara acuh tak acuh.
"Kamu perlu nikah, punya keluarga, pekerjaan, dan pendidikan tinggi. Paling enggak kalo kamu gak mau kerja kamu bisa jadi ibu dan istri yang baik. Ayah sama bunda gak selamanya bisa nemenin kamu!" kata Fajar yang sudah bingung mau bagaimana lagi mendidik anaknya ini.
"Iya," jawab Clara lalu mengubah posisinya hingga memunggungi ayahnya dan kembali asik dengan ponselnya.
"Clara kalo kamu masih malas-malasan gitu ayah masukin ke asrama loh!" ancam Fajar yang sudah kesal.
"Dih ayah kok gitu!" sahut Clara yang akhirnya memperhatikan Ayahnya.
"Emang kamu mau kalo dipaksa ngurus ternak di kampung?" tanya Fajar.
"Mas, udahlah. Jangan maksa gitu," ucap Caca yang akhirnya melerai pertengkaran suami dan anaknya.
Fajar hanya diam, lalu merangkul pinggang istrinya. Sementara Clara terlihat sangat bangga dan puas dengan pembelaan dari bundanya.
"Ayahmu juga benar loh nak," ucap Caca lembut.
"Ck bunda!" decak Clara kesal.
"Kalo zaman dulu cewek itu cuma punya dua pilihan, sekolah lalu kerja atau nikah terus jadi ibu rumah tangga," ucap Caca lalu mendekati anak perempuannya sambil mengelus rambutnya.
"Yaudahlah bun, kan aku mau kuliah tahun depan!" ketus Clara pada Caca lalu bangun dan masuk ke kamarnya diiringi dengan bantingan pintu yang cukup keras.
Caca hanya tersenyum maklum pada sikap anaknya, sementara Fajar hanya mengelus dadanya menahan marah pada Clara. Fajar sendiri heran bagaimana bisa Clara yang dulunya alim dan lemah lembut bisa jadi searogan dan kasar seperti ini.
"Mas Adam sama istrinya itu gimana ya mas cara didik anaknya. Kok bisa nurut gitu," ucap Caca lalu bersandar di dada suaminya.
"Iya ya, padahal kemarin si Bara sempat nakal gak ketulungan loh. Ceweknya banyak, skandal sama gosipnya juga numpuk. Kayak gitu bisa jadi anak baik. Katanya tahun ajaran depan dia jadi dosen tetap, kan?" ucap Fajar.
"Iya, kapan Clara bisa kayak dia hm," jawab Caca lalu menyalakan TV.
***
Bara yang sudah dapat kampus untuk mengajar dan juga lulus dengan predikat cumlaude, lulus dengan predikat terbaik. Diminta mengajar di salah satu kampus negeri ternama di kotanya, di fakultas managemen.
Bara memang tidak terlalu serius dalam menanggapi pekerjaannya dan gajinya yang bahkan tak sampai setengah dari uang jajannya dari orang tuanya. Bara tetap mau menerima tawaran menjadi dosen hanya agar ada alasan menghindar dari pertanyaan orang tuanya "Kapan mau nyusul kakakmu?" atau pertanyaan dari adiknya "Kak kapan kakak punya bayi? Aku bosen bayinya kak Rey dah gede!".
"Aku pulang," ucap Bara saat memasuki rumah orang tuanya.
Anna langsung menyambutnya lalu celingak-celinguk seolah mencari sesuatu saat Bara datang.
"Gak bawa calon bun," ucap Bara yang sudah hafal apa yang akan diucapkan Bundanya.
"Bukan! Tadi cucunya bunda katanya mau kesini. Gak bareng?" tanya Anna lalu mengecup pipi anak keduanya.
"Enggak, ini kan senin bun. Biasanya kan pada kesini kalo jumat, baru diambil hari minggu," ucap Bara lalu masuk ke dalam.
Anna hanya mengangguk dan mengikuti anaknya masuk. Bara terlihat bosan dan cenderung tidak suka bila orang tuanya terus menerus menanyakan masalah percintaannya.
"Gimana?" tanya Adam yang berpapasan dengan Bara.
"Gimana apanya?" ucap Bara yang balik tanya.
"Gak usah sok lupa si Via gimana?" tanya Adam lalu merangkul Bara masuk ke ruang kerjanya.
"Via? Via Valen?" tanya Bara.
"Novia itu loh, gimana hubunganmu?" tanya Adam lalu duduk di sofa berhadapan dengan Bara.
"Ya gitu aku kemarin mau kenalin ke sini tapi kalah cepet ya hehe," jawab Bara sambil tertawa palsu.
"Kamu mau akting minta diajarin bunda sana. Kamu kalah cepet gimana?" tanya Adam penasaran.
"Ya kalah cepet," jawab Bara lalu mengeluarkan undangan pernikahan dari tasnya.
'Dimas & Via'
Adam cukup terkejut melihat undangan yang ditunjukkan Bara. Padahal Adam cukup berharap anaknya ini bisa mulai serius pada hubungan asmaranya.
Bara yang melihat ekspresi ayahnya yang terkejut, langsung keluar dari ruang kerja ayahnya dan pergi ke kamarnya. Tidak banyak yang Bara ucapkan, bahkan Bara tak banyak bereaksi saat adiknya memeluknya dari belakang dan berusaha mengejutkannya. Begitu pula bundanya saat mengajaknya makan malam.
"Kakak kenapa bunda?" tanya Lisa yang jadi sedih saat reaksi Bara tak seperti biasanya.
"Gak tau tadi bunda ajak makan juga lesu gitu," jawab Anna yang mengambilkan makan untuk princessnya.
Lisa hanya diam menunggu sampai anggota keluarganya berkumpul sebelum makan. Tak lama Adam datang sambil membawa undangan yang ditunjukkan Bara tadi.
"Siapa yang nikah yah?" tanya Anna pada suaminya.
"Pacarnya Bara mau dikenalin ke sini dah keburu ditikung orang," jawab Adam sedih.
Lisa langsung berlari ke kamar kakaknya begitu tau apa yang baru saja dialami kakaknya.
Brak!
Suara pintu kamar Bara yang dibuka secara mendadak, cenderung seperti didobrak oleh Lisa hingga menatap tembok dengan keras.
"Aaaa!" pekik Bara terkejut karena kaget dan handuk yang ia gunakan untuk menutupi pinggang merosot ke bawah, lebih tepatnya kejantanannya.
"Aaaa!" pekik Lisa yang ikut kaget.
"Cepet keluar! Tutup pintunya!" perintah Bara lalu cepat-cepat menutupi kejantanannya dengan handuk sambil berjongkok.
Lisa cepat keluar lalu menutup pintu kamar Bara dengan cepat hingga terdengar suara pintu kamar Bara yang dibanting lagi, diiringi Lisa yang ngos-ngosan.
"Kenapa?" tanya Anna sambil mendekati Lisa yang berhasil membuat keributan.
"Gak tau bunda kakak kaget aku ikutan aja," jawab Lisa lalu nyengir.
Aduh! Lisa! Untung burungku gak terbang. Huft bikin kaget aja. Batin Bara sambil memakai pakaiannya.
Bara tentu tau adiknya tidak mungkin melihat fisiknya. Tapi ia tetap saja malu bila adiknya melihat tubuhnya saat telanjang. Bukan hanya pada Lisa tapi Bara juga malu saat bundanya melihat tubuhnya terutama saat telanjang, hingga saat ia disunat ayahnya yang full mengurusnya karena malu di tititnya dilihat bundanya atau orang lain.
"Lisa ada apa tadi?" tanya Bara sambil mendekati Lisa yang masih berdiri di depan kamarnya.
"Kakak gak papa?" tanya Lisa takut-takut.
Bara hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan adiknya.
"Dah dah nanti lagi aja. Kita makan dulu aja dah ditunggu ayah," ajak Anna lalu menggandeng Lisa dan Bara ke ruang makan.
Ternyata Bara masih normal. Gak ada tanda-tanda nangis. Sip. Gak depresi. Batin Adam saat melihat Bara dan reaksinya saat bersama Lisa tadi.
***
Seperti biasa, aktivitas hari sabtu Adam ia habiskan untuk berenang dengan Fajar dan beberapa teman lainnya, kadang ia juga mengajak Bara dan Rey. Tapi berhubung Rey sudah beristri dan tengah menunggu kelahiran anak keduanya setelah sekian lama menunggu. Akhirnya Adam hanya mengajak Bara. Sementara Anna dan Lisa asyik di rumah bersama Rey dan keluarga yang tengah dibangunnya.
"Nanti pasti di rumah banyak makanan deh," ucap Bara pada Ayahnya.
"Wah percuma ya jadinya kalo kita capek renang sampai rumah dah dikasih banyak makanan sama kakakmu," jawab Adam menanggapi Bara.
"Kayaknya enak ya dah jadi kakek, mana belum tua-tua amat gini," komentar Fajar.
"Iya dong tapi masih anak angkatnya Rey. Ini nunggu anak keduanya lahir," jawab Adam "Kamu kapan mau nyusul?" sambung Adam sementara Bara sudah asyik berenang lagi sekalian cari gebetan baru.
"Tau Clara susah diatur. Boro-boro mau nyusul. Nyuruh dia kuliah aja susah banget. Kayaknya mau kupaksa nikah aja biar dia bisa jadi lebih dewasa," jawab Fajar sambil menerawang mengingat pertikaiannya semalam dengan anak semata wayangnya.
"Hahaha lucu kamu!" tanggap Adam yang malah terbahak-bahak "Emang dia ada calon? Atau kamu gitu udah cari calon?" tanya Adam saat sudah mulai bisa menahan tawanya.
"Kalo Clara sih calonnya gak bener mulu. Yang terakhir pacaran sama Iyan, anak balap liar gitu, bad boy bener seleranya. Jadi sebelum anakku jadi cabe-cabean aku ciduk aja tuh grombolannya. Kelar langsung," jawab Fajar dengan kesal dan berapi-api.
Adam kembali tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit dan memilih untuk keluar dari kolam renang.
"Kayak gitu kok mau jadi mertua. Hadeh mau cari calon pula mana ada yang berani," tanggap Adam mengejek teman dekatnya tersebut.
"Ye namanya juga usaha," sungut Fajar lalu memilih untuk berenang meninggalkan Adam yang masih terbahak-bahak dan selalu ingin pamer perihal keberhasilannya menjadi mertua dan akan menjadi kakek sebentar lagi.
"Om males ya sama ayah? " tanya Bara yang duduk di tepi kolam.
"Iye tu babemu suka banget pamer ngeselin," jawab Fajar apa adanya yang malah membuat Bara tertawa.
"Ayah emang gitu, sejak dapet kabar dari kak Rey. Ayah pamer ke semua orang, instruktur yoga, temen bisnis, seniman favorit Ayah. Dah lah om semuanya dipamerin kalo dia mau punya cucu lagi," jawab Bara sambil tersenyum geli mengingat betapa senangnya Ayahnya yang akan memiliki cucu lagi.
"Eh kamu sendiri kapan nyusul kakakmu? " tanya Fajar.
"Lah om sendiri kapan nyusul ayah?" tanya Bara yang langsung menskak Fajar.
"Sialan!" umpat Fajar lalu tertawa bersama Bara "Kamu kan tau Clara orangnya gimana," ucap Fajar setelah puas tertawa.
"Ya namanya juga masih masa nakal om. Dulu aku juga gitu. Wajarlah," jawab Bara membela Clara secara tidak langsung, lalu berjalan ke arah Ayahnya untuk mengambil handuk dan kembali ke kamar di hotelnya untuk mandi dan bersiap pulang, sambil tebar pesona tentunya.
Fajar ikut menyudahi renangnya lalu duduk di kursi santai yang disediakan sambil mengeringkan rambutnya.
"Jar, Bara itu habis ditikung. Pacarnya malah nikah sama orang lain. Mana nikahnya di hotelku lagi. Sialan kan," ucap Adam yang langsung curhat.
"Terus gimana si Bara? " tanya Fajar.
"Ya gitu. Keliatannya dia normal tapi pasti hatinya sakit," jawab Adam.
"Dia diundang? " tanya Fajar.
"Iyalah!" jawab Adam kesal dan emosi.
"Kok ada yang nolak Bara ya? Apa gak tau kalo dia kaya?" tanya Fajar.
"Hm kalo dari cerita si Bara, dia gak tunjukin kalo dia anakku. Dia cuma jadi dirinya sendiri, berusaha untuk berdikari, berusaha diterima apa adanya dia tanpa ada aku. Dia bilang dia dosen baru di kampusnya. Makannya dia kalah saing sama calon dokter," ucap Adam menceritakan sedikit curhatan Bara semalam padanya.
"Kasian si Bara," ucap Fajar mengomentari.
"Apanya yang harus dikasihani dari aku? Aku baik-baik saja! Via bukan satu-satunya cewek!" bentak Bara yang mendengar komentar Fajar.
"Udah rapi aja kamu kak," ucap Adam berusaha mengalihkan perhatian dan pembicaraan Bara.
"Ayah kenapa cerita ke orang lain?" tanya Bara yang kesal dan merasa dipermalukan lalu pergi begitu saja meninggalkan ayahnya dan Fajar.
Adam berusaha mengejar Bara, tapi Bara terlalu cepat dan sudah pergi duluan.
"Duh sorry ya," ucap Fajar yang merasa bersalah.
"Dah lah gapapa santai aja," jawab Adam sambil tersenyum "Eh jadi gimana kamu mau cari calon yang kayak gimana?" tanya Adam sambil berjalan bersama dengan Fajar.
"Kayak Bara " jawab Fajar dengan mantap.
"Hahaha Bara itu gak siap jadi suami. Apalagi buat panutan anakmu," jawab Adam sambil terbahak-bahak seolah lupa masalah Bara barusan.
"Aku serius. Clara api, Bara api. Kayak biasanya, dulu kita lawan api dengan api, air dengan air. Apa bedanya dengan ini?" ucap Fajar serius.
Adam terdiam. Memikirkan ucapan Fajar yang tak ada salahnya juga dicoba. Setidaknya itu akan membantu Bara move on atau paling tidak membantunya untuk dapat pasangan saat datang di acara pernikahan Via nantinya.
"Aku sangat setuju. Tapi aku perlu pertimbangan istriku dan Bara," jawab Adam pada akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Dwika Artama
baru nyimak kak lanjut
2024-11-25
0
Maria Juni Yati
Seru banget
2021-05-12
0
Yani
kok q bacanya belibet kayak rapet gitu ya tulisannya,maafkan daku yg sok tau,mngkin lebih enak kalo tiap percakapan ganti spasi gitu kali ya,tapi ceritanya enak ,seru👍
2021-03-29
2