Gue baru saja selesai memasak makan malam untuk bokap. Gue panggil bokap yang sedang menonton televisi, tapi gue yakin bokap gue tidak fokus dengan tayangan televisi yang dilihatnya.
Sedih gue melihat bokap yang seperti itu. Gue yang pengangguran ini jadi merasa semakin tidak berarti.
"Pak, dhahar rumiyin!"
( pak, makan dulu!)
Gue ngingetin bokap gue. Bokap menoleh, tanpa banyak bicara beliau berjalan menuju meja makan.
Sepanjang acara makan bersama, bokap gue lebih banyak diam. Yah begitulah keadaan keluarga gue. Gue hanya tinggal berdua dengan bokap. Emak gue meninggal ketika gue masih SD.
Awal - awal saat gue harus menjalani hidup sebagai anak piatu lumayan berat. Bokap gue sempat setres karena ditinggal oleh wanita yang sangat dicintainya. Setiap kali melihat wajah gue yang mirip banget almarhumah emak, bokap gue selalu menangis.
Makanya gue jadi merasa lebih nyaman bergaya androgini, maksudnya supaya bokap gue tidak keinget emak gue terus.
Untuk menghibur hati bokap gue, sebagai anaknya gue rajin nemenin bokap gue mancing, bermain layangan, atau bertanding olahraga tenis kegemaran beliau. Karena keseringan melakukan kegiatan kaum adam itulah gue jadi merasa jika gue itu bukan anak perempuan. Gue baru jadi anak perempuan sejati cuma waktu sedang menstruasi doang. Hais malah curhat. Nggak apa - apa lah ya kalau gue curhat?
Oke, akhirnya kehidupan gue dan bokap gue kembali berjalan dengan normal, apalagi usaha bokap gue berjualan baju - baju batik di pasar Klewer lumayan lancar. Sampai akhirnya ujian berat kembali menimpa keluarga gue. Kios batik bokap gue habis tak bersisa saat pasar Klewer mengalami kebakaran. Gue ingat, saat itu gue baru kuliah semester 2.
Padahal waktu itu, gue sedang semangat - semangatnya menjadi mahasiswi Fakultas Sastra jurusan Bahasa Jawa. Keseringan nongkrong di pasar Klewer yang bersebelahan dengan lingkungan keraton Surakarta, membuat gue mantap mempelajari bahasa Ibu. Lengkap dengan segala atributnya termasuk nyinden dan menjadi Niyaga alias memainkan gamelan.
Karena usaha bokap gue kolaps, gue harus rela DO dari kampus. Gue tidak tega bokap gue semakin banyak berhutang. Pokoknya saat itu gue dan bokap gue nyaris bunuh diri berjamaah. Untunglah gue kenal dengan Bobby si anak Fakultas Ekonomi yang sedang audisi mencari vokalis band. Dari situlah gue bisa ngedapetin uang untuk makan dan membayar rekening PLN plus PDAM.
Tapi tau sendiri lah, menjadi band lokal yang hanya tampil di event - event tidak rutin membuat kami harus memutar otak supaya bisa tetap eksis.
Kadang gue dan Bobby and the gank mengamen dari satu bus ke bus yang lain. Mulai dari bus jurusan Solo - Semarang. Solo - Jogjakarta. Sampai jurusan Jogja - Surabaya kami jabanin. Kadang kami juga mengamen di bus kota, kalau kebetulan kami sedang malas kelayapan antar kota. Secara gue kan ibu rumah tangga, Sob!
Dari situlah kami bertemu dengan pemilik Black Cat. Ia terkesan dengan kami saat sedang mengamen, kemudian meminta kami untuk tampil live di Black Cat setiap hari Sabtu dan Minggu. Benar - benar rejeki anak solehah.
Ngomong - ngomong, gue jadi ingat, Sob! Ini hari Sabtu. Gue kan harus manggung di Black Cat. Pantesan perasaan gue rada - rada nggak enak.
Gara - gara gue ngambek sama Bobby, tadi gue langsung ngacir pulang. Bobby juga lupa tidak mengingatkan gue. Spechless dia kalau ada emak - emak macam gue marah dan ngomel - ngomel, karena di berasa diomelin Rayya yang selalu menagihnya supaya cepetan lulus alias sindiran halus supaya Bobby buruan melamar Rayya. Sorry, Bob! Gue umbar aib, lo. Tapi ya mau bagaimana lagi? Kebahagiaan orang miskin itu ya waktu dia dapat temen sesama orang menderita you know?
"Pak, kula medal rumiyin nggih!"
(Pak, saya keluar dulu ya!")
"Kula wangsul jam sewelas. Pageripun ampun dikunci nggih pak!"
(Saya pulang jam sebelas. Pagarnya jangan dikunci ya pak!)
Setelah mendapat ijin Pak Arbani, Malik, gue segera mengambil kunci motor butut dan pergi ke Black Cat. Dijalan gue bertemu Gilang si drumer Bobby and the gank. Rupanya dia mendapat mandat untuk menjemput gue.
"Gue kira Lo lupa!"
"Sorry, bro! Gue kan harus memasak dulu untuk makan mslam bokap gue!"
"Makanya beli ponsel gih! Biar kalau Lo telat gini, tinggal nelpon atau sms Lo aja!"
Gue cuma nyengir. Dulu gue juga punya hengpong. Nopia sejuta umat. Tapi sudah gue jual karena kepepet untuk membayar tunggakkan rekening listrik dan air.
Sejak saat itu gue tidak pernah lagi memiliki ponsel. Karena setiap gue mempunyai uang lebih, gue simpan untuk prepare membayar kebutuhan rumah tangga. Nyatanya gue juga enjoy aja tidak memiliki benda tersebut.
Gue tiba di Black Cat. Suasananya sudah sangat ramai. Seneng banget gue melihat antusiasme penggemar kami yang sedang ber yel - yel meneriakkan nama gue. Di saat seperti inilah gue bisa sejenak melepaskan beban hidup.
Tanpa melepas jaket, gue langsung naik ke panggung. Suara para gadis yang berteriak histeria menyebut nama gue, bagai candu yang membuat gue merasa bahagia.
Gilang menabuh drum menandakan kami sudah siap tampil malam ini.
"Bobbers mana suaranya...?"
Gue berteriak ke arah penonton dan disambut sorakan mereka. Kemudian intro lagu milik Avril mulai mengalun.
Gue mulai bernyanyi, berteriak, dan melompat. Gue merasa bebas dan lepas. Tidak peduli peluh membasahi tubuh gue, Tidak peduli tenggorokan gue sakit, dan gue tidak peduli sedang bokek.
Sebenarnya selesai manggung, gue ingin segera pulang. Tapi Bobby menahan gue untuk tidak pulang dulu.
"Ada pencari bakat ingin ketemu kita semua!"
Wajah Bobby tampak sumringah. Iya lah, dia kan yang paling ngebet untuk menjadi artis. Sampai kuliah saja tidak lulus - lulus. Gue jadi merasa kasihan pada Rayya pacarnya Bobby. Pacaran udah sejak SMA, tapi statusnya digantung. Diputus kagak, dinikahin juga nggak pasti kapan tanggalnya.
Ternyata kami diajak bertemu dengan mas Lanang. Mas Lanang itu manajer band kesukaan gue, yaitu Annoying. Band yang sempat harus berganti gitaris, karena Ersa gitaris yang lama memutuskan untuk mundur dari dunia hiburan.
Gue dan teman - teman diminta untuk menemui mas Lanang yang tampak duduk di salah satu sudut Black Cat. Ternyata mas Lanang bersama dengan seorang temannya. Temannya itu cakep sih, sayangnya doyan bermain dengan perempuan genit yang suka mencari mangsa di klub malam. Karena saat gue dan teman - teman ada di sana, temannya mas Lanang sudah mojok dengan seorang cabe - cabean.
Duh, jadi nggak enak banget kan, gue? Apalagi temannya mas Lanang menatap gue dengan tatapan mengejek. Persaan minder langsung melingkupi gue. Shit! gue paling benci kondisi ini.
"Aw... kamu genit ih!"
Suara si cabe - cabean yang duduk merapat ke temannya mas Lanang sedikit mengusik pembicaraan antara Bobby and the gank dan mas Lanang. Nggak tahu itu si cewe diapain.
Gue merasa tidak nyaman gara - gara temannya mas Lanang menatap gue dengan tatapan membunuh. Sampai merinding nih, bulu kuduk gue. Padahal gue tidak mempunyai salah apa - apa dengan dia. Atau jangan - jangan dia merasa tersaingi dengan penampilan gue saat dipanggung tadi ya? Gue mencoba untuk tidak menatap temannya mas Lanang.
"Bob, Lo aja yang ngobrol dengan mas Lanang ya, gue cabut dulu. Biasa.... ada jam malam!" Gue pun pamit undur diri.
Meskipun tampang gue tidak jauh berbeda dengan cowok - cowok di dekat gue, tapi hati gue melow, Sob! Lagipula gue sudah berjanji pada bokap untuk pulang jam sebelas. Gue tidak mau terpaksa melompat pagar. Soalnya gue takut kepergok tetangga yang sedang ronda dan mengira gue maling. Enggak mau lah, yaw!
"Ala... kerja di club aja pake ada jam malam. Nanggung banget sih. Takut digodain cowo? Mana ada yang mau ganggu, Lo!"
Temannya mas lanang nyolot. Duh Gusti Alloh... saya punya dosa apa sih? Hari ini dua kali loh saya dihina- dina oleh sesama makhluk ciptaanMu. Tadi sore dihina cewek alay. Sekarang dihina oleh cowok yang merasa dirinya paling cakep. Sedih deh hati akyu. Hiks.... gue tatap temannya mas Lanang dengan tatapan mata elang gue.
Gue mencoba untuk bersikap cool. Calon artis di masa depan kudu kuat mental, Sob! Dengan jumawa gue balas kata - kata si cowok sok ganteng tapi bermulud julid itu.
"Gue cuma nggak nyaman aja sama cowok yang ingin bunuh gue karena merasa iri gue lebih digilai para cewek ketimbang dianya!"
Pengalaman yang kemarin - kemarin dulu, gue juga sempat di julid in sama cowok yang iri ke gue gegara fans cewek gue lebih banyak ketimbang dia. Cowok yang gue maksud adalah Kai, vokalis Blurry Eyes yang cowok tulen tapi tiap manggung dia justru berdandan kebalikan dari gue alias dia malah pakai gaun rumbai - rumbai. Dunia terbalik, mah.
Temannya mas Lanang melotot ke gue. Berarti tebakan gue bener kan? Dia merasa gue jadi rivalnya dalam menarik perhatian kaum hawa. Aw aw aw....ingin ketawa deh gue. Sebelum gue beneran ketawa di depan temannya mas Lanang yang sepertinya sudah agak - agak mabuk itu, gue harus segera cabut, Sob!
"Yuk ah, gue cabut. Apapun hasil pembicaraan malam ini gue ikut aja!"
Untunglah teman - teman gue bertoleransi ke gue, jadi tanpa banyak protes, gue bisa melenggang santai untuk pulang lebih dulu
Saat gue baru saja menstater motor butut gue. Gue dibuat terkejut karena tiba- tiba temannya mas Lanang sudah berdiri menghadang motor gue.
"Ternyata saingan gue cuma naik motor butut!"
Wajah teman mas Lanang tersenyum mengejek. Gue beristighfar dalam hati. Males gue meladeni orang mabuk, entar malah gue yang celaka.
"Apa urusan, Lo!"
"Kalau begitu, gue nggak perlu khawatir kalah saing sama Lo!"
Temannya mas Lanang menonyor kepala gue. Untung kepala gue udah terlindung helem.
Ya ampun! Ini cowok beneran tidak mau kalah pamor deh. Gue harus sabar. Emang susah sih ngadepin orang mabuk. Dan gue hanya berdoa momohon ketabahan iman.
"Siapa juga yang mau saingan sama, Lo? Nggak ada untungnya juga buat gue. Udah sana minggir, gue buru - buru mau balik!"
Gue berusaha memutus interaksi absurd antara gue dengan temannya mas Lanang. Semakin cepat menyingkir dari pria itu, semakin baik untuk kesehatan jantung dan hati gue. Karena jujur, dihina - dina seperti ini membuat gue emosi.
Untunglah temannya mas Lanang segera menyingkir dari depan motor gue. Jadi gue bisa lewat. Tanpa menoleh, gue langsung ngeloyor pergi.
Belum sepuluh menit gue merasa lega karena terbebas dari cowok sialan itu, gue kembali dikejutkan dengan mobil yang melaju kencang sambil memepet gue.
"Innalillahi...." Gue berteriak ketika motor gue oleng.
Nyaris saja gue terjatuh. Gue yakin, mobil usil tadi dikemudikan si cowok nyebelin temannya mas Lanang. Semoga saja ini adalah pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhir gue sama dia. Gue kapok bertemu orang macam itu. Nehi! gue ketemu dia lagi.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
💥ChaRak4💥😉
love love dahh buat othorny...GK tau lg mo koment apa...dr tdi senam wajah Trus baca critamu🤣🤣🤣🤣
2020-11-29
0
Umma Amyra
Keren...👏👏👏
Next❤❤❤
2020-10-08
1
Yuliana Robiatun
apa kabar thor, semoga sehat2 selalu, ko blm up thor? lg sibuk y 😀
2020-10-07
0