Pagi itu Manda meninggalkan Las Vegas kembali ke California bersama Antony dan para bodyguardnya menggunakan pesawat jet pribadi. Manda masih tertunduk malu jika mengingat ia menggunakan bosnya sebagai imajinasi seksnya, Manda merasa bersalah dan tak enak hati.
Tiba-tiba ponsel Manda berbunyi, pesan dari pihak kasino di Las Vegas mengabarkan jika uang hasil judi Antony sudah masuk ke rekening banknya, Manda terlihat senang.
"Ada apa? Siapa yang menghubungimu?" tanya Antony penasaran.
"Oh, pesan dari pihak keuangan di kasino. Kau menang saat bermain poker Tony, uangnya hampir senilai 500 juta rupiah. Karena aku tak tahu nomor rekeningmu dan aku rasa cukup berbahaya jika membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup banyak, maka aku meminta pihak kasir untuk mentransfernya ke rekeningku terlebih dahulu. Tapi, tenang saja uang itu akan aku serahkan padamu begitu sampai di mansion nanti, aku tak akan mencuri uangmu Tony, aku bersumpah," ucap Manda serius sembari menunjukkan ke dua jarinya pertanda ia jujur.
Antony tersenyum tipis.
"Simpanlah uang itu di rekeningmu dulu. Aku akan memintanya ketika aku membutuhkannya," jawabnya santai.
"Begitukah? Benar tidak apa?" tanya Manda memastikan.
Antony mengangguk pelan. Manda pun menuliskannya di buku catatan kecilnya mengenai uang Antony yang ia pegang. Ia juga menuliskan dengan detail dari mana asal uang itu, jam dan tanggal uang itu masuk ke rekeningnya. Antony mengamatinya seksama dan ia hanya diam saja. Antony kembali membaca majalah bisnisnya.
"Manda, begitu sampai di mansion kau segeralah bersiap dan berkemas. Kita akan ke Rusia," ucap Antony tanpa melirik Manda sedikitpun.
Manda tertegun, ia tak mengira akan meninggalkan Amerika.
"Rusia? Apakah ada pekerjaan di sana? Berapa lama? Rusia di kota mananya?" tanya Manda antusias.
Ia berharap bisa bertemu Konstantin dan Roberto ketika di Rusia nanti, Manda terlihat sangat bahagia. Tapi, Antony hanya meliriknya tajam tak menjawab pertanyaan Manda satupun. Manda baru ingat jika Antony tak suka orang yang banyak tanya, Manda pun diam tak berani bertanya lagi.
Manda kembali memikirkan ucapan Selly yang mengatakan bahwabbayinya masih hidup, ia ingin membuktikannya, tapi melihat sifat bosnya yang selalu melarangnya akan setiap keingingannya, membuat Manda sangat yakin jika ia nekat pergi, Antony pasti akan memburunya dan ia tak akan bisa pergi dengan bebas lagi.
Tiba-tiba ponsel Manda kembali berdering. Ia hanya melihat sebuah nomor tanpa nama di sana, Manda pun mengangkatnya.
"Hallo,"
"Hallo, Manda. How are you?" ucap seseorang dengan suara yang Manda kenali.
"Barbara. Hai, mm ... i'm fine, thank you. How ..." ucapan Manda terputus.
"Manda, apa kau ke Las Vegas kemarin? Apa yang kau lakukan?" tanya Barbara.
"Oh itu, mm ... aku hanya menemani Tuan Antony berjudi. Itu saja," ucapnya gugup.
"Benarkah? Apa kau sedang perjalanan kembali ke California?"
"Ya, ada apa Barbara?"
"Temui aku di markas begitu sampai," ucapnya tenang.
"Mm ... baiklah. Aku akan mengatakan hal ini pada tuan Antony terlebih dahulu,"
"Wah ... wah, aku tak menyangka ternyata kau sangat menurut pada tuanmu, Manda." Ucap Barbara terdengar meledek bagi Manda.
Manda menghembuskan nafasnya pelan.
"Mm ... tuan Antony,"
"Pergilah. Bodyguardku akan mengantarkanmu ke tempat Barbara," ucapnya cepat dan masih membaca majalah bisnisnya.
"Oke, terima kasih," jawab Manda sopan, "Barbara, tuan Antony mengizinkan. Aku akan segera menemuimu begitu sampai di sana."
"Baiklah dan bawakan dokumen yang nanti akan aku kirimkan melalui pesan di ponselmu, mintakan pada tuan Antony, jangan sampai kau tak membawanya, itu penting," ucap Barbara mengingatkan.
"Oke."
Barbara pun menutup panggilannya dan tak lama sebuah pesan elektronik pun masuk. Manda membacanya seksama dan kini ia menatap Antony.
"Mm ... tuan Antony, Barbara ..."
"Tony. Sudah ku bilang berulang kali kau cukup memanggilku, Tony. Kenapa kau jadi memanggilku Tuan? Kau sengaja ingin dihukum?" tanya Antony dengan lirikan tajam.
Manda tertegun, ia lupa akan panggilan yang diminta bosnya.
"Maaf ... maaf, aku ..."
"Dokumen Barbara ada padaku, akan aku berikan begitu sampai di mansion nanti," ucapnya sembari menutup majalahnya.
"Baiklah." Ucap Manda kembali meletakkan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya.
Selama di pesawat Manda tak banyak bicara. Ia juga tak membawa pekerjaanya padahal banyak dokumen yang harus Antony periksa. Isi pikiran Manda sudah kembali pada pekerjaan yang belum ia selesaikan, ia teringat akan beberapa email yang harus ia balas mengingat ia sekarang sekretaris Antony. Beberapa permintaan akan jadwal rapat di perusahaan, bertemu client dan yang lainnya.
"Mm ... Tony, senin depan kau ada permintaan rapat oleh dewan komisaris di perusahaanmu mengenai target pengembangan usaha properti di China, tentang pembangunan dan kerjasama dengan beberapa developer dan pengembang di sana," ucap Manda mengingatkan.
Ia bahkan sudah menyiapkan catatan kecilnya.
Antony menyenderkan tubuhnya dan menatap Manda seksama, "Baiklah, jadwalkan."
"Pukul 9 pagi? Ruang meeting lantai 15? Dilanjutkan makan siang atau tidak? Apakah perlu mengundang para manager dan beberapa arsitekmu juga?" tanya Manda menyarankan.
"Tak perlu, kita belum sampai tahap pengerjaan proyek cukup para investor dan komisaris saja. Lanjutkan dengan makan siang di kantor, setelah itu kosongkan jadwal. Aku ingin mengunjungi kolegaku," ucapnya sembari menopang dagunya.
"Oh oke, baiklah," ucap Manda menuliskan catatan di bukunya.
"Kau kemanakan laptopmu? Kenapa menulis di buku?" tanya Antony bingung.
"Kau tidak memberikanku laptop," jawab Manda jujur.
Antony diam sejenak.
"Laptop itu ada, kau hanya tak melihatnya saja," ucapnya memalingkan muka.
"Benarkah? Dimana kau meletakkannya? Di lemari arsip, tempat penyimpanan inventaris dan peralatan menulis juga tak ada," ucap Manda mencoba mengingat isi ruang kerja Antony.
Antony kembali terdiam. Ia tiba-tiba berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Manda dan pergi ke belakang pesawat. Manda pun membiarkannya. Manda diam sejenak dan melihat gumpalan awan dari balik jendela pesawat.
"Benarkah Adam masih mencintaiku? Apakah dia menyesal sudah memperlakukanku dengan buruk? Dan bayiku, apakah mimpiku saat itu benar jika aku memiliki seorang anak perempuan? Oh Tuhan, jika itu benar adanya aku akan sangat bahagia ..." ucap Manda dengan senyuman di wajahnya.
Tak lama merekapun sampai di Bandar Udara Internasional Los Angeles dan sudah di jemput oleh bodyguard Antony. Manda dan Antony naik Mercedes Benz dan dua mobil Range Rover berada di depan dan belakang mobil Antony menjaganya.
Merekapun sampai di mansion Antony pada siang hari. Manda pun langsung kembali ke ruang kerja Antony, ia penasaran dengan ucapan Antony yang mengatakan bahwa laptop itu ada di sana.
Betapa terkejutnya, Manda melihat sebuah laptop di meja kerjanya. Ia ingat betul bahwa laptop itu tak ada di sana saat terakhir kali ia meninggalkannya. Manda berdiri mematung dan memegang laptop itu dengan mulut menganga.
"Sudah kubilang kan, laptop itu ada, kau hanya tak melihatnya," ucap Antony dengan wajah datarnya.
"Ta-tapi ..." jawab Manda tergagap yang masih tak percaya ada laptop di meja kerjanya.
"Kau ingin mengatakan jika aku berbohong?" tanya Antony dengan sorotan Manda tajam.
Manda menelan ludah, Antony terlihat marah.
"Ya, aku yang tak melihatnya. Aku yang salah, maaf ..." ucap Manda dengan senyuman paksa.
Antony diam saja sembari menyerahkan sebuah map cokelat besar tertutup yang ia stempel dengan logo khusus pada Manda, ia pun menerimanya.
"Berikan itu pada Barbara. Jangan buka dokumen itu, paham?" ucap Antony tajam.
Manda mengangguk mengerti. Antony pergi meninggalkannya entah kemana. Manda mendekap amplop besar itu erat. Manda pun segera bersiap. Ia kembali mengenakan baju anggota gangster Red Skull sesuai perjanjiannya dengan Barbara.
Terlihat Manda sedikit tertekan, ia benar-benar tak menyukai gaya berpakaian geng Red Skull yang seperti wanita berandalan dan memakai make up tebal.
Manda telah selesai bersiap, ia menatap dirinya di cermin dengan perasaan cemas dihatinya. Entah kenapa ia lebih senang tinggal bersama Antony ketimbang kembali pada Barbara dan anggota gengnya.
"Barbara sudah menyelamatkan nyawaku waktu itu, aku tak boleh terlena akan kemewahan dan kebaikan yang Tuan Antony berikan padaku. Aku sudah berjanji menjadi anggota Red Skull, aku tetap bagian dari mereka sekarang." Ucap Manda dengan hembusan nafas panjang.
Manda segera keluar ruangan dengan baju geng Red Skull seperti saat ia datang pertama kali ke mansion Antony. Ia membawa tas kerjanya berisi amplop cokelat untuk Barbara. Manda tak melihat Antony dimanapun, ia tak bisa berpamitan dengannya.
Akhirnya Manda pun pergi tanpa menemui Antony dan pergi meninggalkan mansionnya. Ternyata Antony melihat kepergian Manda dari lantai 2 di jendela kamarnya entah apa yang dipikirkanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 378 Episodes
Comments
Rinda Suprihatin
smbil nunggu 4YM up dsn dl
2021-01-04
1
👑 Divya Lin💣
antony selalu memantau amanda. uhuyyy
2020-11-17
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
lanjut dari sini ...kak ava.....
2020-09-03
0