Yuna Melia Harsono

Hai, gue Yuna anaknya pak Harsono. Gue siswi kelas X jurusan IPA di sebuah sekolahan bergengsi di kota Surakarta.

Gue anak bungsu dari dua bersaudara dan mempunyai babang ganteng bernama Laksana Bima Harsono.

Hari Sabtu ini gue di ajak hangout menjenguk sodara tua yang nggak lolos berevolusi di Tawangmangu. Biasalah, sekolah 5 hari. Setelah 5 hari sebelumnya gue dibuat bulukan dengan program one day in school nya bapak menteri pendidikan.

Sumpah, setres berat gue. Makanya setiap hari Sabtu dan Minggu, gue and the gank rajin keluyuran aja untuk refreshing alias ngademin otak. Gue nggak mau setres di usia muda, beibih!

Hari ini gue pergi naik jeepnya Wiryawan alias Awan. Dia the one and only anggota gank gue yang berjenis kelamin cowok. Lumayan bisa dijadikan sopir plus security untuk gadis - gadis abege cantik seperti gue and the gank.

Sudah bisa dipastikan, kids jaman now pasti nggak bisa lepas dari gawai dong... Meskipun kita sudah membawa powerbank, tetep aja nggak cukup. Andai ponsel kita - kita nggak langsung mati pet karena kehabisan daya, gue and the gank belum bakalan rela ninggalin sodara tua.

"Pulang yuk, Pren! Baterai gua udah habis nih. Nggak seru kalau nggak bisa foto dan uplod ke IG!"

Gue yang eksis di sosmed langsung galau waktu baterai ponsel gue habis. Percuma dong nggak bisa mengabadikan aktivitas sosialita gue buat dipamerin ke instastory.

Gue nggak jauh seperti remaja lain lah. Ingin eksis. Syukur - syukur Sean teman SMP yang sempat gue taksir tapi udah pindah ke Jakarta ikut bokap nyokapnya itu, sempat stalking gue di Instagram. Wehehehehe.... ngarep.

Ajakan gue disetujui oleh teman - teman gue. Jadilah kita pulang. Et..et..et... ternyata waktu pulang nggak semudah saat menuju air terjun sodara - sodara. Kita mesti naik tangga yang jumlahnya berapa ratus sekian. Diselingi sebentar - sebentar kita istirahat di gazebo yang sengaja dibuat untuk istirahat para pengunjung yang kecapaian di jalan. Untung baterai gawai gue udah habis, jadi gue nggak bisa nampilin wajah gue yang kusut karena kecapaian saat mendaki anak tangga. Jaim dong gue, pamer ke instagram khusus waktu gue sedang cantik - cantiknya aja, seperti kata mas Is Payung Teduh.

Sepanjang perjalanan pulang, gue dan teman - teman asyik bercanda. Inginnya sih tidur, tapi Awan sudah memberi ultimatum bakalan nerjunin mobilnya ke jurang kalau kita tinggal tidur. Emang kamvret itu orang.

"Adakudu ngadantuduk!"

(Aku ngantuk) teriak Sabila dengan bahasa alaynya.

Bahasa alay jaman jadul yang diturunkan oleh maminya. Tapi bagi Sabila, itu adalah bahasa para agen rahasia supaya orang lain nggak tahu apa yang kita omongkan. Dasar maniak Detektif Conan.

"Kelamaan Lo ngomong, mau bilang ngantuk aja rempong!

"Idayada dodong, bidiadar bededada"

( iya dong biar beda )

"Males ah dengerin lo ngomong!" Awan menegur Sabila.

"Iya, eyke juga tinta mawar denger!"

Karin yang maminya punya salon dengan salah satu karyawannya adalah seorang transgender pun, ikut - ikutan berbahasa ajib.

"Halah boso opo neh kuwi?"

(Halah, bahasa apalagi itu?)

Awan dibuat bersungut - sungut karena harus berkonsentrasi nyetir di jalanan pegunungan dan menerjemahkan obrolan kita.

"Kiditada madampidir madakadan duduludu yuduk!"

(Kita mampir makan dulu yuk!)

"Haiyah, Lo Bil. Tadi diajak makan kagak mau!" Gue menegur Sabila.

"Adakudu kadagadak tedegada madakadan sadatede kedelidincidi!"

(Aku kagak tega makan sate kelinci)

"Kan ada sate ayamnya juga, Bil!"

Melati yang sedari tadi diem akhirnya ikut urun suara.

"Udah, nggak usah bawel. Ntar ada warung makan kita mampir!"

Awan yang terusik dengan cuitan kami berempat langsung jadi penengah.

Untunglah di tepi jalan ada warung bakso yang menyelamatkan kita dari kelaparan.

Setelah kenyang makan bakso, kami kembali meneruskan perjalanan. Karena energi tubuh kita udah terisi, kita kembali ribut.

Mobil kami berjalan melewati seorang pengendara motor butut yang kalau dilihat dari belakang sih, kayaknya ganteng deh.

"Wan, tolong ntar pas deket motor di depan. Lo jalanin mobil ini pelan - pelan ya!"

"Lah ngapain?"

"Buat godain mas - mas yang naik itu motor. Menurut firasat gue, itu si mas cakep deh!"

Awan menurut. Ia pun memperlambat laju mobilnya.

"Siap, Prend! Kita pancing si mas buat ngetes tampangnya ya!"Gue mengkode Sabila, Karin, dan Melati.

Setelah mobil yang dikemudikan Awan berada di sebelah motor butut itu, kami pun pun berteriak kompak.

"Hai cakep, godain kita dong...!"

Gue melihat si abang terperangah sebentar saat kita godain. Tapi dengan cool si abang diem aja mengemudikan motor bututnya yang melaju lambat.

"Abang cakep sih, sayangnya motornya kagak!"

Ucap gue cablak. Kesal gue, karena si abang hansem jual mahal. Harusnya dia kan senang dikecengin 4 cewek cantik seperti kits. Ups, sorry! Minus Melati lo ya, soalnya si Mela sudah di indent sama Awan. Hanya gue, Sabila, dan Karin yang tahu kalau diam - diam Awan naksir sama itu anak.

"Hus... hus... hus... buruan pergi!"

Si abang hansem mengusir kami dengan mengibas - kibaskan kaki kanannya ke arah kami.

Gue and the gank langsung ngakak. Awan segera tancap gas meninggalkan si abang hansem jauh di belakang. Tapi satu kilo meter sesudahnya, mobil jeep milik Awan mogok.

"Gara - gara Lo ngajakin ngejek si abang hensem, kualat kan kita!"

Melati mengomel, saat kami berempat cewek - cewek cantik ini harus mendorong jeep Awan untuk menepi. Mana nggak ada orang yang berbaik hati menolong pula. Mereka malah tersenyum - senyum melihat penderitaan kami. Ucet dah! Kapok gue menghina - dina rakyat jelata. Karena karma itu beneran ada.

Gue menghapus keringat sambil melihat ke arah jalanan. Kemudian mata gue melihat motor butut melaju ke arah kami. Si babang hansem? Gue langsung mencegatnya.

"Slompret! Lo mau bunuh gue hah!"

Omelan si babang hansem jadi seperti teriakkan emak gue.

"Maafin gue, Bang! Boleh nggak kita minta tolong untuk manggilin teknisi?"

Gue mencoba merendahkan harga diri gue untuk minta tolong si babang hansem. Ya lah, siapa lagi yang bisa kita mintai tolong selain babang hensem. Beneran ni kata pak Ustad. Kita tidak boleh menghina orang miskin. Karena suatu saat, jika kita sedang ditimpa kesusahan, siapa tahu justru merekalah yang paling siap untuk menolong kita.

"Lah, Lo - Lo pada kan punya hengpong?"

"Baterainya abis semua, Bang. Tadi dipakai untuk selfie - selfie di Tawangmangu." Gue mencoba menarik simpati si babang hansem.

"Minta tolong orang lain aja!"

Si babang hansem tetep bersikeras menolak untuk menolong kami.

"Abang tuh, cowok cakep tapi nggak gentle. Nolongin cewek aja nggak bisa!"

Gue melihat sudut bibir si babang hensem berkedut - kedut menahan tawanya. Ucet dah, wajah hansemnya jadi naik dua kali lipat. Gue langsung meleleh aja dibuatnya. Wajah si babang, membuat gue lupa dengan Sean cinta pertama gue.

"Okeh, entar kalau gue ketemu bengkel, gue mampir untuk beritahu montirmya supaya kesini!"

Akhirnya si babang hensem luluh juga untuk bantuin kita. Tapi ada dorongan rasa penasaran di hati gue. Gue ingin kenal sama si babang hansem. Makanya gue langsung mendekati motornya.

"Gue ikut!"

Gue segera duduk di jok motor si babang hensem yang sempit. Auch.... bisa nemplokin babang hensem kayak cicak di tembok, Sob! Bahkan dada gue udah nempel ajah di punggungnya.

"Eeee... ngapain ikut!" Babang hansem memprotes.

Tapi gue nggak peduli, gue justru mendekap pinggangnya untuk berpegangan. Untunglah si babang hansem nggak banyak protes. Ia pun segera melajukan motornya dengan memboncengkan gue.

"Tuh bengkel! Lo sendiri aja yang ngomong sama montirnya. Trus lo balik minta diantar montir. Gue cabut dulu yaw!"

"Eee.. Bang, jangan ninggalin gue dong! Ntar kalau gue gimana - gimana trus gimana?"

Gue memprotes si babang hensem. Masa tega sih si babang ninggalin gue yang cantik dan imut ini di sarang penyamun?

"Ya terserah! Kan lo yang maksa ikut!"

"Abang ih.... nggak gentle!" Gue kembali merajuk.

"Gue mau pulang, serius ini gue buru - buru. Bokap gue lagi sakit, Beib!"

Alamak oi..., dia manggil gue beib,? Ih... co cuit..

"Ntar, Bang! Gue bilang ke montir. Habis ini gue ikut abang pulang untuk membantu ngerawat bokapnya Abang!" Gue bersikeras.

Pokoknya gue harus berhasil mendapatkan info lengkap siapa nama si babang hansem, alamat rumah, plus nomer hengpongnya.

"Lah, ngapain bantu gue ngerawat bokap? Gue sendiri juga bisa!"

"Namanya juga usaha, Bang. Biar lolos seleksi jadi calon mantu."

Gue berkedip manja ke arah si babang hansem. Si babang hansem terperangah.

"Ih, makin ganteng aja lo bang!"

Gue segera menemui montir untuk menjelaskan kalau mobil Awan mogok di jalan bla - bla - bla. Jenis mobilnya jeep tahun bla- bla- bla.

Sewaktu gue menoleh ke babang hansem, ternyata si babang hansem udah kabur ninggalin gue.

"Dasar kamvret...!" Gue memaki ke arah jalanan.

Tingkah absurd gue membuat abang montir melihat keheranan ke arah gue. Terpaksa gue nebeng si abang montir untuk nganter gue kembali ke mobil Awan yang mogok. Hilang sudah buruan gue. Padahal gue belum tahu namanya.

Babang hensem, masa lo tega meruntuhkan harapan gue. Sakit lo bang. Hiks!

Tbc

Terpopuler

Comments

Hamzasa

Hamzasa

kocak juga nih...suka ceritanya...

2021-03-28

0

Dhina ♑

Dhina ♑

belum lanjjut akuuhhh

2021-02-03

0

💥ChaRak4💥😉

💥ChaRak4💥😉

nih apa direvisi yaa...koment awal ma critanya kami GK nyambung..tapi ak ttap suka bnget kok ma critanya...gokil abis🤣🤣🤣

2020-11-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!