Matahari sudah berada tepat di atas kepala tanpa disadari ketiga orang itu. Mereka terus-terusan mengobrol tak hentinya hingga lupa waktu dan pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka mencomot makanan yang dibawakan oleh Mizuki sebelumnya.
“Mizuki, kotak apa yang kau bawa tadi?” tanya Ibu Dewi sambil menilik sebuah kotak besar yang berada di meja.
“Tadi aku membeli Asphy karena terlalu gembira dan berniat untuk mengajak Shina bermain bersama. Tapi, sepertinya itu sudah tidak dibutuhkan lagi mengingat barang-barang Shina akan dibawa kesini.” jawab Mizuki.
“Kalau begitu buat Kakak saja. Aku juga penasaran dengan dunia game yang banyak menjadi buah bibir itu,” Ibu Dewi menghampiri kotak besar itu dan membukanya menggunakan sebuah gunting.
“Ngomong-ngomong, bagaimana cara kerja benda ini?” lanjut Ibu Dewi sembari mengangkat helm yang bernama Asphy.
“Cukup kenakan itu di kepala, lalu tinggal katakan ‘Start’ dan Kakak akan berada di dalam dunia game. Karena Kakak belum mempunyai karakter, kakak akan diarahkan ke ruang pembuatan karakter. Di sana kakak bebas memilih dan membuat karakter yang akan dipakai nantinya. Tetapi pemain tidak diperbolehkan memilih jenis kelaminnya,” perjelas Mizuki panjang lebar.
Dewi terlihat senang, “Itu terdengar menakjubkan. Aku akan memainkannya di waktu luang.”
Setelah cukup lama berbicara mengenai Chosha Online beserta Asphy, Ibu Dewi memutuskan untuk mengajak Shina pergi ke kamarnya dan melanjutkan pembicaraan tanpa kehadiran Mizuki.
“Mizuki, aku ikut Ibu Dewi sebentar ya,” ujar Shina sembari meninggalkan kamar itu.
‘Lebih baik aku bermain saja,” batin Mizuki.
“Start!”
[ Selamat datang di Chosha Online! ]
****
“Shina, kau boleh memanggilku Kak Dewi,” ucap Dewi sambil tersenyum pada gadis di depannya.
Hanya dalam beberapa detik, mereka sudah sampai di sebuah ruangan dengan papan nama yang tergantung. Sebuah kamar dengan dinding berwarna hijau dan sedikit hiasan di dalamnya.
Dewi menghidupkan lampu dan melihat banyak debu di seisi ruangan, “Wajar saja ruangan ini sangat berdebu. Aku sudah meninggalkannya lebih dari satu tahun.”
“Kak, aku akan membantumu membersihkan kamar ini,” Shina kembali tersenyum lembut.
“Benarkah? Aku sungguh menyayangimu Shina!” Dewi memeluk dengan erat Shina yang berada di sampingnya.
Beberapa menit sudah berlalu, Shina mulai membersihkan rak buku yang berada di sudut ruangan sedangkan Dewi membersihkan bagian lainnya. Tanpa sengaja, Shina menjatuhkan sebuah yang di dalamnya terdapat foto Dewi.
“Ka-kak, apa ini semua milikmu?” tanya Shina sedikit gugup.
Dewi menilik Shina yang memegang sebuah buku, “Hmm, itu memang milikku, ada apa?” kemudian ia tersadarkan bahwa buku yang dipegang oleh Shina adalah majalah berisi dirinya sendiri saat menjadi seorang model.
“Ohh! Itu koleksi langka milikku yang selama ini sudah hilang!” mata Dewi terbuka lebar-lebar dan segera membuka majalah itu.
“Berarti, apa yang selama ini dirumorkan kalau Kakak adalah model papan atas adalah kebenaran?” Shina kembali bertanya.
“Ya itu memang benar, tapi aku memutuskan untuk berhenti menjadi model.” ekspresi Dewi berubah dari sebelumnya, ia tidak bersemangat saat mendengar pertanyaan yang Shina tanyakan.
“Apa Kakak pernah menjadi model majalah dewasa?”
“Tidak, aku tidak akan melakukannya. Memang benar kalau saat pertama kali pengambilan gambar kau akan mendapatkan banyak uang, bahkan melebihi pendapatan model papan atas. Tapi itu hanya sementara, pendapatanmu akan terus berkurang, kau juga akan banyak melakukan pose aneh. Ditambah lagi saat kau sangat membutuhkan uang karena pendapatan yang terus berkurang, mereka akan menawarkanmu untuk menjadi pemuas nafsu dan jika kau menolak, mereka akan mengancam menggunakan foto aneh yang sudah kau lakukan. Aku mengetahui ini dari salah satu temanku, ia terjerumus ke jurang yang amat dalam dan tidak dapat kembali. Karena depresi ia akhirnya nekat melakukan tindak bunuh diri,” wajah Dewi terlihat sedih meskipun air mata tak menemani kesedihannya itu.
“Tetapi, kenapa kau menanyakan itu?”
“A-aku hanya penasaran.”
“Begitu? Ngomong-ngomong Shina, apa kau memainkan game yang dimainkan Mizuki?” Dewi kembali melanjutkan bersih-bersih dan meletakkan kembali majalah miliknya.
“Iya, aku memainkannya. Karena dengan menjual item game aku mendapatkan uang yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.”
****
Hari semakin sore, terlihat dengan jelas matahari yang hampir tenggelam melalui jendela yang terbuka itu. Kedua gadis itu terlihat sangat puas meskipun harus merasa kelelahan karena sudah menyelesaikan tugasnya.
“Aku tadi membaca secara sekilas di buku panduan Asphy ini, katanya kesadaranmu akan terbawa ke dalam game, apa itu benar?” tanya Dewi yang duduk dengan santainya di sofa.
“Itu benar, walaupun dilepas secara paksa kesadaran kita tidak akan kembali kecuali Kakak sendiri yang keluar dari dalam game itu.” Shina terlihat bersemangat saat Dewi menanyainya.
“Ini alat yang mengerikan, bagaimana kalau ada seseorang yang datang ke kamarmu dan melakukan hal-hal aneh ke tubuhmu.” Dewi khawatir pada dirinya juga orang terdekatnya yang menggunakan Asphy.
“Yang Kakak katakan memang kebenaran. Belakangan ini terjadi banyak kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang terjadi akibat Asphy. Karena hal itu juga, banyak pengguna yang menyampaikan keluhannya pada Asphy Company dan katanya mereka sudah mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini.”
Setelah beberapa waktu berbincang-bincang, tanpa terasa hari sudah semakin malam. Mereka berdua memutuskan untuk tidur tanpa sempat menikmati makan malam karena terlalu kelelahan dan banyak bergerak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 393 Episodes
Comments
riskimaulana riskimaulana
go
2022-02-06
0
arfan
1223
2021-07-14
0
Ale Handro
jshsvvs
2020-12-23
1