Part 5

"Apa telfon pak Fajar aja ya," gumam Rifki.

Baru saja Rifki menutup mulutnya. Clara langsung bangun dengan mendadak lalu terduduk dan menggebrak meja tamu yang pendek itu dengan cukup keras, hingga Rifki terloncat terkejut.

"Ssttt!" desis Clara dengan jari telunjuk di depan bibirnya.

Rifki masih memegangi dadanya yang terkejut dengan matanya yang membelalak kaget karena Clara. Semua staff langsung berdatangan untuk mengecek Clara dan Rifki.

"******** kayak gitu gak mungkin anaknya pak Fajar," bisik salah seorang polwan yang di angguki yang lain.

"Aku ini anak baik pak. Saya cuma mau bikin laporan!" ucap Clara tak terkontrol.

Rifki meletakkan ponsel Clara, mengurungkan niatnya untuk menelfon Fajar.

"Saya cuma masih mau bahagia! Seneng! Paham gak lu?" ucap Clara yang cenderung seperti memalak pada Rifki.

Rifki langsung mengangguk paham, sementara staff yang berkumpul langsung kembali ke bagian masing-masing.

"Ayah itu paksa-paksa aku. Aku emang nakal dan susah diatur. Aku tau. Aku mau kuliah. Aku mau bener lagi. No kokain. No alcohol. No semuanya yang bikin aku candu saat ini. Tapi sulit. Temen genkku terlalu banyak. Aku takut dikeroyok, dijauhi. Sendiri lagi," ucap Clara lebih lembut.

"Apa kamu dah coba cerita sama ayahmu?" tanya Rifki.

Clara menggeleng. Hening.

"Aku takut," jawab Clara setelah hening beberapa detik.

"Kenapa?" tanya Rifki.

"Kalo aku jujur ayah sama bunda pasti lebih sakit lagi," jawab Clara.

"Terus kenapa kamu ke sini kalo kamu takut? " tanya Rifki.

"Aku bingung mau kemana. Bob gak ada. Temenku ***** semua. Aku mau di jodohin sama kak Bara, anaknya om Adam. Aku mau laporin Ayah soal pemaksaan," jawab Clara lalu menggaruk rambutnya yang panjang terurai dan berantakan.

"Kamu kenal Bara?" tanya Rifki yang malah jadi tertarik pada pembicaraannya Clara.

"Ya kenal lah!" pekik Clara yang kembali nyolot.

"Terus masalahnya dimana kalo kamu kenal dia?" tanya Rifki.

"Dia tua," jawab Clara lalu kembali tiduran dan tidur dengan tanpa sopan santun bahkan ia sempat kentut juga sebelum tidur.

Tut

"Bau," gumam Rifki saat mencium bau tak sedap.

***

"Ini siapa?" tanya Bara yang sudah tertidur.

"Rifki," jawab Rifki di ujung sana.

"Bodo amat ! Gue gak kenal Rifki!" ucap Bara kesal karena tidurnya diganggu.

"Oke maaf mengganggu. Tapi Clara tidur di polsek sekarang. Kamu calon suaminya kan?" ucap Rifki yang langsung bangun dengan sangat terkejut.

"Hah?" pekik Bara syok "Aku otw! " sambung Bara lalu mematikan ponselnya.

Dengan langkah yang terhuyung karena masih mengantuk. Bara mengambil dompet dan jaketnya, tak lupa Bara mengganti bajunya agar sedikit lebih rapi. Tak butuh waktu lama Bara sudah sampai di polsek dengan Lamborgini putih miliknya yang sangat jarang dipakai.

"Mana Clara?" tanya Bara begitu masuk ke dalam polsek yang disambut tatapan bingung oleh para polisi jaga.

"Kamu walinya?" tanya polwan yang baru saja ganti baju dengan kaos karena di muntahi Clara.

"I-Iya," jawab Bara singkat.

"Adeknya tuh dijaga! Masa iya mabok gitu dibiarin keliaran! Liat saya jadi kemuntahan!" ucapnya menumpahkan amarah pada Bara bahkan usai mengomel ia langsung menampar Bara.

Bara menarik nafas, menahan emosinya yang naik setelah ditampar.

Kalo gak ada orang gue gicek lu! Batin bara, lalu melepas jaketnya dan tersenyum manis.

"Aku minta maaf. Pasti itu sangat menjijikkan. Aku akan langsung memarahinya nanti," ucap Bara lalu memberikan jaketnya pada si polwan.

"Kamu cantik, cantik lagi kalo gak marah," ucap Bara setelah menggantungkan jaketnya di bahu si polwan.

"Bara?" tanya Rifki lalu melambaikan tangan pada Bara.

"Aku duluan. Aku minta maaf sekali lagi. Akan sangat ***** bila aku memintamu melupakan kejadian ini. Tapi sungguh aku minta maaf. Oh iya nona, kau punya mata yang indah. Jadi tolong jangan menatapku setajam itu," ucap Bara sebelum meninggalkan si polwan menuju Rifki.

Tak hanya polwan yang dimuntahi Clara yang diam terpesona. Semua polwan dan wanita yang ada di sana seolah ingin menggantikan posisi di muntahi agar dapat bicara dengan Bara. Sungguh Bara sangat pandai merayu hingga semua wanita mampu bertekuk lutut hanya dalam pembicaran singkat.

"Clara," panggil Bara.

"Dia err kamu apa ada masalah sama dia?" tanya Rifki.

"Aku tentu tidak akan mencari masalah dengan anak polisi," jawab Bara sambil tertawa lepas dan menggoyang-goyangkan bahu Clara.

"Dia mabuk," ucap Rifki.

"Itu sudah jelas," sahut Bara singkat.

Gak mungkin aku pakek matanya , alkohol merusak mata. Batin Bara sedikit kesal.

"Apa kamu memaksa dia buat nikah?" tanya Rifki.

"Aku? Hah! Yang benar saja! Kalo ada wanita yang sangat ingin kupaksa menikah jelas bukan dia! Bocah bau comyang gini!" ucap Bara tersinggung.

"Oke jadi?" ucap Rifki gugup.

"Informasi pribadi," jawab Bara lalu membawa barang-barang Clara keluar dan memasukkan ke dalam bagasi.

Rifki terus mengikutinya. Bara kembali lagi lalu menggendong Clara masuk ke dalam mobilnya. Baru beberap langkah Bara berjalan Clara langsung menangis tanpa sebab.

"Aku takut," gumam Clara di sela tangisnya.

Bara terdiam lalu menatap wajah Clara.

"Aku takut ditolak mentah-mentah oleh si tua Bara," sambung Clara sambil menangis.

Bara menatap kesal ke arah Clara.

"Aku takut tidak menjadi istri yang baik," ucap Clara yang langsung diturunkan Bara hingga ia menangis dengan posisi duduk bersimpuh.

"Kamu kenapa?" tanya Bara.

"Aku berubah pikiran. Aku mau kuliah. Tapi aku gak mau nikah," gumam Clara yang kacau.

"Kamu benci kak Bara?" tanya Bara seperti orang lain.

"Siapa wanita gila yang bisa menolak pesonanya?" tanya Clara.

"Lalu?" tanya Bara heran.

"Dia pasti dipaksa ayah. Aku mau semuanya berjalan secara natural," jawab Clara yang sedikit melantur.

Bara terdiam lalu menyeret kedua tangan Clara, ketika Clara menolak untuk digendong.

"Kamu harus sembuh. Biar jadi istri yang baik," ucap Bara sambil memasukkan Clara ke dalam mobilnya.

Kalau dia sembuh. Aku mungkin bisa pakai matanya. Batin Bara yang tengah mengantar Clara pulang dalam gelap malam ditemani lampu jalanan.

Beberapa kali Clara mengigau dan meracau tak jelas. Bara tak menggubrisnya, terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Cih! Mikir apa aku? Pakek matanya? Bocah ini bahkan tidak dapat menyentuh hatiku!" gumam Bara merendahkan Clara "Merepotkan saja!" gerutu Bara.

Terpopuler

Comments

Maria Juni Yati

Maria Juni Yati

Sekarang gue ngerti maksudnya bara dia mau bikin si clara berubah habis itu di ambil matanya clara buat adiknya 🙂🙂🙂

2021-05-13

1

Bee mi amore

Bee mi amore

kok berasa bc novel horor ap psycopath sih

2021-02-25

0

Liiee

Liiee

tuh kan bener tadi firasat😌😌

2021-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!