“Halo?”
Luciana mengernyit heran ketika suara Joey lagi-lagi menghilang dari pengeras suara di ponselnya. Sejak tadi pria itu seperti tidak terlalu fokus pada pembicaraan mereka dan sering meninggalkannya sendiri dengan berbagai celotehannya untuk menasihati pria itu.
Sayang....
Luciana mengernyit heran. Menjauhkan ponsel putih itu dari telinganya lalu menatap layar ponselnya sambil mengernyit.
“Apa ia sedang bersama isterinya?” gumam Luciana pada dirinya sendiri. Ia lalu mendekatkan
ponsel putih itu lagi pada telinganya dan sedikit mencuri dengar pembicaraan Joey dengan isterinya. Meskipun itu tidak sopan, tapi ia sedikit penasaran dengan sosok isterinya yang cukup misterius dan sedikit membawa stigma buruk di pikirannya karena cerita negatif pria itu mengenai isterinya. Tapi dari apa yang ia dengar baru saja, sepertinya sosok isteri dari Joey tidak seburuk itu. Meskipun ia memang dapat menangkap adanya nada manja disetiap kalimatnya yang membuat ia bergidik jijik. Namun sepertinya isteri pria itu bukan jenis wanita kejam yang penuh diktator seperti yang pria itu katakan.
Setelah mencuri dengar beberapa kalimat dari pembicaraan kliennya dengan isterinya, Luciana memutuskan untuk mematikan sambungan telepon mereka. Tidak ada gunanya ia tetap menunggu Joey menyelesaikan pembicaraanya karena ia yakin pria itu tidak lagi merasa sendiri setelah isterinya datang. Yeah... itulah nasibnya sebagai seorang konselor. Ia akan ditinggalkan begitu saja oleh kliennya setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dengan langkah gontai, ia segera berjalan menuju kamar Aleyna di sebelah kamarnya dan menyimpan ponselnya di dalam lemari pakaiannya di sudut ruangan. Malam ini ia harus melupakan seluruh masalah kliennya. Ia hanya harus fokus pada Aleyna, dan kebahagiaan putri kecilnya itu. Dan besok, ia akan kembali berkutat dengan masalah-masalah lain yang tentunya akan semakin membuat pikirannya pusing.
-00-
Di sebuah taman yang cukup ramai di salah satu distrik elit di Kota Seoul, Joey tampak mengamati sekumpulan anak kecil yang sedang bermain-main kesana kemari dengan riangnya. Pria berkaca mata hitam itu sesekali tersenyum kecil melihat tingkah mereka yang sangat polos dan juga lucu sambil bermain kejar-kejaran tanpa beban. Melihat mereka membuat ia teringat pada masa kecilnya yang tak jauh berbeda dengan anak-anak yang sedang bermain di depannya sekarang. Dulu masa kecilnya juga dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan. Bahkan dulu ia tidak pernah berpikir jika nantinya ia akan tumbuh menjadi dewasa dan memikul banyak beban seperti sekarang. Dulu yang ada di dalam pikirannya hanyalah bermain, bermain, dan bermain. Tiada hari tanpa bermain hingga ia kerap mendapatkan omelan dari ibunya yang terlalu lelah menasihatinya yang sulit untuk diatur, apalagi di perintah untuk belajar. Ia adalah tipe pria nakal pemalas yang tidak suka belajar. Mungkin baru benar-benar sadar untuk belajar dan menyiapkan masa depannya ketika duduk di bangkul kelas dua senior high school. Selebihnya ia sama sekali tidak pernah memikirkan masa depannya dan hanya menganggap hidup itu indah. Tanpa beban, tanpa kesedihan, dan tanpa kekhawatiran akan nasib di
masa depan.
dukk dukk dukk
Tiba-tiba sebuah bola kaki bergaris-garis biru menggelinding di dekat kakinya dan berhenti tepat di ujung sepatu fantofel hitamnya yang mengkilap. Dengan dahi berkerut Joey mengangkat bola itu sambil mencari sang pemilik bola yang mungkin sedang kebingungan karena bolanya baru saja menghilang.
“Paman... itu bola milikku.”
Seorang gadis kecil berkuncir kuning dengan mata bulat tiba-tiba menghampirinya dengan napas memburu yang tampak terengah-engah.
“Kau baru saja berlari?”
“Aku
mencari bolaku yang menggelinding jauh dari sana.” tunjuk gadis kecil itu pada area playground yang dipenuhi oleh bocah-bocah seusia gadis kecil itu. Ia kemudian kembali menatap gadis kecil berkuncir itu dan memberikan bola yang sebelumnya ia pegang kepadanya.
“Ini. Siapa namamu? Apa kau tinggal di sekitar sini?”
“Kata eomma aku tidak boleh mengatakan siapa namaku dan memberikan alamat rumahku pada orang yang tidak kukenal. Apa paman orang jahat?”
Seketika tawa Joey meledak setelah mendengar serentetan kalimat polos yang diberikan oleh gadis kecil menggemaskan di depannya. Sungguh gadis kecil ini sangat menggemaskan. Kira-kira seperti apa ibunya yang telah mengajarinya berkata seperti itu?
“Apa paman terlihat jahat di matamu?” Tanya Joey sambil tersenyum manis. Gadis kecil itu menggeleng kecil sambil menatap Joey dengan mata bulatnya yang sangat menggemaskan.
“Paman sepertinya tidak jahat. Paman terlihat baik dan tampan.” ucap gadis kecil itu tersipu malu. Joey lalu melepas kacamata hitamnya dan mengelus lembut puncak kapala gadis kecil di depannya.
“Kalau begitu dimana orangtuamu? Ini sudah sore, matahari akan tenggelam sebentar lagi.”
“Eommaku di rumah, dan aku memang akan pulang paman. Setelah mengambil bolaku, aku akan segera pulang.”
“Apa kau ingin paman mengantarmu pulang?”
Gadis kecil itu tampak berpikir sejenak. Ia dengan gaya lucunya bertingkah seperti tengah berpikir keras hingga membuat Joey gemas dan ingin mencubit pipi chubby gadis kecil itu.
“Eee.. sebenarnya eomma tidak suka menerima seorang tamu asing di rumah. Tapi karena paman sepertinya bukan orang jahat, paman boleh mengantarku pulang.”
Gadis itu dengan gaya lucu menarik tangan Joey dan menggandeng tangan pria dewasa itu layaknya teman sebaya yang telah dikenalnya lama.
Dari samping Joey mengamati gadis tanpa nama itu lucu sambil membayangkan bagaimana wajah kedua orangtuanya nanti saat melihatnya datang bersama putrinya. Semoga saja ia tidak dianggap seorang penjahat atau semacamnya yang tiba-tiba datang bersama putrinya.
“Hey, ngomong-ngomong siapa namamu? Apa paman tetap tidak boleh mengetahuinya?”
Gadis kecil itu mendongak ke atas lalu terlihat berpikir. Ia seperti ingin mengatakan siapa namanya pada pria asing, tapi ia masih mengingat kata-kata eommanya dengan jelas bahwa ia tidak boleh memberitahu siapa namanya pada orang asing yang tidak ia kenal.
“Sebenarnya aku ingin mengatakan namaku paman, tapi....”
“Aleyna!”
Seketika gadis kecil itu mendongak sambil melambaikan tangannya pada seorang wanita muda yang sedang menunggunya di depan pintu gerbang bersama seorang pria berkemeja biru dan bercelana hitam yang tampak rapi di sebelahnya.
“Itu eomma.” seru Aleyna sambil menunjuk ibunya yang sedang menatap khawatir padanya karena ia datang bersama seorang pria asing yang tidak dikenal.
Joey menyipitkan matanya sedikit dan tampak berusaha mengenali wanita muda bergaun pink selutut yang sepertinya tidak terlalu asing untuknya.
“Nona Im?”
Begitu jarak mereka semakin menipis, Joey langsung berseru pelan sambil menunjuk Luciana dengan tatapan terkejutnya. Sedangkan Aleyna langsung berlari menghabur kedalam pelukan ibunya sambil menunjuk Joey yang sedang berdiri di belakangnya.
“Ini paman tampan yang menemukan bolaku eomma. Apa aku boleh memberitahu siapa namaku pada paman ini, ia bukan paman jahat eomma.”
“Bbo boleh.” jawab Luciana terbata-bata. Aleyna langsung tersenyum sumringah sambil menarik kemeja Joey agar pria itu melihat kearahnya.
“Namaku Aleyna Jung paman, siapa nama paman?”
Seketika pria di sebelah Luciana menoleh bingung kearah Luciana sambil meminta penjelasan lebih lanjut pada wanita itu melalui tatapan matanya.
“Luciana....”
“Aku pasti akan datang ke pesta ulangtahun anakmu Rein ssi. Bukankah kau harus segera pergi menjemput putramu.” potong Luciana cepat dan terkesan seperti sedang mengusir. Joey yang cukup mengenali siapa Rein juga ikut menatap Luciana untuk menuntut penjelasan dari wanita itu.
“Ahh iya, kalau begitu sampai jumpa. Aku menunggu kedatanganmu minggu depan, jangan
kecewakan aku.”
Rein lantas tersenyum lembut pada Luciana dan segera berjalan pergi menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. Pria itu sesekali melirik Joey dengan mata menyipit. Namun ketika Joey balik melihatnya, pria itu langsung mengalihkan pandangannya kearah Luciana sambil melambaikan tangan.
“Kau mengenal Rein?”
“Memangnya kenapa?”
Luciana tiba-tiba menjadi pening karena hari ini dua pria yang sangat tidak diharapkannya datang ke rumah secara kebetulan. Dan yang paling membuatnya was-was adalah mengenai nama Aleyna yang tidak menggunakan nama marganya. Pria itu pasti akan memburunya untuk menuntut jawaban. Tapi semoga saja Rein akan segera melupakannya dan hanya fokus pada pesta ulangtahun putranya minggu depan. Ia sungguh tidak bisa membayangkan jika pria itu sampai tahu jika Aleyna bukanlah putri kandungnya. Pria itu pasti akan menganggapkehidupannya menyedihkan setelah perceraian mereka empat tahun yang lalu.
“Aleyna ayo masuk.”
Luciana menarik tangan Aleyna sedikit keras dan mencoba mengacuhkan Joey yang sejak tadi masih setia berdiri di sana sambil menanti jawaban darinya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku nona Im.”
“Eomma, ada apa? Aleyna belum berkenalan dengan paman tampan ini.”
Luciana memutar bola matanya malas sambil menatap sengit kearah Joey. Saat ini ia sedang malas menjelaskan apapun mengenai kehidupannya pada orang lain. Terutama orang asing seperti Joey yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Tapi sepertinya ia tidak akan bisa berkelit dengan mudah, karena pria di sampingnya adalah tipikal pria keras kepala yang pemaksa. Bahkan ia sudah lebih dari tiga kali menjadi korban pemaksaan dari pria itu.
“Ini paman Joey Lee sayang, sekarang ayo kita masuk.”
“Kau akan meninggalkanku begitu saja di sini?” Cegah Joey sambil menarik lengannya. Luciana melirik sinis lengannya yang dicekal oleh Joey sambil memberikan isyarat pada pria itu untuk melepaskannya. Namun Joey dengan sikap arogannya justru menariknya lebih kuat dan tampak tidak mau melepaskannya hingga wanita itu
menjelaskan semua kejanggalan yang baru saja terjadi. Setidaknya begitulah apa yang ia tangkap dari interaksi anatara Luciana dan sang aktor terkenal yang baru saja pergi meninggalkan mereka bertiga.
“Lalu apa yang kau inginkan tuan Lee? Ini bukan jam konseling, jadi kau tidak bisa memaksaku sesukamu.”
“Kalau begitu anggap aku sebagai temanmu mulai sekarang.”
“Apa?"
Luciana menatap aneh pria itu, melemparkan tatapan tidak percaya sekaligus gusar. Sekali lagi ia harus berurusan dengan Joey Lee yang sangat ingin ia hindari. Dan baru saja pria itu menyuruhnya untuk menjadikannya temannya?
“Apa pria ini gila?” Batin Luciana tak habis pikir sambil berjalan masuk meninggalkan pria itu di luar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments