Ponsel milik Mizuki berbunyi seperti bel bergerincing. Itu adalah bunyi alarm ponselnya. Jam menunjukkan pukul setengah tujuh, saat yang tepat untuk bersiap-siap ke sekolah.
‘Oh, sudah jam segini, aku harus segera bersiap-siap.’
Mizuki memulai hari dengan membuka jendela. Karena sebelumnya gelap, sekarang menjadi sangat terang. Cahaya ini kemudian sedikit menyilaukan mata Mizuki.
Mizuki menuju ke arah dapur yang berada di lantai satu, lalu ia memanaskan nasi yang kemarin dibuatnya untuk sarapan. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Beberapa saat kemudian dia sudah selesai mandi. Mizuki pergi ke dapur dan mematikan kompor. Ia meninggalkan makanannya dan segera menuju ke kamar. Setelah bersiap-siap, Mizuki membawa tasnya ke dapur dan mulai memakan nasi goreng yang baru saja ia panaskan.
‘Untunglah ini belum basi.’
Mizuki melihat ke arah ponselnya. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lebih, masih ada beberapa puluh menit sebelum pelajaran dimulai. Ia memanfaatkan waktunya untuk mencuci piring dan segera berangkat pergi ke sekolah.
Dalam perjalanan menuju sekolah, ia bertabrakan dengan seorang gadis. Wajahnya tertutup oleh rambut yang panjang, tetapi kalau diperhatikan dari postur tubuhnya, ia memiliki bentuk tubuh yang bagus.
“Maafkan aku.” gadis itu berusaha untuk mengambil kacamatanya yang berada di dekat Mizuki.
“Tidak, aku yang salah,” Mizuki menyerahkan kacamata yang ia ambil kepada gadis itu. Kacamata gadis itu retak sedikit karena terjatuh, hal ini membuat Mizuki merasa bersalah.
“Ini kacamatamu, sedikit retak. Aku akan menggantinya lain kali.” lanjut Mizuki. Ia juga mengulurkan tangannya dan membantu berdiri gadis itu.
“Tidak apa-apa, aku akan memperbaikinya nanti.” gadis itu mengambil kacamatanya dari Mizuki dan menerima uluran tangan.
“Oh, kita satu sekolah ya,” Mizuki menunjuk ke arah seragam yang dipakai oleh gadis itu.
“Ah, iya. Bukan hanya sama sekolah, tapi kita juga sekelas.”
Mizuki sedikit terkejut karena ia tidak mengetahui hal itu.
“Oh, begitu. aku tidak terlalu memperhatikan siswa-siswi di kelas.”
“Wajar saja kau tidak mengenal teman sekelasmu Mizuki. Kau saja terus menghabiskan waktumu membaca buku di perpustakaan.” gadis itu memasangkan sedikit senyuman di wajahnya.
Tak lama dari itu mereka sampai di gerbang. Ada beberapa siswi perempuan memperhatikan mereka dan sepertinya mereka tidak senang melihat Mizuki bersama gadis itu.
Saat gadis itu memperlambat pergerakannya, Mizuki yang menyadari gadis itu melambat pun memutarbalikkan kepala.
“Hei, cepatlah!”
“I-iya.”
Tak lama mereka berdua sampai di kelas tepat sebelum jam pelajaran di mulai. Kali ini juga Mizuki datang terlambat. Biasanya ia datang pukul tujuh dan menghabiskan waktu beberapa menit untuk membaca buku di perpustakaan. Kemudian Mizuki berjalan ke arah bangkunya, begitu juga dengan gadis itu.
“Mizuki kau datang terlambat lagi!” Ryota mendekati Mizuki sambil mengunyah permen di mulutnya.
“Aku ada sedikit masalah tadi.” Mizuki memberitahukan alasan keterlambatannya hari ini kepada Ryota.
“Ada masalah apa?” Ryota khawatir begitu tahu Mizuki mendapat sebuah masalah.
“Bukan masalah besar.” Mizuki mengeluarkan buku pelajarannya sambil melihat ke arah lapangan bola.
Tak lama setelah itu, Ibu Dewi sudah memasuki ruangan dengan sebuah tas merah muda di pinggangnya.
“Anak-anak silakan duduk di kursinya masing-masing, kita akan segera memulai pelajaran hari ini.”
****
Tiga jam telah berlalu, bel kembali berbunyi sebagai tanda telah dimulainya jam istirahat.
“Hei Shina, ikutlah denganku.” gadis itu menatap Shina dengan tatapan tajam bersama dengan rombongannya.
Shina adalah nama gadis berkacamata yang tanpa sengaja bertabrakan dengan Mizuki sebelumnya.
“A-ada apa?” Shina semakin gugup, ia juga ketakutan karena gadis itu bersama teman temannya merupakan orang yang sering melakukan tindakan jahat.
“Sudah cepatlah, ikut dengan kami sekarang!”
Gadis itu bersama rombongannya pergi keluar kelas dan menuju ke toilet perempuan yang berada di lantai satu. Shina hanya mengikuti mereka karena terpaksa dan takut.
Setibanya mereka di toilet.
“Apa yang kau lakukan dengan Mizuki?” gadis itu menanyakan sambil membentak, Shina saat itu menjadi semakin ketakutan, “Hei Cepat jawab dasar bodoh!” lanjut gadis itu.
“Ta-tadi kami tak sengaja bertabrakan, Mizuki membantuku, hanya itu saja.” Shina ketakutan, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini.
“Kau pasti sengaja kan melakukan itu? Dasar murahan!” gadis itu menaikkan nada bicaranya.
Ada beberapa siswa yang melihat kejadian itu dan dengan segera mereka keluar toilet lalu melaporkannya kepada guru. Saat ingin melakukan kekerasan kepada Shina, bertepatan juga dengan itu, Ibu Dewi datang.
“Apa kau yakin ingin melakukan tindak kekerasan di sekolah ini, Maki?” Ibu Dewi bersandar di pintu toilet sambil menatap lembut gadis itu.
“Apa kau tahu, setiap tindak kekerasan akan berakhir dengan dikeluarkannya kau dari sekolah ini?” tegas Ibu Dewi.
“Ayo kita pergi.” gadis itu terlihat kesal. Ia mengajak dua temannya untuk pergi meninggalkan Shina bersama Ibu Dewi di dalam toilet.
“Apa kau baik-baik saja, Shina?” Ibu Dewi khawatir dengan keadaan Shina dan menolongnya untuk berdiri.
“I-iya Bu. Terima kasih sudah menolong.”
“Shina, mari berbicara sebentar dengan ibu di kantor.”
Beberapa saat berjalan mereka pun sampai. Ibu Dewi membukakan pintu untuk Shina dan berjalan menuju ke arah mejanya. Ada beberapa guru saat itu sedang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing.
“Sini Shina, duduklah.” Ibu Dewi menyuruh Shina yang berdiri di dekat pintu untuk mendekat.
“I-iya.” Shina langsung berlari kecil menuju ke arah meja dan duduk di sebuah kursi, “Ja-jadi apa yang ingin Ibu bicarakan denganku?” Shina menjadi gugup.
“Kenapa mereka menjahilimu Shina?” Ibu Dewi sedikit penasaran.
“Me-mereka sepertinya tidak suka aku mengobrol dengan Mizuki.”
“Kenapa kau bisa mengobrol dengannya, Shina? Mizuki biasanya tak akan menggubris orang yang bukan kenalannya.” Ibu Dewi bertanya-tanya dengan nada heran.
“A-aku tadi bertabrakan dengan Mizuki dan sepertinya Mizuki merasa bersalah karena kacamataku retak akibat tabrakan itu.”
Shina menjelaskan apa yang terjadi sambil melihat ke arah luar jendela.
“Shina, apa saja yang kau bicarakan dengannya? Jujur saja Ibu semakin penasaran.” Ibu Dewi mengerutkan sedikit alisnya.
“Hanya tentang pelajaran Bu. Setelah itu tidak ada hal yang penting.”
Ibu Dewi merasa sedikit kecewa mendengar jawaban dari Shina, tetapi ia ingin terus mengorek informasi darinya.
“Apa kau menyukainya?”
“Ti-ti-tidak Bu,” jawab Shina dengan terbata-bata.
Ibu Dewi tahu betul kalau yang baru saja diucapkan olehnya merupakan sebuah kebohongan, “Kau berbohong, Shina. Katakan yang sesungguhnya.” perintahnya.
“A-aku menyukainya, tapi belum tentu ia menyukaiku, Bu. Aku tidak secantik gadis lainnya.” Shina menjadi sangat gugup.
Ibu Dewi sedikit tertawa mendengar jawaban Shina lalu ia menegaskan dengan serius, “Kau tahu? Mizuki itu tidak memedulikan hal seperti itu. Kau pasti bisa jika kau sedikit berjuang.”
“Ibu sendiri tahu, wajahmu itu. Kau sengajakan menutupinya dengan poni yang panjang dan kacamata?” lanjut Ibu Dewi sambil menggeserkan poni Shina dan melepaskan kacamatanya.
“Bagaimana kalau begini saja. Ibu yakin, pulang sekolah nanti Mizuki akan menemuimu dan akan mengajakmu kencan.
Kalau tebakanku benar, kau harus terus mendekatkan dirimu dengannya, Shina.
Kalau tebakanku salah, aku tidak akan mengganggumu lagi.” Ibu Dewi berbicara panjang lebar.
“Apa hubungan Ibu dengan Mizuki?” Shina sedikit penasaran dengan hubungan Ibu Dewi dengan Mizuki. Bertepatan juga dengan itu, bel masuk kelas berbunyi sebanyak tiga kali.
“Kembalilah ke kelasmu, pelajaran akan dimulai,” perintah Ibu Dewi.
“I-iya Bu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 393 Episodes
Comments
Dikhmasir Kun
bjir sengsor
2022-09-11
0
Dikhmasir Kun
Apasi cuma ngobrol doang *****
2022-09-11
0
Dikhmasir Kun
kukira ia bertabrakan dengan truck-kun
2022-09-11
0