Baru 3 hari gue bekerja sebagai asistennya Aksa, tapi rasanya seperti sudah satu abad saja. Gue capek lahir dan batin menghadapi segala tugas konyol dan mendengar omelannya.
Sayangnya gue tidak bisa membalas kelakuan si big babby anaknya budhe Harsono yang mapan plus rupawan itu. Gue hanya bisa membalasnya melalui secangkir kopi pahit, yang entah mengapa sudah tidak mempan. Karena si big babby boy selalu menghabiskan kopi buatan gue. Mungkin dia sakit hati karena gue sindir bukan lelaki sejati waktu itu. Hahahaha...
Oke, tugas gue kali ini menjadi tukang dongeng. Bukan dongeng cinderella, putri salju, atau putri tidur. Tapi gue disuruh membacakan proposal atau berkas lainnya, dan Aksa akan mendengarkan dengan mata terpejam sambil menyandarkan punggungnya di kursi singgasananya.
Tapi gue positif thinking aja, Sob! Meskipun lidah gue sampai harus menjadi keriting alami, tanpa bantuan catoknya mbak - mbak salon. Hitung - hitung gue sambil belajar bisnis. Kalau semisal tiba - tiba si big babby boy mengerjai gue lagi untuk menggantikan meeting, gue sudah siap.
Hari ini tidak ada jadwal meeting atau janji temu dengan bos perusahaan lain. Katanya hari Sabtu itu hari santai, pamali untuk teken - teken kontrak atau meeting. Padahal menurut gue, semua hari sama saja. Hari Sabtu ini justru hari tersibuk gue, karena nanti malam gue masih harus tampil di Black Cat.
Seolah tahu apa yang sedang gue pikirkan, si big babby boy langsung menyabotase jadwal gue.
"Nanti malam aku mau pergi hangout. Kamu tahu kan tugasmu!"
"Oke pak. Tapi supaya kita win - win solution. Kita hangout ke Black Cat saja ya. Toh bapak juga suka clubbing." Gue menawarkan solusi. Gue untung doski juga bisa hangout dengan aman tanpa harus direcoki oleh budhe Harsono.
"Nggak ah, aku nggak suka clubbing di sana. Ceweknya jelek. Nggak asyik!"
Menurut gue, jawaban si big babby boy itu mempunyai maksud ganda, Sob! Dia menyindir gue yang memang cewek jelek ini, atau karena dia merasa tersaingi oleh gue? Soalnya kalau di Black Cat kan tidak ada cewek - cewek yang mengerubungi dia.
"Pak, khusus malam minggu beri saya keringanan, dong! Setidaknya sampai Bobby and the gank memiliki vokalis baru menggantikan posisi saya!" Gue memohon belas kasihnya. Semoga bos gue masih menyisakan sifat Dewi Kwan Im di hatinya.
Big babby boy menatap gue sambil tersenyum sumir penuh kelicikan.
"Bosnya itu kan aku. Kenapa kamu yang mengatur aku? Kamu ingin dapat sp 3 ya!"
Mendengar ancaman big babby boy, gue langsung ciut. Seandai gue tidak teringat betapa bahagianya bokap gue karena sekarang bekerja dengan benar, gue ingin kabur saja dari orang semacam ini.
Jadilah sepanjang hari ini gue melakukan kerja sambil memutar otak bagaimana cara menyiasati jadwal gue nanti malam.
Memang susah banget ya tidak memiliki hape. Kalau hari - hari kemarin gue masih enjoy geboy mujaer tidak mempunyai benda yang satu itu, sekarang gue baru merasakan betapa repotnya tidak memiliki benda itu.
Selesai bertugas menjadi juru dongengnya big babby boy, gue sibuk menjadi setrikaan. Maksudnya, gue jadi keseringan berjalan mondar - mandir di dalam ruangan big babby boy yang lumayan luas ini. Kebiasaan gue kalau sedang bingung kan memang seperti ini, Sob.
Langkah gue terhenti ketika pintu kantor terbuka dan memunculkan seraut wajah ceria milik Yuna.
"Abang hansem..." Yuna memekik sambil memeluk gue. Ternyata adiknya big babby boy belum move on dari gue.
"Mbak Fiza kali, Dek!" Gue mengajari Yuna supaya memanggil gue dengan baik dan benar. Yuna hanya tertawa.
"Kamu ngapain ke sini?" Big babby boy nampak was - was dan tidak senang adiknya datang.
Yuna menarik tangan gue untuk di ajak duduk di sofa.
"Yuna baru dari konter hape, Mas. Kebetulan tempatnya dekat kantornya papi. Ya udah, Yuna mampir aja. Daripada Yuna minta tolong pak Warno bolak - balik nganter. Kasian pak Warno nanti capek!"
"Namanya juga kerja jadi sopir. Kalau kamu kasihan sama sopir, mereka nggak kerja dong!"
"Mas Aksa benar, Yuna memang sengaja kesini." Yuna nyengir ke arah kakaknya.
Pemandangan dua kakak beradik itu membuat gue baper, Sob! Soalnya gue ini kan anak tunggal. Rasanya gue juga ingin mempunyai saudara. Kakak laki - laki, kakak perempuan, adik laki - laki, atau adik perempuan boleh deh.
"Mbak, Yuna datang kesini mau nganterin amanahnya kanjeng mami." Yuna menyodorkan paper bag bertuliskan nama gerai ponsel yang berisi sebuah kardus.
"Ponsel untuk Mbak Fiza dari kanjeng mami."
Wajah Yuna tampak berbinar cerah.
Ya Allah..... rasanya gue ingin menangis, deh. Budhe Harsono itu baik sekali.
"Yuna ajarin pakainya ya, Mbak. Itu udah di setting semua sama mas konternya. Semua aplikasi yang penting sudah lengkap. Yuna juga udah memasukkan nomor Yuna, kanjeng mami, dan mas Aksa ke kontak telepon."
Dengan lincah dan terampil, Yuna mengajari gue menggunakan ponsel baru.
"Ini kameranya, Mbak. Sini kita foto bareng dulu!" Yuna menarik tubuh gue supaya mendekat padanya.
"Cheers....!"
Gue tersenyum, dan cup. Sebuah kecupan mendarat di pipi gue bersama dengan tombol yang ditekan oleh Yuna. Lagi - lagi gue kena jebakannya Yuna yang mencuri - curi cium pipi gue.
"Sebentar, Mbak. Yuna kirim ke ig nya Mbak Fiza dulu ya!"
Yuna serius mengutak - atik hape gue. Sedangkan Aksa tiba - tiba berdiri dan berjalan menghampiri kami.
Aksa hendak mengomel ketika adiknya tiba - tiba mengatakan sesuatu.
"Mbak Fiza itu vokalis band ya?"
Gue jadi kaget, Sob! Mengapa Yuna bisa mentahui kalau gue itu vokalis band lokal? Aksa juga ikut tertegun dengan pertanyaan Yuna. Lelaki itu jadi batal mengomeli adiknya.
"Kamu tahu darimana?" Aksa mewakili rasa ingin tahu gue dengan bertanya pada Yuna.
"Ada fansnya mbak Fiza komen di Ig Yuna. Mbak Fiza kapan mau tampil lagi? Yuna boleh nonton mbak Fiza manggung kan? Cuplis...."
Yuna memohon ke gue sambil menunjukkan puppy eyesnya. Hadew...... meleleh hati gue, Sob!
Tetapi reaksi yang ditunjukkan oleh Aksa berkebalikan. Gue melihat wajah Aksa menegang, ia bersiap mengomeli adiknya. Selintas ide berputar di otak gue. Kenapa gue nggak memanfaatkan Yuna aja, Sob! Hehehehe... piss big babby boy, kali ini gue lebih unggul.
"Boleh aja dek. Kebetulan nanti malam mbak Fiza mau perform." Gue segera menyerobot Aksa yang siap menceramahi adiknya.
"Benarkah? Asyik..." Yuna memeluk gue senang. Tingkahnya jadi seperti anak kecil yang keinginannya dituruti oleh orang tuanya.
"Nggak boleh! Kamu nggak boleh masuk club karena masih kecil." Aksa mulai kebakaran rambut. Takut kepergok kan lo bos. Gue tertawa dalam hati.
"Tidak apa - apa, Pak, selama ada saya dan Anda, Yuna pasti aman!"
Aksa melotot ke arah gue, sedangkan Yuna berhore - hore penuh rasa bahagia.
Gue membalas tatapan Aksa sambil tersenyum lebar. Biarin saja Aksa terpesona wajah hansem gue sekalian. Meskipun gue tahu, seumpama ini adalah sebuah film kartun, mata kami berdua pasti sedang keluar laser yang sedang bertempur dengan dahsyat.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ema Wizydwi
😆😆😆😆
2021-01-20
0
Dessy Rahayu
cerita yg bener2 beda 👍👍👍
2020-12-24
0
💥ChaRak4💥😉
🤣🤣🤣🤣🤣
2020-11-29
0