Hari ini adalah hari kedua dia memasuki perusahaan megah itu. Kakinya terus melangkah sampai didepan pintu lift, ditekan tombol untuk menuju lantai atas, saat pintu itu terbuka dia masuk kedalam dan menekan tombal 15 dimana lantai tempat ruangannya berada.
Ting
Pintu lift itu terbuka, bertepatan dengan itu seorang pria masuk, karena matanya yang tertuju pada tablet ditanganya dia tidak sadar ada seseorang didepannya sampai.
Bruk
"Akh."wanita itu merintih saat merasakan bagian belakang tubuhnya membentur dinding lift.
"Punya mata atau tidak sih?"teriak pria itu membuat wanita itu terkejud.
"Maaf tuan tapi tuan yang menabrak saya."sang wanita tidak mau kalah.
"Kau yang menabrak ku."
"Maaf tuan tapi saya tidak menabrak anda. Tapi anda yang menabrak saya, karena anda terlalu fokus dengan tablek ditangan anda"ucap wanita itu mulai kesal.
"Kau menyalahkan ku?"ucap pria itu menatapnya sengit.
"Maaf tuan tapi memang tuan yang menabrak saya."ucap wanita itu.
"Kau wanita lusuh itu bukan? Siapa nama mu... oh iya Rose,hah wanita seperti mu memang tidak ada baiknya."ucap pria itu kasar.
Emosin Rose meningkat. Jika hanya disalahkan mungkin dia bisa menahan, tapi jika tentang harga diri maka dia akan melawan.
"Hay dengar ya tuan Angga Hardiwijaya yang terhormat,saya masih bisa memaafkan anda jika tentang kejadian ini. Tapi jika menyangkut harga diri saya maka saya tidak terima, anda tidak berhak menghina saya."ucap Rose sambil menunjuk wajah sang CEO tempat dia berkerja.
"Ternyata kau punya nyali juga ya."ucap Angga terseyum miring.
"Lihat saja apa yang akan ku lakukan pada mu."ucap angga.
"Saya tidak peduli jika saya harus dipecat dari perusahaan ini maka itu lebih baik dari pada harga diri saya diinjak oleh anda tuan wijaya yang terhormat."ucap Rose lalu melangkah pergi, meninggalkan Angga didalam lift itu yang terseyum miring melihat kepergian Rose.
"Rose apa yang sudah kamu lakukan,reputasi mu hancur."gimam rose menyesali perbuatannya tadi.
Karena terbawa emosi dia sampai berkata kesar pada bos besarnya itu.
"Bagaimana ini?"gumam rose mengacak rambutnya prustasi.
Leni dan Seron menatapnya bingung. Ada apa dengan wanita itu saat masuk kedalam ruanan wajahnya sudah terlihat kacau, bahkan wajahnya memerah. Sekarang wanita itu seperti orang prustasi.
"Ros apa yang kau pikirkan sampai kau seperti orang gila?"tanya Seron Rose menatapnya tajam.
"Jangan menganggu ku aku sedang pusing jika ingin nyawa mu aman."balas Rose.
Leni dan Seron meneguk liur, mendengar ucapan Rose sepertinya wanita itu dalam masalah sampai membuatnya seperti itu.
"Permisi apa benar disini ruangan Roselina Selin?"tanya seorang pria yang memasuki ruangan mereka.
"Iya, saya Roseline"ucap rose.
"Nona diminta untuk datang keruangan tuan Angga,"ucap pria itu membuat Rose terdiam begitu juga Leni dan Seron.
"Baiklah terimakasih."ucap Rose pria itu mengangguk lalu melangkah pergi.
"Rose semangat."ucap Leni dan Seron, Rose hanya mengangguk lesu.
"Apa yang Rose lakukan, sampai dia harus dipanggil seperti itu,semoga saja Rose selamat."ucap Seron Leni menganggu setuju.
Hah
Helaan nafas itu kembali terdengar. Entah sudah berapa banyak dia menarik nafas, tapi itu tidak mampu menghilangkan kegugupannya.
"Ayo RosE kamu sudah bicara seperti itu, maka kamu harus menghadapinya. Apa pun yang terjadi itu semua yang terbaik untuk mu."ucap Rose memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Tok tok tok
"Masuk"
Angga yang saat itu sedang sibuk dengan berkas ditangannya, harus terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang dia tunggu sejak tadi.
"Permisi tuan,apa tuan memanggil saya?"tanya Rose yang baru memasuki ruang CEO itu.
"Iya, saya memanggil mu."jawab Angga menatap Rose tajam.
"Terimalah nasipmu Rose, setelah ini kamu harus berjuang lagi untuk mencari perkerjaan baru."batin Rose takut.
"Ada apa tuan memanggil saya?"tanya Rose menunduk pada Angga.
"Apa kau takut,kenapa nada bicara mu berbeda saat dilift tadi?"tanya Angga menatap Rose lekat.
Wanita itu hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan dari bos besarnya itu. Angga beranjak dari duduknya melangkah mendekati Rose, dan bersandar didepan meja kerjanya.
"Kau tau apa kesalahan mu bukan?"
"Iya saya tau tuan, dan saya siap menerima hukuman yang anda berikan pada saya."ucap Rose masih menundukan badannya.
"Tenang saja aku tidak akan memecat mu,"ucap Angga persaan lega menghampiri Rose.
Setidaknya dia tidak harus cepak mencari pekerjaan lagi.
"Tapi kau akan ku angkat menjadi sekretaris ku."lanjut Angga membuat Rose terkejud.
"Apa?"Rose mendongakan kepalanya melihat manik hitam mengkilap didepannya.
"Kenapa terkejud seperti itu,santai saja kau hanya akan menjadi sekretaris ku."ucap Angga terseyum miring.
"Hanya kau bilang,aku bisa menjamin aku bukan hanya jadi sekretaris mu tapi aku akan kau jadikan budak mu."batin Rose.
"Sepertinya itu menarik,"Rose terkejud mendengar ucapan Angga.
"Menjadikan mu budak ku."Rose menatap Angga.
"Kenapa kau tidak setuju, bukan kah kau sendiri yang memikirkannya."ucap Angga enteng,
"Dasar tuan muda kejam."
"Aku tidak peduli kau menyebutku apa,mulai sekarang kau harus melayaniku,"ucap Angga memajukan tubuhnya tepat didepan Rose.
Tanggannya terangkat mengelus pipi itu lembut, membuat sang empunya terdiam mematung.
"Dan aku tidak suka penolakan,"ucap Angga suaranya terdengar biasa tapi menusuk.
"Apa kau ingin protes?"
"Tidak tuan,"balas Rose.
"Walau aku protes kau tidak akan mendengarkannya,dasar tuan muda yang kejam,"batin Rose menatap sepatu Angga tajam.
Hanya sepatu itu yang bisa rose tatap dengan tajam. Jika dia membalas tatapan tajam tuan muda itu, bisa dijamin Rose tidak akan selamat lagi.
"Kembalilah keruang mu dan kemasi barang-barang mu, aku tunggu kau dalam waktu sepuluh menit. Jika kau belum kembali kesini dalam waktu yang ku tentukan maka kau akan mendapatkan hukuman,waktu sudah dimulai dari aku mengucapkannya pada mu tadi."Rose yang terkejud pun, langsung berlari keluar ruangan CEO itu dan melangkah menuju lift.
"Ini baru permulaan wanita lusuh,"gumam Angga.
"Memangnya dia pikir dia siapa, seenaknya saja seperti itu."ucap Rose.
Brak
Rose membuka pintu itu dengan kasar, membuat dua orang itu teperanjak kaget. Lalu Rose melangkah menuju meja kerjanya.
"Rose apa yang terjadi sampai kau terlihat semarah itu?"tanya Leni menghampiri Rose.
"Dia pikir dia siapa,seenaknya mengatur ku seperti itu."
"Siapa ros?"
"Tuan muda angga itu siapa lagi,manusia kejam itu tidak pantas desebut tuan muda,"ucap Rose.
"Rose kau tidak bisa bicara seperti itu, kau bisa mendapatkan masalah,"Seron menegur ucapan Rose.
"Aku tidak peduli,dia seenaknya memindah kan ku menjadi sekretarisnya aku bisa menjamin aku bukan menjadi sekretarisnya melainkan menjadi babu untuk dirinya,dasar tuan angga hardiwijaya yang kejam tidak memiliki rasa kasian,"Rose terus saja mengeluarkan emosinya, tanpa dia sadar bahwa orang dia dia bicarakan mendengar semua ucapannya.
"Kau wanita yang pemberani rupanya,lihat saja apa yang akan ku lakukan pada mu."gumamnya terseyum miring.
¤♢~●○●○~○●○●《¤♢¤》●○●○~○●○●~♢¤
"Aku pulang,"ucap Rose yang baru memasuki rumahnya sekarang sudah menunjukan jam 7 malam. Bos kejamnya itu benar-benar menghukumnya, dengan mengerjakan semua berkas itu.
"Mamah,"panggil Rose mencari keberadaan ibunya.
"Mah rose bawakan makanan kesukaan mamah."ucap Rose sambil meletakan bungkusan makanan yang dibelinya tadi saat dijalan pulang.
"Mah,"teriak Rose lagi tapi tidak mendapatkan balasan.
Akhirnya Rose melangkah menuju kamar ibunya, dan membuka pintu itu perlahan jikalau ibunya sudah tertidur.
"MAMAH."
Ibunya tergeletak dilantai dengan keadaan kacau, barang berserakan dimana-mana.
"Mamah...mah bangun mah."
"Mamah jangan tinggalin rose sendirian mah....hiks...mahhhh."Rose terus menggoyangkan tubuh ibunya, berharap wanita itu bangun tapi tidak mendapatkan respon dari ibunya.
Rose meraih tasnya, dan mengambil ponselnya menghubungi ambulane. Beberapa menit kemudian ambulane pun datang dan langsung membawa ibunya menuju rumah sakit.
"Mah bertahan lah,jangan tinggalkan Rose sendiri."ucap Rose terus menggenggam tangan ibunya erat.
Sesampainya dirumah sakit, para tim medis langsung membawa ibu Rose menuju ruang UGD, karena setelah dipriksa ibunya mengalami serangan jantung ringan.
Rose terus saja berdoa agar ibunya baik-baik saja, andaikan saja Rose bisa pulang lebih cepat, andaikan saja Rose tidak mendapatkan hukuman itu, andaikan saja Rose tidak terjerat dengan tuan muda kejam dia pasti bisa lebih cepat pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sondangcesilia Siregar
kayaknya seru nih
2021-04-05
1
Nur Alika
nyimak
2020-11-20
1
Boru Tanjung
like
2020-10-22
2