“Aku menyukai klienmu tadi, siapa namanya? Joey Anderson?”
Aaron mencoba mengangkat topik yang sangat dihindari Luciana sejak tadi. Pria itu sadar jika sejak tadi Luciana berusaha menghindar darinya, namun ia tidak bisa menahan-nahannya lagi dan memutuskan untuk mengangkat topik pembicaraan itu sekarang. Lagipula kesan pertama yang ia tangkap dari Joey benar-benar bagus. Pria itu adalah tipe pria bertanggungjawab, menurutnya, dengan latar belakang pekerjaan yang sangat menakjubkan. Ia yakin, pria itu dapat menggantikan posisinya di samping Luciana.
“Jangan mulai lagi Aaron, kami tidak ada hubungan apapun selain klien dan konselor. Ia adalah salah satu klienku dengan masalah yang cukup kompleks, jadi aku memutuskan untuk melakukan konseling di luar jam kantor karena ia adalah pria yang sibuk.”
“Aku tahu. Seorang CEO di sebuah perusahaan penerbangan yang cukup berpengaruh di kota ini pasti
sangat sibuk. Tapi masalah apa yang menyebabkannya harus datang padamu? Aku penasaran.”
Luciana mendecih malas. Kenapa Aaron harus membahas Joey ketika mereka sedang bersama? Apa pria itu tidak ingin sekali saja membicarakan bagaimana kehidupannya pasca perceraian
mereka? Ia terkadang merasa jahat pada Aaron karena setelah mereka bercerai, ia terlihat kurang perhatian pada pria itu. Berbeda dengan Aaron yang masih memberikan perhatian padanya dan juga Aleyna hingga ia kerap kali merepotkan pria itu dengan memintanya untuk menjemput Aleyna jika ia sedang sibuk.
“Maaf, tapi aku tidak bisa memberitahukannya padamu. Itu privasi. Tapi mungkin aku akan sedikit mengecewakanmu karena Joey sudah memiliki istri. istrinya seorang model papan atas yang cantik, dan itu tidak mungkin sebanding denganku yang sangat buruk rupa ini.” ucap Luciana terdengar menyebalkan.
“Kau cantik, lebih cantik dari model-model yang sering kulihat di televisi. Kenapa kau merendahkan dirimu sendiri seperti itu? Tapi kulihat kalian sangat cocok tadi, apalagi dengan kehadiran Aleyna di tengah-tengah kalian. Kalian sangat cocok untuk berperan sebagai keluarga bahagia yang harmonis.”
“Pikiran konyol macam apa itu? Percayalah jika apa yang kau lihat sama sekali tidak nyata Aaron! Joey
Anderson adalah pria paling menyebalkan dan juga merepotkan yang pernah kukenal. Jika kau tahu bagaimana sifat aslinya, kau pasti akan memilih untuk menghindarinya. Sayangnya aku terikat kontrak dengannya untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin demi permasalahannya yang pelik, jadi untuk beberapa waktu kedepan aku akan terus terikat dengannya.”
“Tapi.. ah sudahlah, mungkin itu karena aku terlalu berharap lebih pada hubunganmu dan Joey. Aku benar-benar mengira kau telah menjalin hubungan dengannya. Apalagi selama ini kau tidak pernah membawa klien ke rumahmu. Aku ingin melihatmu bahagia.”
“Ya ampun Aaron, aku bahagia. Aku sangat bahagia sekarang. Berhentilah untuk terus menerus
mengkhawatirkan keadaanku atau Aleyna, karena kami baik-baik saja. Justru seharusnya kau memikirkan dirimu sendiri, apa kau selama ini bahagia? Apa kau selama ini hidup dengan baik? Aku mengkhawatirkanmu.” Lirih Luciana sendu. Aaron tersenyum kecil kearah Luciana dan membawa wanita itu kedalam pelukannya. Jujur ia masih sangat mencintai Luciana dan menganggap wanita itu sebagai satu-satunya wanita yang mengisi hatinya meskipun mereka telah berpisah. Andai ia tidak memiliki kelainan aneh yang menyebabkan ia cacat, ia pasti akan selalu berada di sisi Luciana dan menjadi satu-satunya pria yang akan memberikan kebahagiaan pada wanita itu.
“Aku baik-baik saja Luc, dan aku masih berharap untuk kita kembali bersama. Tapi itu jelas tidak akan mungkin terjadi.” Kekeh Aaron getir. Luciana mendongakan kepalanya sendu kearah Aaron dan membelai pipi pria itu lembut. Ia sebenarnya juga masih memiliki perasaan untuk Aaron. Pria itu adalah satu-satunya pria yang hingga sejauh ini masih memberikan perhtian dengan tulus padanya, meskipun mereka jelas sudah tidak memiliki hubungan apapun. Terkadang ia ingin protes pada Tuhan, menuntut, mengapa Tuhan begitu tega pada pria sebaik Aaron yang sangat langka untuk ditemukan. Seharusnya Tuhan menghukum orang-orang jahat di luar sana yang lebih berhak mendapatkan hukuman daripada Aaron. Aaron terlalu baik untuk menanggung semua beban ini sendiri. Terlebih lagi ia baru saja kehilangan ibunya satu bulan yang lalu. Pasti Aaron benar-benar tertekan dengan keadaanya saat ini.
“Bagaimana jika kita kembali bersama? Kurasa tidak masalah jika tidak memiliki anak. Kita sudah memiliki Aleyna sebagai pelengkap hidup kita.” Tawar Luciana lirih. Saat ini separuh hatinya masih berperang. Ia sebenarnya masih berharap memiliki anak dari rahimnya sendiri. Tapi di sisi lain ia tidak tega pada Aaron yang terlihat begitu menyedihkan dengan berbagai tekanan yang berusaha ditutup-tutupi pria itu darinya. Sesekali mungkin ia harus berkorban untuk pria itu. Untuk menggantikan semua kasih sayang tanpa batas yang pria itu berikan pada wanita egois sepertinya.
“Tidak Luciana, kau harus mencari pria lain yang normal tanpa kecacatan sepertiku. Kau tahu, setelah diagnosis dari rumah sakit itu tiba di tanganku, aku tidak bisa tidak merasa bersalah padamu setiap memikirkannya. Kau berhak untuk bahagia Luciana, aku tidak mau menjadi penghalang untuk kebahagiaanmu. Tapi kau tenang saja, selamanya aku pasti akan selalu ada untukmu. Aku tidak akan pernah menikah lagi setelah ini, dan hanya akan mendedikasikan hidupku untukmu.”
“Aaron...”
Luciana sudah tidak bisa berkata-kata apapun lagi selain menangis dan menyambut ciuman penuh cinta dari Aaron. Hatinya saat ini terasa teriris dan juga pedih setelah mendengar semua ucapan manis sekaligus menyakitkan dari mantan suaminya yang sangat tulus mencintainya. Betapa beruntungnya ia selama ini karena memiliki Aaron yang selalu memberikan cinta tanpa batas untuknya.
-00-
Joey menurunkan kaca mobilnya sedikit sambil menyipitkan kedua matanya untuk melihat interaksi antara Luciana dan Aaron yang menurutnya aneh. Pria aristrokat itu terlihat seperti seorang stalker yang tiba-tiba saja tertarik pada kehidupan Luciana. Sejak melihat Rein berada di rumah Luciana, ia menjadi begitu ingin tahu bagaimana kehidupan wanita itu. Seperti sesuatu yang besar sedang disembunyikan oleh Luciana. Tapi sayangnya wanita itu tidak mungkin akan membagikan rahasia itu padanya. Lagipula sikapnya ini memang sudah melanggar privasi. Tidak seharusnya ia begitu ingin tahu masalah keluarga Luciana hingga memutuskan untuk mengintip kebersamaan Luciana bersama suaminya yang sedang membicarakan sesuatu di teras rumah. Namun menurutnya Aaron tak terlalu menunjukan gelagat sebagai seorang suami, karena perlakuan pria itu pada Luciana seperti mereka berdua memiliki gap begitu besar yang memisahkan mereka. Bahkan Aaron tak terlihat curiga sedikitpun dengan keberadaanya di rumah Luciana untuk mengganggu kehidupan wanita itu. Justru Aaron terlihat senang ketika ia berada di sana dan pria itu sempat menggoda Luciana dengan seringaian jahilnya.
Jadi sebenarnya seperti apa kehidupanmu nona Im? Aku penasaran dengan kepribadianmu yang.... Oh!
Joey semakin menyipitkan matanya ketika ia melihat Luciana dan Aaron mulai berciuman di depan teras rumah mereka. Dengan dahi berkerut, Joey segera menaikan kaca mobilnya dan segera pergi dari rumah Luciana. Ia tidak akan melanjutkan kegiatan mengintipnya lagi karena ia merasa telah menjadi pria paling brengsek
dengan mengintip sepasang suami istri sedang berciuman di depan teras rumah.
drtt drrtt
“Ya?”
Joey mengangakat panggilan di ponselnya tanpa melihat nama sang pemanggil dan langsung menempelkan benda persegi itu di samping telinga. Saat ini pikirannya masih berkelana pada Luciana dan juga jalanan padat di depannya, sehingga ia tidak sempat melihat nama sang pemanggil di ponselnya.
“Sayang, bisa kau jemput aku?”
Joey mengerutkan keningnya lalu menjauhkan ponselnya sejenak untuk memastikan jika sang pemanggil itu benar istrinya.
“Kau dimana?”
“Di rumah Yeon Ju, aku baru saja menemani Yeon Ju untuk mengurus pesta ulangtahun putranya yang akan diadakan minggu depan.”
“Oh.” jawab Joey singkat. Entah kenapa ia tidak terlalu antusias pada istrinya hari ini. Ia justru merasa lebih tertarik untuk menerka-nerka kehidupan Luciana di dalam kepalanya.
“Dimana alamatnya, aku akan ke sana.”
“Aku akan mengirimnya setelah ini. Apa kau sudah makan malam?” Tanya Jihyun lembut.
“Sudah.” jawab Joey datar.
“Dimana? Apa bibi Jang memasakan sesuatu untukmu?”
“Aku makan di rumah rekanku, ia memasak iga panggang hari ini.” jawab Joey jujur. Jihyun terlihat mengernyit di ujung telepon sambil berspekulasi mengenai kemungkinan terburuk mengenai suaminya.
“Siapa? Spencer?”
“Menurutmu? Apa aku memiliki rekan lain selain Spencer?” balas Joey bertanya. Pria itu tiba-tiba saja ingin mempermainkan Jihyun setelah sebelumnya ia berniat untuk menceritakan mengenai Luciana pada wanita itu. Awalnya ia berniat untuk mengenalkan Luciana pada Jihyun, namun ia masih ingin menyimpan informasi mengenai masalah konselingnya dengan Luciana lebih lama karena ia sekarang merasa tertarik untuk mengenal kepribadian Luciana lebih lanjut.
“Aku tidak menyangka jika Spencer bisa membuat iga panggang.”
“Jangan menilai Spencer seburuk itu. Ia sebenarnya adalah seorang pekerja keras dan kepala keluarga yang baik.”
“Ck, kau selalu saja membela Spencer di depanku. Kau jarang membelaku seperti itu.” balas Jihyun bersungut-sungut. Joey terkekeh. Istrinya itu selalu saja bersikap manja dan kekanakan.
“Aku selalu membanggakan istriku yang cantik di depan seluruh relasi bisnisku. Dan mereka akan langsung terkagum kagum padamu setelah mereka tahu jika kau adalah seorang super model terkenal.” ucap Joey penuh rayuan. Jihyun tersipu malu dibalik ponselnya sambil menggigit-gigit jarinya kecil. Selain tampan, Joey juga sangat ahli dalam merayu wanita. Sayang pria itu tidak memiliki sikap bad boy seperti Spencer. Jika ia memiliki sikap bad boy seperti Spencer, ia pasti sudah menjadi seorang lady killer yang mematikan.
“Aww, kau manis sekali sayang. Kau membuat pipiku merona.”
“Hmm, aku mencintaimu sayang.” ucap Joey semakin gencar. Pria itu terkekeh pelan pada dirinya sendiri sambil berkonsentrasi pada jalanan macet di depannya. Ia merasa geli dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba saja berubah menjadi sesosok perayu ulung yang sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang kaku dan arogan ketika di kantor. Mungkin ini efek dari melihat adegan romantis yang ia lihat beberapa saat yang lalu di depan rumah konselornya. Dan sampai saat ini ia masih tak habis pikir, kenapa ia harus bersikap seperti seorang penguntit untuk memata-matai kegiatan pribadi konselornya. Sungguh tidak masuk akal! Itu benar-benar bukan gayanya. Ia tidak pernah merasa sepeduli itu pada orang lain. Terutama pada seorang wanita yang baru dikenalnya tidak lebih dari satu minggu.
“Joey, kau masih di sana?”
“Ya, ada apa?” tanya Joey langsung ketika ia sadar jika ia sudah terlalu lama melamunkan Luciana dan Aaron. Rasanya ia cukup iri pada wanita itu karena ia memiliki keluarga yang sempurna dan juga manis. Ahh, dan jangan lupakan juga putrinya yang menggemaskan bernama Aleyna. Itu sungguh membuatnya iri.
“Minggu depan jadwalmu kosong? Aku ingin kau datang ke acara ulangtahun putra Yeon Ju bersamaku. Ia dan suaminya ingin sekali bertemu denganmu, dan aku tidak enak jika tidak mengiyakan permintaan mereka.” mohon Jihyun. Joey terlihat malas untuk mengiyakan permintaan Jihyun, namun akhirnya menyanggupi ajakan itu karena ia tidak mau mendengar rengekan Jihyun sepanjang hari seperti biasanya jika permintaanya tidak dituruti. Tapi sebenarnya ia sangat malas. Benar-benar malas karena ia tidak suka berpura-pura terlihat ceria di hadapan sekumpulan anak kecil yang nantinya pasti akan berlari-lari kesana kemari di sekitarnya. Ia sebenarnya menyukai anak kecil, hanya saja ia tidak menyukai keributan.
“Akan kuusahakan. Ngomong-ngomong aku sudah sampai, kelurlah.”
“Kau sudah sampai? Cepat sekali. Kau tidak ingin turun untuk bertemu Yeon Ju dan suaminya?”
“Tidak, lain kali saja. Aku sedang lelah hari ini.” jawab Joey beralasan. Sebenarnya yang ia inginkan saat ini adalah segera tiba di rumah dan menghubungi Luciana. Ia ingin menanyakan sesuatu pada wanita itu mengenai perubahan hatinya yang tidak bisa ia pahami. Beberapa jam yang lalu ia merasa kesepian. Kemudian ia merasa senang untuk beberapa saat. Dan sekarang ia merasa kosong. Kosong dalam arti yang sebenarnya, meskipun ada Jihyun di sampingnya saat ini yang sedang memandangnya dengan senyuman manis, tapi ia tidak lagi merasakan kehangatan seperti dulu.
“Ayo kita pulang.” ajak Jihyun sambil bersandar manja pada pundak tegap Joey. Sedangkan pria itu hanya mencengkeram setir kemudinya kaku dan menatap lurus ke depan tanpa merasakan debaran yang dulu pernah ia rasakan pada istrinya.
-00-
“Selamat siang. Wah, hari ini sepertinya kita akan bekerja keras.”
Rein menyapa para staff yang hari ini akan bekerjasama dengannya untuk sebuah pemotretan. Pria berwajah tampan itu terus tersenyum manis pada semua staff yang juga terlihat antusias dengan kedatangannya. Beberapa staff yang baru pertama kali bekerjasama dengan Rein langsung meminta berfoto bersama pada pria itu sebagai kenang-kenangan untuk mereka pamerkan pada keluarga mereka di rumah.
“Rein Lee ssi?”
Rein menoleh ke belakang. Ia kemudian tersenyum lebar pada seorang pria paruh baya yang merupakan seorang jurnalis yang dulu pernah menjadi musuhnya ketika pria itu selalu mengikutinya untuk dijadikan bahan perbincangan di halaman majalah gosip yang sangat populer.
“Lama tak berjumpa tuan Shin Jino, bagaimana kabarmu?”
“Sangat baik. Kehidupanku lebih baik semenjak aku berhenti menjadi jurnalis. Kini aku hanya menjadi editor dan menyerahkan seluruh pekerjaan melelahkan itu pada anak-anak muda yang lebih lincah dariku.” ucap pria itu tertawa. Rein ikut tertawa dan menepuk pundak pria itu beberapa kali. Menjadi jurnalis memang sangat melelahkan. Selain harus mengikuti kemanapun artis incarannya pergi, mereka juga harus membuat berita yang sangat menarik agar para pembaca tidak bosan dengan karya-karya mereka. Tapi sejujurnya ia tidak menyukai pekerjaan itu,
karena ia pernah menjadi target incaran pria paruh baya itu pasca perceraiannya dengan Luciana empat tahun silam.
“Ya, memang bekerja menjadi jurnalis majalah gosip sangat melelahkan. Bahkan bukan hanya kau saja yang merasa lelah, para artis yang kau incarpun juga merasa lelah karena harus berlari kesana kemari untuk menghindarimu dan kamera ajaibmu.” balas Rein berkelakar. Kedua pria berbeda generasi itu sebentar saja sudah terlihat akrab sambil melemparkan candaan mereka terkait masa lalu yang cukup menjengkelkan, namun juga lucu untuk dikenang.
“Tapi terkadang aku juga merindukan saat-saat bertugas di luar. Rasanya itu lebih menantang daripada hanya duduk diam di depan komputer sambil membaca berderet-deret kalimat yang membosankan.”
“Lalu kenapa kau memutuskan untuk bertukar posisi menjadi editor? Kurasa usiamu belum terlalu tua untuk berhenti menjadi jurnalis.”
Shin Jino memandang sedih pada kakinya, lalu ia menyingkap sedikit celana jeansnya yang sejak tadi menutupi hampir seluruh kakinya hingga sebatas mata kaki.
“Aku mengalami patah tulang di pergelangan kakiku ketika sedang meliput berita mengenai skandal seorang model dengan pejabat. Karena kecelakaan itu, dokter melarangku untuk melakukan pekerjaan berat seperti berlari atau berjalan terlalu cepat. Menurut dokter kondisi kakiku sudah sangat parah. Jika aku memaksakan diri, kakiku akan diamputasi.”
“Oh maafkan aku, aku tidak tahu. Sudah berapa lama?” Tanya Rein merasa bersalah. Shin Jino tersenyum tipis. Ia lalu mengibaskan tangannya santai sambil menggeleng tak masalah pada Rein.
“Sejak satu tahun yang lalu. Setelah kecelakaan itu aku harus beristirahat di rumah selama tiga bulan hingga kakiku benar-benar kuat untuk menopang tubuhku. Setelah itu aku harus selalu menjalankan terapi untuk melatih pergelangan kakiku pasca operasi. Oya, ngomong-ngomong bagaimana kabar mantan istrimu sekarang? Dulu aku sempat bertemu dengannya ketika ia sedang mengurus perceraiannya dengan mantan suaminya.”
Rein mengernyit bingung. Setahunya Luciana telah menikah dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya yang terlihat manis. Tapi mengenai perceraian, ia sama sekali tidak pernah mendengarnya.
“Aku tidak tahu jika Luciana sudah bercerai. Setahuku ia masih bersama Aaron, suami barunya.”
“Tidak, ia sudah bercerai beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku bertemu dengannya ketika mengawasi salah satu juniorku yang meliput berita di pengadilan. Ia terlihat sangat lelah saat itu, tapi ia masih mengingatku dengan baik sebagai salah satu penguntitnya dulu. Mengingat itu aku jadi merasa bersalah padanya karena pernah
menyusahkannya dengan berita-berita penuh skandal yang kubuat. Apa kau masih sering bertemu dengannya?”
“Tidak, kami cukup lama menjauh dan tidak berkomunikasi lagi karena aku tidak mau mengganggu kehidupannya dengan suaminya. Tapi beberapa hari yang lalu aku baru saja menemuinya untuk memberikan undangan pesta ulangtahun putraku karena putraku dan putrinya berada di rentang usia yang sama.”
Shin Jino mengangguk-angguk. Pria itu lalu melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup membingungkan Rein.
“Apa ia mengadopsi anak? Setahuku setelah bercerai denganmu, beberapa bulan kemudian ia mulai terlihat dengan seorang bayi. Padahal saat itu ia belum menikah lagi dengan mantan suaminya sekarang.”
“Aa apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
Rein tampak tidak mengerti dan benar-benar bingung dengan arah pembicaraan Shin Jino yang begitu memusingkannya. Bahkan pria itu seperti tahu kehidupan Luciana lebih detail daripada dirinya yang selama ini mengaku masih memiliki perasaan untuk Luciana. Ia memang pria brengsek bodoh yang tak tahu malu!
“Aku pernah mengikutinya beberapa bulan untuk mencari tahu keadaanya pasca perceraiannya denganmu untuk dijadikan bahan berita di majalahku. Ketika sedang mengikutinya, aku melihatnya sedang menggendong seorang bayi yang ditutup dengan selimut putih. Ia berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam mobil dan langsung pergi begitu saja dengan raut ketakutan. Aku kemudian terus mengikutinya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tapi kemudian ia mendapatkan perlindungan ketat dari pemerintah karena ia merupakan salah satu staff terbaik milik pemerintah, sehingga berita mengenai dirinya diblok besar-besaran di seluruh madia. Awalnya kupikir ia anakmu, tapi aku juga tidak yakin karena selama ini aku tidak pernah melihatnya dalam keadaan mengandung.”
Rein tiba-tiba menjadi kaku dan pucat. Bayang-bayang jika Aleyna adalah putrinya mulai menghantuinya. Dulu ia dan Luciana memang pernah melakukan beberapa kali **** seperti pasangan suami istri pada umumnya. Dan mungkin saja saat itu Luciana sedang hamil, hanya saja ia sudah terlajur menghamili Yeon Ju dan mendapatkan gugatan cerai dari Luciana, sehingga ia tidak pernah berpikir untuk memastikan keadaan Luciana terlebihdahulu sebelum meninggalkan Luciana bersama seluruh kesedihan yang ditorehkannya. Pantas jika Aleyna terlihat seumuran dengan Jinri, padahal usia pernikahan Luciana dan suami barunya mungkin baru berjalan sekitar dua atau tiga tahun.
“Semenjak bercerai aku tidak pernah menghubunginya atau melihat kondisinya. Aku terlalu fokus pada kehamilan Yeon Ju dan kelahiran putraku hingga aku melupakan kondisi Luciana yang mungkin sangat tertetekan pasca perceraian kami karena banyaknya paparazzi yang mengikutinya sepanjang waktu. Mungkin lain kali aku akan bertanya pada Luciana mengenai anak itu.” Lee Rein terlihat bimbang. Pria itu mulai berpikir jika Aleyna adalah putrinya dengan Luciana karena Luciana tidak mungkin hamil bersama suami barunya. Tapi yang membuatnya cukup bingung adalah mengapa Luciana tidak mengatakan hal sebenarnya padanya. Wanita itu kemarin hanya diam, tidak mengatakan apapun perihal pernikahannya yang telah berakhir, padahal mereka pernah bertemu secara tak sengaja di toko roti dan ketika ia dengan sengaja mendatangi rumah Luciana untuk memberikan undangan ulangtahun Jinri. Sekarang ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Di satu sisi ia merasa senang karena ia masih mencintai Luciana. Jika Aleyna ternyata adalah putrinya, ia akan menggunakan kesempatan itu untuk membawa Luciana kembali padanya. Tapi di sisi lain ia telah memiliki Jinri dan Yeon Ju. Membawa Luciana kembali padanya jelas akan memberikan luka untuk kedua orang itu.
“Shin Jino ssi, beritahu aku apa lagi yang kau ketahui tentang Luciana?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Diana Kite
ciri" lelaki tak tahu malu
2020-05-05
0