Satu hari berlalu tanpa seorang pengganggu seperti Joey membuat hidup Luciana merasa lebih baik. Seharian penuh ia merasa hidupnya lebih ringan karena Joey tidak menghubunginya sama sekali untuk melakukan sesi curhat yang biasanya akan berakhir dengan kejengkalan untuknya. Selain itu kemarin ia juga tidak mendapatkan klien yang terlalu rumit, sehingga hari ini ia dapat bersantai dan menghabiskan waktu di rumah lebih lama untuk bersenang-senang bersama Aleyna. Namun hari ini mungkin ia akan mendapatkan masalah karena tiba-tiba saja ia mendapatkan pesan lagi dari Rein yang memaksanya untuk bertemu. Padahal kemarin ia telah mengabaikan pria itu dengan tidak menjawab puluhan pesan yang dirimkan pria itu padanya. Tapi sekarang pria itu kembali mengirimkan pesan padanya, bahkan menghubunginya dengan suara memaksa agar ia bersedia untuk menemuinya. Hal itu jelas membuat Luciana merasa geram karena sejak awal ia telah menunjukan keengganannya pada pria itu. Ia tidak mau terlibat apapun lagi bersama Rein. Ia hanya ingin hidupnya bahagia tanpa bayang-bayang pria pengganggu itu.
“Luciana, kau akan menjemput Aleyna?”
Tiba-tiba Jihoo muncul dari balik pintu sambil membawa setumpuk map. Pria itu meletakan map-map yang dibawanya ke atas meja Luciana dan memutuskan untuk duduk sejenak di atas kursi klien di depan Luciana.
“Ya, aku akan menjemput Aleyna setengah jam lagi. Itu map apa?” Tanya Luciana sambil menunjuk tumpukan map yang tersusun rapi di depannya.
“Itu kumpulan arsip milik klien. Ngomong-ngomong kau belum memasukan data-data milik klien priamu.” ucap Jihoo setengah menggoda. Luciana mengernyitkan dahinya bingung kearah Jihoo sambil menuntut penjelasan atas kalimat absurd yang baru saja dilontarkan oleh Jihoo padanya.
“Siapa?”
“Pria yang pergi berkencan denganmu.”
“Astaga! Kami tidak berkencan, kami hanya sekedar makan malam. Kau jangan berlebihan Choi Jihoo.” ucap Luciana kesal. Selain Aaron, ternyata Jihoo juga menjadi salah paham dengan kedekatannya dengan Joey. Tapi memang pria itu yang membuat rumit hubungan diantara mereka dengan sering datang mengunjunginya di luar jam praktek konseling.
“Bagiku itu sama saja. Data diri milik pria itu belum ada, kau tidak menggabungkannya bersama data diri klienmu yang lain.”
“Aku membuangnya saat itu karena kupikir aku tidak akan menanganinya lagi. Nanti aku akan membuatnya yang baru setelah ia kembali dari Itali.”
“Oh, jadi ia sedang pergi ke Itali? Kenapa kau sangat tahu jadwalnya?” goda Jihoo
dengan wajah menggoda. Luciana ingin sekali memukul wajah asistennya yang sangat menyebalkan itu dengan map yang bertumpuk di depannya. Kenapa semua orang menganggapnya memiliki hubungan dengan Joey, padahal kenyataanya mereka selama ini selalu bertolak belakang seperti magnet. Mereka tidak bisa disatukan terlalu lama, karena mereka pasti hanya akan berakhir dengan pertengkaran seperti hari-hari sebelumnya.
“Kau sama saja dengan Aaron yang sering menggodaku memiliki hubungan dengan Joey, padahal kami tidak memiliki hubungan khusus apapun. Joey telah memiliki seorang istri yang cantik, ia tidak mungkin berminat dengan seorang janda sepertiku.”
“Kenapa kau merendahkan dirimu sendiri seperti itu? Bersemangatlah sedikit. Gagal membangun hubungan pernikahan sebanyak dua kali bukanlah akhir dari segalanya. Lihatlah, aku baru saja menemukan berita klienmu di sebuah platform bisnis ternama.”
Jihoo mengangsurkan ponselnya pada Luciana dan menunjukan foto besar Joey Lee yang sedang menghadiri sebuah acara di Italia. Pria itu dengan wajah datarnya memandang kearah lain sambil menunjukan sorot mata tegasnya yang mengagumkan. Jika seperti itu, Joey tidak terlihat seperti seorang klien manja yang kemarin malam mendatangi rumahnya dengan wajah kusut yang berantakan. Joey di foto itu terlihat lebih tampan, berwibawa, dan tampak beribu ribu kali lebih baik dari Joey super menyebalkan yang selama ini sering ia temui. Andai Joey memiliki manner yang baik seperti apa yang terlihat di dalam foto itu, mungkin Luciana tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra setiap kali melakukan sesi konsultasi. Dan kemungkinan, ia juga akan menyukai Joey secara harfiah.
“Ini adalah wajah yang menipu. Jika kau bertemu secara langsung dengannya, kau pasti akan dibuat jengkel sama sepertiku.” ucap Luciana sedikit mencemooh sambil mengembalikan ponsel hitam itu pada Jihoo. Jihoo mengedikan bahunya acuh tak acuh sambil memasukan ponsel miliknya kedalam saku celana hitamnya. Sebagai
seorang rekan yang telah lama mendampingi Luciana, Jihoo akan sangat bahagia jika Luciana segera menemukan seorang pria yang tepat untuk menggantikan posisi Aaron di sampingnya. Terkadang ia merasa kasihan pada Luciana yang sering mendapatkan cibiran dari beberapa orang tak bertanggungjawab terkait masa lalunya dengan Rein atau kondisi Luciana yang terlihat kewalahan untuk mengurus Aleyna sendiri di tengah-tengah kesibukannya menjadi konselor. Tapi ia juga tidak yakin jika Luciana akan bersama dengan pria bernama Joey itu, karena
selain pria itu telah memiliki istri seorang super model yang cantik, Luciana juga tidak mungkin akan menjadi perusak hubungan rumah tangga orang lain karena Luciana selalu mematuhi setiap kode etik yang telah ditetapkan oleh para tetua organisasi mereka. Ia adalah salah satu konselor yang sangat tegas bila menyangkut masalah kode etik. Hanya saja akhir-akhir ini ia merasa jika Luciana mulai terlihat goyah dengan aturan-aturan yang mengikatnya itu. Luciana yang sebelumnya tidak pernah menerima sesi konseling di luar jam kantornya, kini mulai melakukan hal itu. Bahkan dari apa yang ia dengar dari Aleyna, pria bernama Joey itu juga pernah menginap di rumah Luciana beberapa hari yang lalu.
“Luciana...”
Luciana menghentikan aktivitas beres-beresnya sejenak dan menatap Jihoo penuh tanda tanya ketika pria itu tiba-tiba memanggilnya dengan nada serius.
“Ah tidak jadi, lanjutkan saja kegiatanmu. Bukankah kau harus menjemput Aleyna sekarang?”
“Ada apa? Kau aneh sekali.”
“Bukan apa-apa. Ini bukan masalah serius, mendadak aku lupa apa yang ingin kutanyakan padamu.” Bohong Jihoo beralasan. Sebelumnya ia ingin menanyakan masalah Joey yang menurut Aleyna pernah menginap di rumahnya. Tapi kemudian ia membatalkan niatnya tersebut karena ia merasa itu terlalu mencampuri urusan pribadi Luciana. Seandainya itu masalah penting, Luciana pasti akan menceritakannya secara langsung padanya seperti masalah-masalah sebelumnya. Tidak ada yang ditutup-tutupi diantara mereka. Ia dan Luciana sudah seperti sepasang kakak dan adik. Jadi jika Luciana tidak menceritakan apapun padanya, itu berarti memang tidak tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan.
“Aku pergi dulu, jika ada yang mencariku untuk melakukan terapi pindahkan jamnya di jam setengah dua siang karena aku dan Aleyna akan pergi ke supermarket terlebihdahulu untuk berbelanja bulanan.” pesan Luciana sebelum menghilang dibalik pintu. Jihoo mengangguk paham. Ia kemudian segera mengeluarkan ponselnya untuk membalas pesan singkat dari Rein yang satu jam yang lalu mendatanginya untuk membuat janji dengan Luciana. Untung saja satu jam yang lalu Luciana masih melakukan sesi terapi bersama seorang pasien, sehingga pria
itu gagal bertemu dengan Luciana. Dan sekarang pria itu terus menghubunginya untuk menanyakan kapan sesi terapi itu akan berakhir agar ia dapat menemui Luciana. Namun karena ia tidak menyukai Rein, maka ia sedikit memanipulasi pesan singkatnya pada pria itu agar ia tidak bisa bertemu dengan Luciana siang ini.
Kuharap kau tidak mengganggu kehidupan Luciana lagi Rein ssi.
Batin Jihoo kesal sambil menekan tombol send pada layar ponselnya yang sedang menampilkan sederet pesan singkat untuk Rein.
-00-
Di ruangan yang sepi itu, Jessica berkali-kali menghembuskan napasnya keras sambil menempelkan benda persegi itu di sisi telinganya. Sejak siang tadi ibunya terus menghubunginya untuk menanyakan masalah cucunya yang hingga saat ini belum ditemukan. Padahal Jessica telah berada di Korea sejak berminggu-minggu yang lalu. Ibunya merasa Jessica tidak melakukan tugasnya dengan benar di Korea dan hanya menyibukan diri sebagai seorang guru TK yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dilakukan oleh Jessica.
“Bersabarlah eomma, aku sedang berusaha. Saat ini petugas catatan sipil sedang melacak data-data milik Jung Nicole yang telah menghilang sejak empat tahun yang lalu. Aku juga sama seperti eomma, ingin segera bertemu dengan keponakanku, tapi aku tidak bisa melakukan apapun jika data-data mengenai Jung Nicole belum didapatkan. Bahkan selama ini kaupun tidak tahu dimana keberadaan istrinya. Dan kau hanya sebatas meninggalkan surat wasiat dan foto mantan istrinya yang tengah hamil tujuh bulan. Menurut ibu apa aku bisa menemukan Nicole dengan cepat jika data-data yang diberikan Jiwon hanya sebatas itu?” ucap Jessica
berapi-api menumpahkan seluruh rasa kesalnya pada sang ibu. Sejak kemarin ia sudah terlalu jengah dengan seluruh omelan ibunya yang membuat telinganya panas. Ibunya tidak pernah mau tahu mengenai keadaannya di Seoul yang serba terbatas. Ia tidak bisa bergerak kemanapun jika ia tidak memiliki data-data mengenai Jung Nicole dengan lengkap. Dan saat ini ia pun masih menunggu hasil pencarian dari petugas catatan sipil yang entah kenapa terasa sangat lama untuknya.
“Pokoknya kau harus segera mencari dimana keberadaan cucu eomma. Eomma sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya, bertemu dengan satu-satunya darah daging Jiwon yang tidak pernah dilihat oleh Jiwon semasa hidupnya karena Tuhan sudah terlebihdulu mengambilnya dari kita.” isak nyonya Jung pelan. Jessica tiba-tiba merasa menyesal karena sempat meluapkan seluruh rasa kesalnya pada ibunya. Padahal apa yang terjadi pada ibunya semata-mata karena ibunya sudah terlalu lama memendam kesedihan akibat kematian kakak laki-lakinya yang bernama Jung Jiwon.
Empat tahun yang lalu ia mendapati Jiwon kembali ke Amerika setelah memberitahukan kabar mengenai perceraiannya dengan istrinya. Ia yang saat itu tidak tahu mengenai penyakit radang otak yang diderita oleh
kakaknya sempat menyalahkan kakaknya yang tiba-tiba mengambil keputusan gegabah dengan menceraikan istrinya begitu saja. Namun setelah satu bulan Jiwon berada di Amerika dan mulai menunjukan tanda-tanda penyakitnya, barulah Jessica sadar jika kakaknya melakukan hal itu karena tidak ingin membuat istrinya sedih dan
stress. Terlebih lagi istri dari kakaknya itu sudah berada di bulan-bulan genting mendekati hari persalinan. Sayangnya kondisi Jiwon selama di Amerika terus mengalami penurunan. Dokter mengatakan jika Jiwon mengalami radang otak sekaligus telah terinfeksi oleh virus berbahaya yang perlahan-lahan menggerogoti sistem kekebalan tubuhnya. Dengan napas yang pendek-pendek, malam itu Jiwon menitipkan surat wasiat padanya untuk mencari dimana keberadaan istri dan juga anaknya setelah ia tidak lagi berada di dunia. Dan seminggu kemudian
setelah memberikan surat wasiat itu, Jiwon benar-benar pergi meninggalkan seluruh keluarganya bersama dengan penyakit yang terus menggerogoti tubuh lemahnya. Jessica yang saat itu merasa terpuruk merasa belum siap untuk
memberikan kabar duka itu pada mantan istri kakak tertuanya, sehingga ia memutuskan untuk mencari waktu yang tepat untuk pergi ke Seoul dan menemukan kakak iparnya yang menghilang. Tapi niat Jessica untuk menemukan kakak iparnya itu terus mengalami penundaan karena kebetulan juga harus menyelesaikan masa studinya yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Barulah tiga tahun kemudian setelah sang kakak pergi, Jessica baru benar-benar merealisasikan keinginan sang kakak untuk mencari istri dan juga anaknya. Meskipun memang sudah sangat terlambat, tapi Jessica berharap kakak iparnya dan juga keponakannya akan menerima kedatangannya nanti saat ia membawa sebuah kabar yang sangat buruk untuk disampaikan.
“Eomma, aku pasti akan terus berusaha untuk mencari keberadaan Jung Nicole dan keponakanku. Sekarang biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku di sini terlebihdahulu. Sore nanti aku akan kembali ke kantor catatan sipil untuk menanyakan masalah keberadaan Jung Nicole.”
“Baiklah, eomma akan menunggunya dengan sabar di sini. Jaga dirimu baik-baik, sampai jumpa.”
Jessica mematikan sambungan teleponnya dan segera merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku setelah berjam-jam berdebat alot dengan ibunya yang terus mendesaknya untuk menemukan Jung Nicole dan keponakannya.
Drrt drrt
Jessica melirik malas ponselnya yang kembali berdering di depannya. Ia pikir ibunya kembali menghubunginya untuk mengatakan sesuatu yang mungkin terlupakan. Namun ketika nama salah satu petugas catatan sipil muncul di layar ponselnya, ia cepat-cepat menyambar ponsel kuningnya untuk menjawab panggilan penting yang mungkin saja akan memberikan kabar terbaru mengenai Jung Nicole.
“Halo!” Sapa Jessica tidak sabar dan terkesan seperti membentak. Wanita itu terlihat tidak bisa menyembunyikan kegirangan hatinya kala salah satu petugas catatan sipil akhirnya menghubunginya sore ini.
“Selamat
sore nona Jessica, kami dari petugas catatan sipil ingin memberikan kabar
mengenai keberadaan nyonya Jung Nicole yang telah menghilang sejak empat tahun
yang lalu.”
“Ya, jadi bagaimana? Dimana keberadaan kakak iparku sekarang dan juga keponakanku?”
Jessica rasanya benar-benar tidak sabar dan ingin melewati semua omong kosong sang petugas catatan sipil yang terkesan seperti bertele-tele di depannya. Tapi wanita itu mencoba bersabar dengan tetap menunggu hingga petugas catatan sipil itu menyampaikan semua informasi yang mereka dapat kepadanya.
“Jadi setelah kami melakukan penelusuran melalui seluruh daftar riwayat hidup milik nyonya Jung Nicole, kami menemukan sebuah catatan kematian yang menyebutkan jika nyonya Jung Nicole telah meninggal sejak empat tahun yang lalu.”
“Apa? Kalian pasti bercanda.” ucap Jessica tidak percaya. Wanita itu langsung terlihat pucat sambil meremas pinggiran meja dengan kuat untuk meredakan kesesakan hatinya yang tiba-tiba melingkupinya. Ia sudah mencari Jung Nicole hingga sejauh ini. Dan ia tidak terima jika Jung Nicole dengan mudahnya dinyatakan telah meninggal hanya karena selembar catatan kematian. Ia tidak bisa menerima hal itu!
“Beberapa hari ini kami melakukan penelusuran untuk mencari daftar riwayat hidup nyonya Jung Nicole, dan kemudian kami menemukan catatan kematian itu di dalam arsip-arsip negara yang telah lama di simpan di dalam brangkas arsip. Nyonya Jung Nicole dinyatakan meninggal empat tahun yang lalu karena bunuh diri.”
“Ii itu tidak mungkin. Bagaimana bisa?” Tanya Jessica lemas sambil bersandar pada
dinding dingin di belakangnya. Seluruh harapannya selama ini tiba-tiba menguap begitu saja ke udara dan menyebabkan kedua kakinya gemetar karena terlalu lemas. Sebersit rasa menyesalpun muncul di dalam hati Jessica karena dulu ia tidak segera mencari keberadaan Jung Nicole hingga sekarang Jung Nicole telah dinyatakan meninggal karena bunuh diri.
“Di dalam surat kematian itu tidak ditulis lebih lanjut mengenai penyebab nyonya Jung Nicole melakukan bunuh diri, tapi jika anda menginginkan untuk dilakukan penyelidikan, kami bisa merekomendasikan anda untuk melaporkan hal ini pada badan penyelidikan negara. Disana anda akan dibantu untuk menemukan penyebab kematian dari nyonya Jung Nicole.”
“Lalu dimana keberadaan keponakanku sekarang?” tanya Jessica dengan suara lirih. Tak bisa ia bayangkan bagaimana hancurnya eommanya nanti saat mengetahui jika menantunya telah meninggal. Eommanya pasti akan sangat kecewa karena ia tidak bisa melihat cucu yang selama ini selalu ia nantikan siang dan malam.
“Untuk saat kami tidak mengetahui dimana keberadaan keponakan anda. Tapi kemungkinan keponakan anda juga telah meninggal bersana nyonya Jung Nicole.”
Setelah mendengar serentetan berita buruk itu, Jessica rasanya tidak sanggup lagi melanjutkan percakapannya dengan sang petugas catatan sipil terlalu lama. Ia merasa sangat sakit saat mengetahui semua kebenaran itu. Dan harapannya untuk bertemu dengan satu-satunya pemilik gen dari kakaknya musnah. Ia tidak akan pernah bisa bertemu dengan keponakannya jika apa yang dikatakan oleh petugas catatan sipil itu benar. Keponakan mungkin memang telah pergi bersama kakak iparnya yang malang, Jung Nicole.
“Aaaku ingin tahu penyebab kematian kakak iparku lebih lanjut. Tolong bantu aku untuk
mendapatkan semua informasi itu. Kumohon.” isak Jessica kecil di ujung telepon. Petugas catatan sipil itu kemudian merekomendasikan Jessica untuk mendatangi kantor badan penyelidikan negara agar ia dapat mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai penyebab kematian kakak iparnya dan juga kejelasan mengenai dimana keberadaan keponakannya sekarang. Apakah keponakannya telah meninggal ataukah keponakannya masih hidup di suatu tempat di Korea?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ririn
Jessica nyari aleyna kan?
Ji-won itu ayahnya aleyna
makin mena
2020-06-01
0