Aksa : Salah Paham

Lanang menatap gue dengan penuh tanda tanya. Sedangkan Yuna menatap gue dengan rasa kesal. Sungguh, gue menjadi bingung menghadapinya.

"Besok gue main ke rumah Lo. Gue akan jelasin semuanya!" Gue menepuk bahu Lanang untuk membuatnya tenang. Yang jelas gue tidak ingin kesalahpahaman ini berakhir dengan sebuah permusuhan. Apalagi penyebabnya adalah Fiza. Iya, lah. Gue lebih dulu berteman dengan Lanang. Masa gue harus bermusuhan hanya gara - gara masalah perempuan.

"Dan adik gue yang manis. Jika Lo ember ke kanjeng mami. Siap - siap aja gue mutilasi!" Gue ancam adik gue yang sudah seperti CCTV berjalan itu.

Gue jadi menyesal sudah mengajak Yuna hangout kalau endingnya jadi seperti ini. Tanpa kami sadari, Bobby and the gank sudah selesai perform. Dan Fiza sudah berada di sebelah kami.

"Pak Bos, hayuk pulang! Saya sudah selesai perform."

Lanang menatap Fiza, kemudian kembali menatap gue.

"Lo hutang penjelasan ke gue!" Lanang mengancam dan gue hanya bisa menelan ludah. Saat ini, gue ibarat maling yang kepergok mencuri baju daleman cewek di kosan aja, Sob!

Setelah kami bertiga berpamitan, kami segera meninggalkan Black Cat.

"Mbak Fiza sejak kapan kenal dengan mas Lanang?" Yuna sudah mulai kepo.

"Baru Sabtu kemarin. Memangnya kenapa?"

"Yakin nih, Mbak? Mbak nggak bohong kan?"

Yuna meminta kepastian. Gue yang sedang nyetir hanya diam mendengarkan keduanya mengobrol.

"Mbak tahu nggak kalau temannya mas Aksa tadi naksir sama mbak Fiza?"

"Hahahahaha... jangan bercanda! Mana ada cowok yang naksir sama mbak Fiza, apalagi cowok seganteng mas Lanang."

Duh, kenapa ya gue jadi gondok sewaktu mendengar Fiza memuji - muji Lanang itu cakep. Trus gue yang tiga hari ini selalu dia pantengin, dia anggap apa coba?

"Mungkin mas Lanang tertarik sama band nya Mbak Fiza. Soalnya Sabtu kemarin mas Lanang memang mengajak Mbak dan teman - teman untuk sepik - sepik mau ditawari rekaman."

Gue masih serius mendengarkan Fiza bercerita.

"Mbak bakalan jadi artis nasional dong!"

"Maunya sih begitu. Tapi bandnya Mbak gagal dilamar."

"Trus alasannya apa?"

"Alasannya Bobby and the Gank belum mempunyai lagu sendiri."

"Yah sayang banget mbak. Mbak pasti sedih?"

"Yang sedih ya gitaris yang namanya Bobby. Dari awal kan Mbak emang nggak berniat untuk menjadi artis."

"Nggak niat jadi artis tapi kok jadi vokalis band?" Gue menyindir Ranma.

Ranma terdiam cukup lama, dan gue masih menunggu apa kira - kira jawaban yang akan dikemukakan oleh Ranma?

"Soalnya waktu itu Mbak masih mengganggur, Dek. Mbak membutuhkan uang untuk makan sehari - hari. Terus Bobby mengajak Mbak iseng - iseng mengamen. Kemudian kami bertemu dengan bos nya Black Cat, yang akhirnya menawari kita untuk manggung tiap Sabtu dan Minggu."

"Oh, begitu to, Mbak!"

Gue juga ikutan ber oh... tapi di dalam hati.

Pukul sepuluh malam kami tiba dirumah. Ranma pun berpamitan pada kanjeng mami dan kanjeng papi gue.

"Wes bengi, Nduk ora nginep wae?"

(Sudah malam, Nak tidak menginap saja?"

"Mboten, Budhe. kula kala wau mboten pamitan bapak menawi badhe nginep. Ndak mangke bapak madosi kula."

(Tidak budhe, saya tadi tidak pamit bapak kalau mau menginap. Nanti bapak mencari saya)

"Kowe wani mulih dewe to, Nduk?"

(Kamu berani pulang sendiri kan, Nak?)

"Nggih budhe, kula wantun kok."

(Iya budhe, saya berani kok)

Kanjeng mami nampak merasa bersalah. Maksud hati hendak menjadikan Ranma sebagai pengawas, justru membuat Ranma pulang malam - malam.

"Yun tolong telpon pak Warno! biar dia mengawal Fiza naik motor!"

"Sendiko dawuh, Kanjeng Mami!"

(Siap laksanakan kanjeng mami)

Adik gue segera menelpon pak Warno untuk segera datang ke rumah.

"Biar Aksa antar Fiza ya, Mami!" Gue menawarkan bantuan. Modus, Sob!

"Enggak! Mami khawatir kamu pulangnya belok dulu ke kelab malam!"

Gue sempat melihat Ranma terkikik geli. Tebakan kanjeng mami gue sangat tepat sekali.

"Mami sebenarnya tidak perlu khawatir! Tampang Fiza kan mirip cowok. Dia pasti aman, Mi!"

Ucapan gue membuat Ranma menghentikan tawannya. Rasain lo! Tapi gue lupa dengan kebiasaan mami gue, Sob! Tiba - tiba saja sebuah sandal jepit sudah nemplok di wajah gue yang ganteng ini.

"Mami! nanti kadar cakepnya Aksa berkurang lho. Mami mau calon mantunya mami berpaling ke lain hati?" Gue merajuk ke mami. Gue merasa harga diri gue terjun bebas, Sob! Sudah dua kali Ranma memergoki muka gue menjadi landasan mendarat sandalnya kanjeng mami.

"Nggak boleh! Fiza itu calon mantunya mami."

"Makanya mami jangan membuat Aksa tambah jelek. Mami kenal teman Aksa yang namanya Lanang kan? Dia naksir sama Fiza tuh!" Gue menunjuk Fiza.

Mami menatap Fiza, lalu mendekati gue untuk mengusap wajah gue yang tadi sempat menjadi landasan lemparan sandal jepitnya mami. Nah lho nyesel kan si kanjeng mami?

Akhirnya Fiza pulang dikawal oleh pak Warno. Kebetulan pak Warno itu tinggal di kampung belakang kompleks perumahan tempat tinggal gue. Setelah berbasa - basi, Fiza pun berlalu.

കകകകക

Gue tiba di rumah Lanang pukul sepuluh pagi. Tampang Lanang masih acak - acakan dan tercium bau alkohol dari tubuhnya.

"Lo mabuk? Patah hati ni ye..." Gue menyindir sahabat gue yang pernah satu sekolahan saat masih SMP.

"Yang buat patah hati kan, Lo. Njirr... Lo Sa. Bisa - bisanya Lo nikung gue!" Lanang meninju tulang selangka gue dengan pelan.

"Gue nggak nikung Lo, Sob! Itu ulahnya kanjeng mami gue. Tahu nggak? gue juga tertekan. Siapa yang nggak kaget? Tiba - tiba aja mami gue bilang, kalau gue dijodohkan sama Fiza. Padahal gue nggak suka sama itu cewek."

Akhirnya gue bisa curcol setelah beberapa hari ini gue memendam rasa kesal ini sendirian.

"Serius, Lo?"

"Yang serius kanjeng mami gue. Guenya sih enggak. Ini aja gue sedang mencari cara supaya perjodohan antara gue dan Fiza nggak pernah terjadi."

"Jadi gue boleh serius sama Fiza?"

"Ya kalau Lo cinta sama Fiza dan Fiza cinta sama Lo, mungkin mami gue bakalan ngertiin."

"Trus Lo sendiri gimana?"

"Lo kan tahu kanjeng mami gue cantiknya seperti apa. Minimal istri gue ya sebelas duabelas lah sama mami gue. Waktu kecil aja gue demen mainin 'pabrik susunya'' kanjeng mami gue yang big size itu, gue nggak bisa bayangin mainin susuduanya Fiza yang trepes itu, andai beneran dia menjadi istri gue."

Lanang menonyor kepala gue. "Mesum Lo! Otak Lo itu ya, kalau nggak ************ cuma milky fabric mulu!"

Gue hanya terkekeh. Jangan salahkan gue jika gue menjadi penikmat wanita cantik. Soalnya mami gue juga cantik paripurna.

"Lo bisa mulai pedekate sama Fiza, dan gue juga mau serius mencari calon istri. Jadi saat Lo dan Fiza nanti serius ninggalin gue, gue juga udah punya serep untuk menenangkan hatinya kanjeng mami!"

"Kalau Fiza terlanjur cintanya sama Lo?"

Lanang menanyakan pertanyaan yang tidak gue duga sama sekali. Fiza jatuh cinta sama gue?

Gue tertawa.

"Tenang, dia nggak bakal jatuh cinta sama gue. Soalnya tiap hari dia selalu gue kerjain di kantor. Yang jelas dia pasti malah benci banget sama gue."

Lanang menjabat tangan gue.

"Deal!"

Tbc

Terpopuler

Comments

💥ChaRak4💥😉

💥ChaRak4💥😉

nungguin si Aksa jilat lidah sendiri ehhh ludah sendiri....ntar kalo Lo bucin ma Fiza jngan salahin Lanang ya sa...awasss loo gw tampil bakiak Kanjeng mamih ntar

2020-11-29

0

Yani

Yani

Berharap si Aksa yg bakalan Bucin dluan ke Fiza, 😌

2020-11-19

0

Rani

Rani

trus,kalo km duluan yg terlanjur cinta sm fiza gimana Sa..??

2020-10-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!