Senin pagi ini, gue terbangun oleh mami yang sudah bertausiah subuh dengan suara soprannya. Pokoknya ceramahnya ngalahin mamah Dedeh. Semua gara - gara abang gue yang pulang clubing dengan kondisi mabuk.
Kekesalan mami beliau lampiaskan ke gue. Apes amat sih gue? Yang membuat masalah abang gue, yang mendapat tausiah gue. Jadi setiap gue ditanya teman gue dengan pertanyaan 'enak nggak punya kakak yang cakep?' Gue dengan yakin akan menjawab 'nggak enak banget'. Emang makanan ya? Ah entahlah abang gue itu.
"Ini juga anak gadis molor terus. Buruan salat Subuh. Jangan seperti abang kamu ya!" teriak Kanjeng mami sambil menyingkap selimut yang membungkus tubuh gue.
Sumpah, gue kesel banget. Senin pagi ini, gue sudah mendapat omelan mami gara - gara abang gue. Jadi makin benci gue sama hari Senin. Plus makin kesel sama mas Aksa. Catet!
Hari ini gue agak pendiam. Itu kata sahabat - sahabat gue sih. Bahkan saat upacara, gue bisa khidmat banget lho.... biasanya gue kan berisik. Suka nyolotin para petugas upacara, apalagi kalau pas si petugas pengibar benderanya grogi sampai berbarisnya 'mbagong' atau benderanya terbalik.
Ini nih, hiburannya siswa sekolah di kala upacara bendera. Kalau tidak mantengin senior cakep yang menjadi petugas upacara, ya menjadi komentator para petugas upacara bendera. Selain menjadi komentator tetap, komentar gue juga tidak kalah dari juri acara ajang pencarian bakat.
Tapi gue lagi males ini. Gara - gara pagi - pagi tadi mami gue udah bikin bad mood. Gue juga sedang terbayang - bayang abang hensem. Bisa dikata gue fall in love at the first sight. Ucet, dah.
Sejak malem minggu lalu, gue selalu teringat si abang hansem mulu. Sampai gue keseringan berteriak untuk memberitahukan kepada seluruh dunia kalau gue penasaran sama si abang hansem.
Bahkan tanpa sadar seharian kemarin, gue jadi nyanyiin lagunya ATT 'Kemana - kemana dimana' versi seriosa. Nyanyian gue membuat kanjeng mami jadi sebel sama gue. Mungkin karena itu juga kali yang bikin mami mengomelin gue. Beuh, ketahuan kan kalau mami gue itu hattersnya ATT. Negatif thinking dah gue.
Gue mirip cewek yang sedang depresi. Setelah gue harus berpisah dengan Sean first love gue, sekarang gue dibuat jatuh cintrong sama abang hansem yang tidak gue ketahui dimana rimbanya.
Dear God! Kok ya apes nian sih nasib percintaan gue. Satu - satunya hiburan yang masih tersisa hanyalah mas Reva mentor matematika gue di bimbel Briliant. Itu juga si mas Reva sudah merid. Malah denger - denger, istrinya juga sudah tek dung dan sebentar lagi akan melahirkan.
Ngomong - ngomong soal mas mentor, gue dan sahabat - sahabat gue ngefans sekali dengan mas Reva. Makanya waktu istirahat di kantin, gue and the gank juga membahas akan membelikan kado untuk juniornya mas Reva.
"Enaknya kita ngado apa?"
"Kadadodonyada hadarudus spedesidaadal dodong!"
"Nih, gue ada masukan!" Melati menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan hasil googlingan berupa produk rajutan untuk dedek bayi.
"Luducudulnyada...." Sabil nampak histeris melihat parade foto adik bayi yang menhendorse produk rajutan.
"Gue tahu toko yang jualan produk rajutan." Karin memberi info.
"Kalau begitu kapan kita ke sana?"
"Hari Sabtu aja deh kayaknya. Entar kita kan pulang jam 4 sore, terus ada jadwal bimbel"
"Sepakat......!"
Jadi, rapat hari ini sudah memutuskan, bahwa acara hangout sabtu depan adalah berburu kado untuk dedek bayinya mas Reva.
Gue menghabiskan hari ini di sekolah dengan tidak fokus ke pelajaran. Penjelasan dari guru hanya masuk dari telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan. Tangan gue bukannya sibuk mencatat pelajaran, tapi justru menggambar hati yang tertembus panah. Lukisan wajib bagi para abege labil yang sedang gundah gulana karena kesambet cinta.
Karin yang duduk sebangku dengan gue hanya cengar - cengir melihat hasil karya gue yang kini bertebaran di lembaran buku cetak.
"Lo jatuh cinta sama siapa, Yun? Masih setia sama Sean kan?"
Adududu.... lagi - lagi Karin mengingatkan gue pada Sean. Cowok yang pertama berhasil membuat kuncup bunga di hati gue bermekaran. Sayangnya Sean juga yang membuat bunga - bunga di hati gue layu sebelum berkembang. Jiah.... lagu lama, kaset bajakan pula.
Gue masih ingat saat Sean tidak menganggap gue ada sama sekali, sewaktu piknik di Bali semasa SMP. Padahal gue sedang mencoba pe de ka te padanya. Akhirnya cinta pertama gue menjadi cerita lalu yang sendu, karena gue dicuekin.
Tapi tenang, Sob! Gue sudah medapat calon gebetan baru. Tinggal gue prospek saja, nih. Terus gue ajak closing. Jiah.... mirip upline MLM mau mencari downline ajah. Masalahnya, calon gebetan baru gue, si abang hansem itu entah berada di mana? Mungkin mulai besok pagi gue mesti salat Tahajjud supaya si abang hansem berjodoh dengan gue.
Bel tanda jam pelajaran usai pun berdering nyaring.
"Alhamdulillah.... akhirnya bisa ngapelin mas Reva juga nih kita."
Sambil berjalan ke gerbang depan, gue telpon ke kanjeng mami supaya beliau tidak perlu menjemput gue di sekolah, karena eh karena, gue mau ke Briliant naik bis kota beramai - ramai dengan sahabat - sahabat gue.
Gue, Sabil, dan Karin memilih untuk duduk di barisan kursi paling belakang. Maksudnya supaya tidak terpisah - pisah agar ngobrolnya lebih enak, gitu.
Baydewe, Be es de, busway, ternyata benar jika Tuhan itu maha baik. Baru saja gue mempunyai niat untuk rajin salat Tahajjud mulai besok pagi, eee.... gue ketemu si abang hansem.
"Itu si abang hansem yang kita godain hari Sabtu kemarin bukan ya?"
Sahabat - sahabat gue mulai kasak - kusuk.
Awalnya gue tidak percaya. Tapi setelah gue kucek - kucek mata hingga mata gue pedih, plus meminta tolong Karin untuk menyubit tangan gue, sosok yang terpampang di depan gue itu adalah nyata.
Si abang hansem naik bis kota yang sama dengan gue. Dia naik bebarengan dengan teman - temannya yang membawa alat musik sederhana. Ternyata di abang hansem sedang mengamen, Sob! Suaranya terdengar merdu saat menyanyikan lagu 'To be with you milik' mr Big.
"Bang, gue mau juga bang to be with you?"
Hati gue berteriak penuh harapan.
Saat si abang hansem mengulurkan topi ke arah gue, gue langsung menyapa.
"Bang, kayaknya kita berjodoh deh. Kita ketemu lagi nih?"
Gue tersenyum maksimal untuk memperlihatkan pesona gue, supaya si abang hensem tertarik sama gue. Caila...
Si abang hansem nampak terkejut, lalu ia tersenyum sambil menarik topinya.
"Lo masih SMA ya, gue kira udah kuliah!"
Ucapnya berbasa - basi.
Kemudian saat bis berhenti si abang hensem dan rombongannya pun turun.
Kali ini gue tidak ingin kehilangan si abang hansem. Doa dan harapan gue sudah dikabulkan oleh Tuhan untuk bisa bertemu lagi dengannya. Berarti ini saatnya gue harus bisa memperoleh informasi tentang si abang hensem atau kesempatan gue hilang.
"Gue absen les. Bye!"
Gue langsung turun mengikuti si abang hansem meninggalkan sahabat - sahabat gue yang berteriak - teriak memanggil gue. Tapi kali ini gue tidak peduli panggilan Karin dan Sabila. Pokoknya gue ingin stalking si abang hansem.
"Bang, gue ikutan Abang ngamen ya!"
Gue berdiri di sebelah abang hansem yang terperangah melihat aksi gue ngintilin dia.
"Hahahaha....., Za. Sial, Lo! Hari ini kita nggak dapat doit banyak, malah dapat cabe rawit. Entar dilaporin ke polisi dengan tuduhan nyulik anak gadis orang, tamatlah riwayat kita!"
Temannya si abang hansem terbahak. Tapi akhirnya gue jadi tahu. Si abang hansem namanya bang Za. Catet!
Bang Za menatap gue.
"Sana pulang, entar dicari kanjeng mamimu lho!"
"Enggak, Bang! Gue mau ikut Abang! Gue ingin tahu nomor ponsel abang, dan ingin tahu rumahnya abang!"
Tawa temannya bang Za makin keras, bang Za sendiri melotot ke arah gue.
"Uluh uluh... apes Lo, Za. Harusnya Lo dapat pria mapan, bukannya dapet cabe rawit!"
"Kok nyari pria mapan? Emang bang Za homo?"
Tawa teman - teman bang Za semakin keras. Sebelum gue bertanya - tanya lagi, bang Za sudah menggandeng tangan gue menjauhi teman - temannya yang masih tertawa hingga terbungkuk - bungkuk. Wihi... gue digandeng bang Za, sob! Gue janji sepulang ke rumah nanti, gue nggak akan mandi supaya bekas sentuhannya tidak luntur.
"Jangan dengerin omongan mereka! Yuk gue antar pulang!"
Diantar bang Za? Ya ela..., mana bisa gue menolak. Gue berjalan menjajari langkah bang Za. Masih digandeng pula. Deg - degan nih gue.
"Bang kenalin, nama gue Yuna. Nama Abang Za dari kata Zaenal bukan?"
Gue sok tahu dengan membuat deduksi absurd. Si abang kan hansem. Kalau dipanggil Nal bisa mengurangi kadar hansemnya, jadi sengaja dipanggil Za supaya kelihatan kerennya.
Bang Za cuma mesem. Tidak menyalahkan dan tidak membenarkan. Be te we, jalan bersama bang Za itu rasanya nyaman. Gue seperti punya cowok plus kakak perempuan.
Eeet... tunggu - tunggu, kok kakak perempuan ya? Tapi dilihat dari sudut manapun bang Za ini cowok deh. Tapi kenapa perasaan nyaman ini seperti....? Ah cuek saza lah, yang penting gue bisa kenalan dengan bang Za.
"Rumah lo daerah mana?"
Gue menyebutkan nama sebuah perumahan Elit dan diangguki bang Za. Kemudian ia menyetop sebuah bus yang lewat di sekitaran gerbang perumahan tempat tinggal gue.
"Bang, Yuna boleh minta nomer WA Abang nggak?"
Bang Za kembali menatap gue sambil cengar - cengir. Apa yang lucu sih bang? Gue jadi nggak pede nih dengan penampilan gue. Jangan - jangan wajah gue cemong, atau gigi gue keselip cabe gitu.
"Gue nggak punya hape?"
"Ah masa, nggak mungkin lah, Bang!"
"Hape abang masih di toko, dek. Belum sempat beli."
Hati gue terasa meleleh. Abang memanggil gue dek? Aw... romantis banget. Mas Aksa saja tidak pernah memanggil gue dengan embel - embel dek, tapi langsung menyebut nama. Pipi gue langsung blushing.
"Ya udah, gantinya nomor WA boleh kan Yuna berfoto sama bang Za? Untuk Yuna pandang kalau kangen sama Abang!"
Lagi - lagi bang Za menatap gue. Beberapa saat kemudian ia pun mengiyakan permintaan gue.
Gue yang kebetulan duduk di sebelah kanan mulai memasang kamera ponsel sambil mencari gaya yang pas. Sudah sip nih kayaknya. Dan gue isengin bang Za. Gue cium pipinya sambil menekan tombol kamera gue.
Foto yang gue dapat bagus banget lho, wajah bang Za yang gue cium nampak terkejut, tapi sama sekali nggak mengurangi kadar hansemnya. Yihaaaa.... siap - siap gue upload deh, ke sosmed gue.
Sepanjang perjalanan, gue berharap banget supaya bus yang membawa kami, lama sampai ke tempat tujuan.
"Bang, kita bisa ketemu lagi nggak?"
Bang Za nampak terkejut dengan pertanyaan gue. Lalu ia mulai garuk - garuk kepalanya. Gatel ya bang? Makanya rajin keramas dong!
"Kalau gue ingin ketemu Abang, caranya gimana?"
Gue ulangi lagi pertanyaan gue. Soalnya gue tidak mau pertemuan kali ini menjadi pertemuan terakhir gue dengannya.
"Lo catetin aja nomer ponsel buat gue. InsyaAllah kalau gue beli ponsel, gue akan hubungi, Lo!"
Gue segera mengeluarkan selembar kertas loose leaf dan mencatatkan nomer ponsel gue untuk bang Za.
"Beneran ya Bang! jadikan Yuna orang pertama yang Abang kirimi pesan!" Gue mengancam bang Za sambil menyerahkan selembar kertas berisi nomor ponsel gue.
Bang Za membaca sekilas, lalu melipat kertas itu dan memasukkannya ke saku celananya.
Akhirnya tiba juga gue di depan gerbang perumahan.
"Ok, gue pulang dulu. See ya!"
Bang Za hendak menyeberang untuk menunggu Bus yang berlawanan arah dengan yang tadi kami tumpangi. Gue hanya membalas dengan lambaian tangan.
Rupanya bang Za sedang beruntung, karena bus kota yang akan ia naiki langsung lewat. Setelah melepas kepergian bus yang membawa bang Za, gue segera berjalan menuju kompleks perumahan.
"Lho Mbak Yuna, tadi bu Harsono baru saja keluar mau menjemput Mbaknya. Tadi Mbak Yuna naik apa?"
Tegur pak satpam yang berjaga di pintu depan kompleks perumahan gue.
"Tadi saya naik bus kota, Pak!"
"Tumben......?"
"Iya,Pak. Soalnya saya keburu laper. Mari Pak!"
Gue buru - buru pamitan. Rasanya sudah tidak sabar banget untuk membuka sosmed. Dan benar saja, begitu gue membuka sosmed gue, teman - teman sudah pada ramai mengomentari foto gue.
#karin : Astajim... dapat banyak lo, Na!
#melati : bolos bimbel demi.... ?😱
#sabila : godoodod jodob! 👍
'
'
'
'
'
'
'
'
'
#Ratu Dugem : itu Fiza bukan, vokalisnya Bobby and the gank? Gue sering lihat ni orang perform di Black Cat.
Komentar dari pengguna sosmed kesasar itu membuat gue terperangah. Oh jadi si abang namanya Fiza? Dan ternyata si bang Za ini vokalis band? Calon pacar gue anak band woi...... xixixixi... seneng banget gue.
'
'
'
'
'
#sean : pacar?
Gue terpaku membaca nama Sean yang tertera di layar. Sekian lama ia tidak mempedulikan gue, akhirnya dia memberi komentar juga.
Hauuuuu.... galonku ada lima, Sob! mengapa disaat gue ingin move on dari Sean, dia justru nongol di instagram gue?
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dessy Rahayu
hancur si Yuna🤣🤣🤣🤣🤣
2020-12-23
1
💥ChaRak4💥😉
wekaweka....Yuna ngasal..pake ngira nma Fiza tuh Zaenal lgi🤣🤣🤣
eehh ntar kalo Yuna tau kalo Fiza tuh cwek tulen..alamat parah hatu kedua kali tuh anak😆😆ciannnnyaaa😂
2020-11-29
2
Yani
Bru kembali Baca, akibat sibuk RL
2020-11-19
0