Joey melangkah dengan wajah lelah, keluar dari mobilnya sembari menggulung tinggi-tinggi lengan kemejanya yang tampak lusuh. Pria berusia tiga puluh tiga tahun itu mendesah kecil sambil melirik jam hitam di pergelangan tangannya yang telah menunjukan angka setengah sepuluh. Setelah ia mengantarkan Luciana kembali ke kantornya dalam keadaan selamat, ia memutuskan untuk kembali lagi ke kantor dan menyelesaikan beberapa masalah yang ditimbulkan oleh karyawannya yang tidak becus bekerja. Ia baru saja membuat sebuah proposal untuk memenangkan tender milik pemerintah yang bisa menutup sedikit kerugiannya. Meskipun memang tidak banyak, tapi setidaknya hal itu bisa menolong keuangan perusahaanya yang cukup terguncang akibat ulah ceroboh karyawan-karyawannya.
“Selamat malam tuan.”
Joey tersenyum kecil pada bibi Jang yang selalu setia menyambutnya. Memberikan senyum hangat yang menenangkan dan juga membuatnya merasa tidak sendiri di dalam rumah besar yang ia tinggali.
“Jihyun sudah pulang?”
“Nyonya Jihyun sempat pulang dua jam yang lalu, tapi nyonya kemudian pergi bersama teman-temannya untuk menghadiri pesta di Incheon. Nyonya mengatakan jika ia akan pergi selama dua hari.”
“Oh, terimakasih bibi Jang.”
Joey melangkah begitu saja kedalam rumahnya dan meninggalkan bibi Jang sendiri dengan tatapan prihatin yang diarahkan padanya. Wanita berusia akhir lima puluhan itu tampak prihatin dengan kondisi tuannya yang terlihat kesepian dan juga terpuruk karena sifat isterinya yang keras kepala dan begitu mendominasi hingga tuannya tidak bisa berbuat apapun untuk mencegah isterinya berbuat sesuka hatinya di luar sana.
Sementara itu, Joey tampak gusar karena lagi-lagi ia ditinggalkan begitu saja dengan kesunyian yang benar-benar terasa memuakan untuknya. Ingin rasanya ia memanggil Spencer untuk datang ke rumahnya, tapi hal itu jelas tidak mungkin ia lakukan karena Spencer pasti sedang sibuk dengan keluarganya. Mengingat tentang keluarga, tiba-tiba membuat Joey merasa miris. Sejak dulu ia selalu bermimpi memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis, dengan banyak anak di dalamnya. Tapi karena ia menikahi seorang model, maka inilah konsekuensi yang harus ia dapatkan. Terasingkan dan merasa kesepian di rumahnya sendiri. Lagipula ia bukanlah pria malam yang gemar menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang di bar. Entah kenapa sejak dulu ia lebih suka menghabiskan waktunya di rumah untuk berkumpul bersama ayah dan ibunya. Mungkin itu karena ayahnya juga tidak pernah terlihat bersenang-senang di bar. Meskipun keluarganya kaya dan terpandang, mereka bukan jenis keluarga yang gemar menghambur-hamburkan harta mereka untuk bersenang-senang bersama wanita-wanita murahan. Sebisa mungkin ia ingin seperti ayahnya yang hingga akhir hayatnya hanya bertahan dengan mencintai satu isteri yang dinikahinya dengan penuh cinta.
“Halo?”
Entah mendapatkan ide darimana, Joey memutuskan untuk menghubungi konselornya di jam malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat. Sebenarnya pria itu tahu jika menghubungi seseorang di jam istirahat adalah sesuatu yang tidak sopan. Tapi ia merasa perlu berkonsultasi untuk membicarakan masalah kesepian yang sedang ia alami saat ini.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?”
Suara sapaan formal yang begitu halus terdengar di indera pendengaran Joey dan membuat pria itu tersenyum seketika. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Joey langsung menyapa wanita itu dan memintanya untuk memberikan saran atas masalahnya yang mengganggunya akhir-akhir ini.
“Hai, kau masih ingat denganku? Aku memiliki masalah, kau bisa memberiku nasihat?”
Dengan senyum yang mengembang di wajahnya, Joey berjalan menuju balkon dan bersandar pada pagar balkon sambil mendengarkan setiap kata-kata yang diucapkan Luciana melalui ponselnya.
“Joey Lee? Ada apa kau menghubungiku malam-malam seperti ini? Kupikir kau adalah salah satu klienku yang memiliki masalah serius. Aku menyesal telah mengangkat panggilan darimu.” dengus Luciana di ujung telepon. Joey terkekeh geli mendengarkan nada marah Luciana sambil membayangkan bagaimana wajah gusar wanita itu yang pasti akan terlihat sangat lucu bila ia benar-benar bisa melihatnya.
“Aku adalah klienmu dan aku juga memiliki masalah serius. Ingat, kau masih berhutang banyak hal padaku karena nasihat-nasihat yang kau berikan belum terbukti menyelesaikan masalahku.”
“Baiklah baiklah, sekarang katakan apa yang terjadi padamu?” Tanya Luciana gusar.
“Aku kesepian.”
“Lalu?”
“Lalu? Lalu kau harus mencarikan jalan keluar untuk masalahku! Apa kau pikir aku menghubungimu hanya untuk mendengarkanmu berkata lalu?” Balas Joey menyebalkan. Luciana hampir saja melempar ponselnya jauh-jauh dari telinganya karena gusar dengan sikap Joey yang kembali menyebalkan setelah sebelumnya pria itu mampu bersikap cukup baik di depannya.
“Jika kau tidak ingin kesepian, maka carilah pekerjaan yang bisa membuatmu sibuk. Kenapa kau harus menggangguku hanya karena masalah kecil seperti itu. Masih banyak hal yang lebih penting dari masalah kesepianmu itu tuan Lee, jadi aku mohon, jangan menghubungiku jika kau tidak benar-benar sedang terdesak.”
“Jadi kau pikir masalahku adalah masalah kecil? Asal kau tahu nona Im, masalah kecil adalah akar dari masalah besar. Jadi bersikaplah profesional dan segeralah mencari jalan keluar untuk masalahku.” ucap Joey semena-mena. Pria itu mengamati barisan bintang yang bersinar di langit Seoul dengan tenang sambil menunggu Luciana memberikan nasihat untuknya. Tapi ketika menunggu wanita itu menyuarakan suaranya, samar-samar ia dapat mendengar suara rengekan anak kecil yang berasal dari panggilan suaranya dengan Luciana.
“Apa kau sedang bersama anakmu?”
“Putriku memintaku untuk menemaninya menyikat gigi. Jadi mungkin aku akan sedikit lama untuk menjawab pertanyaanmu yang merepotkan itu.”
“Ck, cepatlah! Aku tidak punya banyak waktu.”
“Kalau begitu cari saja konselor lain. Aku juga memiliki kehidupan pribadi yang harus kuurus. Kenapa aku bisa sesial ini. Bertemu dengan klien menyebalkan yang sangat pemaksa.” ucap Luciana penuh kekesalan di ujung telepon. Joey ingin sekali tertawa terbahak-bahak mendengarkan serentetan kalimat penuh nada kekesalan yang dilontarkan Luciana. Ia sadar jika sikapnya akhir-akhir ini memang sangat menyebalkan, namun entah kenapa ia merasa cukup terhibur ketika melakukan hal itu. Membuat orang lain kesal ternyata sangat menyenangkan baginya.
“Kalau begitu katakan padaku, apa yang kau lakukan setiap kali kau merasa kesepian?”
“Aku? Aku tidak pernah merasa kesepian karena aku memiliki putri yang menggemaskan di rumah. Lagipula aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk merasa kesepian karena pekerjaanku sudah terlalu banyak.”
“Kalau begitu kau benar-benar beruntung.” ucap Joey kecil. Satu-satunya hal yang tidak ia miliki di dunia ini adalah keluarga. Jika harta kekayaannya bisa ia tukarkan dengan sebuah keluarga, maka ia rela melakukannya tanpa harus berpikir dua
kali.
“Apa kau sudah mencoba untuk melakukan relaksasi? Mungkin itu hanya efek dari pikiranmu yang sedang kacau.”
“Bagaimana caranya?” tanya Joey penasaran. Pria itu lalu berbalik dari posisinya yang sedang menghadap langit untuk bersandar pada pagar balkon yang cukup tinggi di belakangnya. Semilir angin malam yang tidak begitu dingin seakan-akan sedang memberikan belaian lembut pada ujung-ujung rambutnya yang sejak tadi terus bergerakan berirama kesana kemari.
“Kau bisa memulainya dengan memejamkan mata dan melakukan latihan pernapasan. Gunakan imajinasimu untuk membayangkan sesuatu yang menenangkan seperti padang rumput hijau atau suasana pantai yang sepi dan indah.”
Tanpa sadar Joey mengikuti instruksi yang diberikan oleh Luciana dan mulai menutup matanya damai. Otaknya kemudian mencoba memikirkan hal-hal menyenangkan yang bisa mengurangi perasaan mengganggu yang sering ia rasakan akhir-akhir ini. Lalu kilasan mengenai pernikahannya dengan Jihyun empat tahun yang lalu muncul. Di dalam kepalanya ia melihat dirinya empat tahun yang lalu, sangat bahagia dan dipenuhi oleh cinta dari seluruh keluarganya. Tapi perlahan-lahan bayangan indah itu digantikan dengan bayangan menyedihkan ketika satu persatu keluarganya meninggalkannya hingga pada akhirnya hanya menyisakan dirinya sendiri yang sedang berdiri dengan kebingungan di tengah-tengah padang rumput yang gersang. Seketika ia membuka matanya nyalang sambil merasakan sensasi berdebar yang tiba-tiba menelusup kedalam hatinya. Baru saja ia melihat ketakutan terbesar dalam dirinya. Ia takut ditinggalkan.
“Halo? Joey ssi? Kau masih di sana? Tuan Lee?”
“Ya, aku masih di sini.” Jawab Joey cepat. Pria itu masih terlihat syok dengan apa yang ia bayangkan sebelumnya dan ia mencoba menormalkan perasaanya dengan menghirup udara malam sebanyak-banyaknya yang ternyata tidak terlalu banyak membantu mengurangi serangan panik mendadak yang dialaminya.
“Aku... sepertinya mengalami gangguan kecemasan serius.”
“Apa yang sedang kau rasakan sekarang? Coba ceritakan padaku?”
“Aku....”
Joey berhenti sejenak. Ia mencoba mengatur rangkaian cerita panjang yang ingin ia ceritakan pada Luciana. Namun kemudian ia merasa bimbang untuk menceritakannya, terlebih lagi setelah mendengar suara rengekan anak kecil yang cukup berisik di seberang sana.
Eomma.. ayo temani Aleyna tidur. Aleyna ingin eomma membacakan dongengn untuk Aleyna.. Iya sebentar, eomma sedang menelpon seseorang. Pergilah ke kamarmu dulu, eomma akan menyusul. Eomma... ayooo...
“Nona Im?”
“Ya, aku masih mendengarkanmu tuan Lee, maafkan putriku yang sedang merengek-rengek.” Ucap Luciana merasa bersalah. Joey menarik napasnya panjang dan ia telah memantapkan hatinya untuk menceritakan sedikit masalahnya malam ini agar setidaknya ia bisa tidur dengan nyenyak.
“Aku baru saja membayangkan keluargaku yang perlahan-lahan meninggalkanku. Aku merasa kesepian Luciana, dan aku benci perasaan ditinggalkan yang sedang menghantuiku saat ini.” cerita Joey terdengar frustrasi. Luciana mengernyit heran dibalik ponselnya sambil membayangkan wajah kliennya yang ternyata memiliki masalah yang cukup rumit. Setiap orang memang tidak suka hidup sendiri, begitu pula dengan dirinya. Untung saja ia memiliki Aleyna yang dapat menemani kesendiriannya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kacaunya Joey dengan perasaan takutnya yang pasti sangat-sangat mengganggu itu.
“Sebenarnya kau butuh penanganan lebih lanjut di kantorku tuan Lee, tapi untuk saat ini cobalah untuk rileks sambil membayangkan hal-hal menyenangkan yang kau miliki di dalam memorimu. Aku yakin, selama kau hidup kau pasti paling tidak memiliki satu kenangan menyenangkan yang benar-benar kau simpan di dalam memorimu bukan?"
“Hmm, tapi rasanya sulit. Mudah bagimu mengatakan hal itu, karena kau tidak pernah mengalami apa yang pernah kualami.” seloroh Joey sakarstik. Luciana tiba-tiba saja menjadi jengkel dengan sikap Joey yang kembali terdengar ponggah setelah sebelumnya pria itu mampu bersikap normal. Lagipula apa yang pria itu katakan tentang dirinya salah. Ia bahkan telah mengalami perasaan itu berkali-kali dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun hebatnya ia mampu menyelesaikan permasalahannya itu sendiri di tengah berbagai masalah klien yang juga menumpuk-numpuk di dalam otaknya.
“Aku juga manusia biasa, dan setiap manusia memiliki masalah tuan Lee. Mungkin aku belum pernah benar-benar merasakan apa yang kau rasakan karena kita adalah dua individu yang berbeda, tapi percayalah jika selama ini aku juga mengalami perasaan takut untuk ditinggalkan dan hidup sendiri. Di dunia ini terkadang harta memang tidak cukup untuk membeli semuanya. Kita tidak bisa membeli kebahagiaan, kita tidak bisa menukar kesedihan dengan harta kita, dan kita tidak bisa semata-mata bahagia karena sebuah harta. Namun kita bisa menciptakan kebahagiaan. Jadi jika kau ingin lepas dari ketakutanmu itu kau harus mencipatkan sebuah kebahagiaan di dalam hatimu agar kau bisa mengganti perasaan tidak nyaman itu dengan perasaan nyaman yang lebih baik. Kukira untuk saat ini hanya itu yang bisa kuberikan padamu. Apa kau memiliki pertanyaan lain?”
Joey mencoba merenungi setiap ucapan yang dilontarkan Luciana padanya. Memang benar ia tidak bisa membeli kebahagiaan dengan seluruh uang yang ia hasilkan selama ini. Uang itu terasa tidak ada artinya ketika ia sedang membutuhkan kebahagiaan seperti saat ini. Bahkan uang-uang itu juga tidak bisa membuat isterinya berhenti dari pekerjaannya sebagai model. Jadi sebenarnya untuk apa ia mencari uang? Mengumpulkannya, hingga menumpuk di dalam brankas banknya yang tersebar di berbagai negara. Sebuah pertanyaan besar justru muncul begitu saja di dalam hatinya hingga membuat kepalanya menjadi pening. Malam ini sepertinya ia
benar-benar tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Malam ini ia akan tidur dengan berbagai mimpi buruk yang ia ciptakan sendiri di dalam kepalanya.
“Sayang....”
Joey tersentak kaget dan langsung menoleh ke belakang ketika sebuah tangan tiba-tiba melingkar di lehernya. Refleks pria itu berbalik dan tersenyum pada Jihyun yang sedang menatapnya dengan tatapan manjanya.
“Kau sudah pulang?”
Pertanyaan klise yang seharusnya tidak ia tanyakan terlontar begitu saja dari bibirnya untuk sekedar membuka percakapan dengan isterinya. Untuk sejenak ia lupa jika saat ini ia masih tersambung pada Luciana. Namun saat ia hendak mengakhiri sambungan teleponnya dengan konselornya, wanita itu sudah lebih dulu mematikannya dan meninggalkannya dengan perasaan tidak enak yang mengganjal di hatinya.
“Siapa yang sedang kau hubungi?”
“Seorang teman lama. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” Tanya Joey sambil melirik jam tangannya yang telah menunjukan pukul setengah sebelas. Ia tidak sadar jika ia telah menghabiskan sekitar satu jam untuk berbicara dengan Luciana. Dan ia cukup bersyukur karena ternyata wanita itu mampu membuatnya sedikit terhibur di tengah-tengah ketakutan yang ia ciptakan.
“Pekerjaanku hari ini sangat melelahkan. Tadi aku bertemu dengan teman lamaku, Lee Yeon Ju, kau tahu, ia isteri dari Rein. Selain itu aku juga bertemu dengan putra mereka yang manis, bocah kecil itu sangat berbeda dengan putra dari sahabatmu, Spencer, yang sangat nakal itu.” Cibir Jihyun tidak suka.
“Kenapa kau masih saja menyimpan rasa kesal pada Mark, dia hanya anak-anak. Lagipula ia tidak melakukan sesuatu yang benar-benar merusak, hanya sebuah coretan di tembok.” balas Joey santai. Ia tidak tahu mengapa Jihyun terlihat begitu membenci Mark, sedangkan dengan anak-anak lain ia terlihat biasa saja, dan cenderung menyukai mereka.
“Joey... apa kau sangat ingin memiliki anak?” tanya Jihyun manja sambil melingkarkan tangannya di pundak Joey. Wanita berambut sebahu itu lalu menyandarkan kepalanya dengan nyaman di permukaan dada bidang Joey sambil mendengarkan setiap alunan detak jantung Joey yang terdengar indah baginya.
“Menurutmu? Usia pernikahan kita sudah menginjak empat tahun, dan aku sangat ingin memiliki keturunan untuk melanjutkan kerajaan bisnisku. Apa aku harus menunggu lebih lama lagi?” tanya Joey terdengar tidak bersemangat. Jihyun mengangguk samar dibalik dada bidangnya sambil memeluk Joey erat. Ia sebenarnya tidak ingin mengecewakan suaminya terlalu dalam karena keputusannya. Tapi untuk kali ini ia benar-benar berharap Joey mau menunggunya untuk beberapa tahun kedepan lagi.
“Tunggulah sebentar, aku janji akan memberimu keturunan. Aku saat ini sedang berusaha untuk mengejar mimpiku sebelum aku memutuskan untuk vakum dan hanya fokus pada keluarga kita.”
“Kau tahu bukan jika aku memiliki batas kesabaran? Jangan sampai kau melebihinya Jihyun, karena aku mungkin tidak akan pernah memberimu kesempatan ke dua.” balas Joey tajam sambil melepaskan belitan tangan Jihyun dari tubuhnya.
Jihyun menatap nanar punggung Joey yang perlahan-lahan berjalan menjauh darinya. Entah mengapa sekarang ia takut dengan sikap Joey yang berubah menjadi lebih keras dari sebelumnya. Pria itu dengan terang-terangan memberikan ancaman padanya, dan ancaman kali ini terdengar tidak main-main. Pria itu malam ini terlihat jauh berbeda dari Lee Joey yang ia kenal selama ini. Seseorang pasti telah melakukan sesuatu padanya.
“Spencer! Ya, pasti pria itu yang telah mempengaruhi Joey agar bersikap seperti ini padaku. Awas saja, aku tidak akan tinggal diam jika sesuatu yang buruk terjadi pada rumah tanggaku.” gumam Jihyun kesal sambil menatap tajam pintu kamarnya yang baru saja ditutup oleh Joey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments