Happy reading....
Ross berjalan beriringan dengan Mytha, mereka berjalan sambil bercengkrama menuju perpustakaan.
Perbincangan mereka terhenti tepat beberapa langkah dari pintu perpustakaan, sosok tinggi dengan kemeja berlengan pendek memasuki perpustakaan. Mereka terkesima, melihat pemandangan indah yang baru saja melenggang di hadapan mereka.
"Ya Allah ... Sungguh indah ciptaanMu ...." dengan kedua telapak tangan menangkup pipi, Ross bersuara.
Mytha yang sudah tidak bisa berkata-kata hanya bisa menelan saliva nya dalam.
Rasa kagum belum habis rasanya, tapi ponsel Ross berdering memutuskan lamunan kedua gadis ini. Setelah menilik siapa pengganggu moment speechless nya, Ross langsung mengangkat panggilan tersebut. "Halo... bla bla bla."
Tak berselang lama, dengan senyum sumringah Gita muncul dihadapan Ross dan Mytha. "Haii..." Gita memeluk kedua temannya bersamaan.
"Tunggu dulu, Ainun dan Reza kemana?" Tanya Gita terheran, karena hanya dua sahabatnya yang menyambut.
"Sepertinya belum datang, atau mungkin sudah di dalam," jawab Mytha.
"Ya sudah, ayo masuk!" ajak Gita kemudian.
Para gadis ini sedang memilah milih buku, mencari sesuai yang dibutuhkan.
Buku sudah didapat beberapa, pun mereka segera mencari tempat untuk mereka tempati. Sekilas Gita melihat bayangan Reza duduk berhadapan dengan seorang gadis. Mereka terlihat seperti membicarakan hal yang serius, terlihat dari raut wajah Reza yang tegas.
Gita terhenyak, mendapati Ross dan juga Mytha yang menabrak pelan. Tubuhnya Terdorong sedikit kedepan. 'Itu kan, Ainun. Bukan kah mereka tidak akur ya? kenapa mereka bersama?' batin Gita.
Ross dan Mytha yang juga menyadari, hanya bisa melihat dari balik rak buku, "Apa sebaiknya, kita ke--"
"Ssstttt,"
"kenapa?"
"Aku pikir benar kata Kak Vino, mereka itu mantan, mungkin sedang proses CLBK!"
Degg!
Ada hati yang tiba-tiba lemas, ada rasa yang tiba-tiba hambar. Gita memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Mencoba menolak asumsi dan argumentasi di benak dan otaknya.
.
Degup jantung mulai berirama, menuntut memacu lebih cepat, seperti genderang yang siap tempur. Ainun merasakan dirinya sangat grogi, cemas dan entahlah, mungkin malu. Tak pernah sebelumnya duduk berhadapan dengan seorang pria, berdua lagi. Padahal pria di depannya itu bukan pria tipe nya, menurutnya begitu. Tapi nyatanya... Akkh, mungkin ini efek menjomblo yang terlalu akut, pikirnya.
"Mau bicara apa?" Ainun berucap dengan suara dibuat sesantai mungkin, padahal jantungnya bergemuruh tidak karuan.
"Soal waktu itu?" Reza mencoba menenangkan hatinya, mempersiapkan diri dari segala kemungkinan atas jawaban Ainun.
"Hmm, soal yang mana?"
"Di kafe,"
"Aku minta maaf."
'Kenapa aku seperti seseorang yang sedang meminta pengampunan pacarnya sih?' Reza membatin, tapi tetap menahan mimik wajahnya sebiasa mungkin.
Ainun mendongakkan kepalanya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Reza. menatap manik mata Reza, terheran.
"Kau kenapa? kesambet?" cemeeh Ainun.
'Tuh kan, dia mulai lagi!"
"Maksudmu?" Reza masih tetap bertahan.
"Aku tidak tau ya, permintaan maafmu ini tulus atau tidak. Hanya saja, aku takut kau mengerjaiku lagi!" Nada bicara Ainun sudah menanjak, seperti ada sirine yang sudah uwing uwing ingin menerkam.
Reza menarik sudut bibirnya, rasanya sudah tidak ingin ditahan, tapi masih bisa Ia tahan.
"Hei, jangan ge'er dulu deh, siapa juga yang mau mengerjaimu!" ledek Reza.
"Aku serius ... " lanjutnya, kali ini wajahnya terlihat serius. Ainun terdiam. Tak tahu harus berkata apa.
"Kadang aku pikir, kenapa kita tidak berteman saja, seperti yang lainnya. Kalau bertemu say hello, tak perlu berdebat seperti kemarin-kemarin. Capek tau gak?" lanjutnya.
"Kenapa setiap pertemuan kita selalu ada saja pertengkaran? selalu ada kehebohan? selalu ada keributan? kenapa tidak dengan cara yang biasa saja?"
Ainun sebenarnya membenarkan perkataan Reza, karena dia pun jengah ada saja perdebatan dan keributan di seriap pertemuan mereka.
Ainun masih terdiam, masih belum tau apa yang harus dia katakan pada Reza. Kata apa yang akan dia lontarkan sebagai jawaban, otaknya mulai merangkai kata kata tapi sepertinya sedang terjadi kekacauan di isi kepalanya, kusut. Ia menghela napasnya sedikit berat.
"Aku heran, sepertinya dirimu selalu saja marah jika bertemu denganku, kenapa?"
Dan kini Reza semakin memajukan badannya kedepan, membuat Ainun merasakan panas di wajah.
Ainun menarik napas dalam, mencoba menjawab sebisanya dengan baik supaya Reza tidak tersinggung.
"Mungkin di setiap pertemuan kita, selalu saja ada yang terjadi, mungkin itu penyebabnya, aku bahkan tidak tau pasti."
Diam. Keduanya sama sama terdiam, menyelami hati masing-masing, membenarkan setiap kata demi kata yang terucap. Baru kali ini jalan pikiran mereka sama, terlihat dewasa.
"Aku.."
"Aku.."
Keduanya berkata secara bersamaan. Semakin menambah kecanggungan.
"Kau dulu, ladies first.!" seru Reza.
"Oke,"
"Ak-aku.. Aku juga minta maaf, selama ini selalu marah-marah padamu. Kau benar, mungkin sebaiknya kita jadi teman saja, dari pada menjadi Tom and Jerry." Dengan terbata dan sedikit menundukkan wajahnya Ainun berucap.
"Hmm, oke.. deal yaa... sekarang kita teman. Anggaplah kita baru berkenalan dan baru berteman. Kita lupakan masalalu kita yang menjengkelkan itu."
Secercah harapan telah terbit, ketika menjalin kebaikan hanya semudah itu, kenapa harus ada pertikaian yang menyulitkan sebelum itu?
Reza tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, dan Ainun menyambutnya dengan senyuman.
"Deal.."
Seketika Ainun dan Reza terkekeh, ini sangat lucu. Bagaimana tidak, baru kemarin mereka saling marah. Mereka tidak menyangka akibat salah nomor yang mengakibatkan terjadi salah kirim pesan, malah membuat mereka jadi akur. Trik Vino memang jitu.
Mereka mulai mengobrol ringan, meski masih canggung dan gurauan yang terkesan garing, mereka menikmati saja obrolan kecil mereka.
Perasaan Reza menjadi sedikit lega, berharap pertemanannya dengan Ainun yang berangsur membaik menjadi lebih baik. Ia pikir Ainun gadis yang sangat jutek, tapi nyatanya gadis itu sangat ramah, senyumnya sangat manis dan ooh ya... jangan lupakan lesung pipinya yang tercetak ketika dia tersenyum, semakin menambah kadar kecantikannya.
Reza Memperhatikan Ainun dengan seksama, Reza baru tersadar, gadis didepannya ini sangat cantik, meski sangat polos dan tidak memakai riasan yang mencolok, kecantikannya terpancar alami.
Baru kali ini Ainun merasakan mengobrol berdua dengan seorang pria, yang nota benenya adalah musuh nya dari beberapa tahun kebelakang, yang selalu mencari gara-gara setiap bertemu dengannya.
Ainun menyadari, sosok di depannya nyaris tanpa cacat. Reza yang begitu rupawan, perawakannya yang tinggi, kulit yang bersih rahang yang tegas, wajahnya yang bak model, menghipnotis siapapun yang memandangnya. Tak terkecuali Ainun sendiri. Dan kali ini ia benar-benar menyadari.
Obrolan terhenti ketika dering ponsel Reza berbunyi. Reza menerima panggilan itu dan menutupnya kemudian.
"Emm, Nun,. sebentar lagi kelasku mulai, Aku tinggal gak apa apa ya?" Reza menggaruk pelipisnya.
"Oh, it's okay... Silahkan, teman temanku juga sebentar lagi datang." Ainun mempersilahkan.
Reza tersenyum manis, sangat manis. Dan berlalu meninggalkan Ainun, meninggalkan senyuman yang baru kali ini Ainun melihatnya. Entah apa itu artinya, Ainun senang.
Reza tersenyum sambil berjalan melewati beberapa rak buku, dan senyumnya belum hilang saat bertemu dengan Ross, Mytha dan Gita di ujung Rak.
"Tuuh kan benar... habis bertemu Ainun senyum-senyum begitu, pasti sudah balikan deh, waaah teman kita udah ada yang sold out, huaaa... aku ketinggalan!." Ross yang mulutnya sudah tidak bisa dibendung lagi langsung nyerocos tanpa henti.
"Sssttt... Ross, berisik tau!" ujar Mytha, Ros celingak celinguk takut suaranya menimbulkan keributan.
"Benarkah itu? apa mereka pernah berpacaran? kenapa Ainun tidak pernah bilang? dan dia... foto itu... meski kami tidak pernah bertemu, tapi aku yakin foto itu, dia..."
.
.
.
Gita berusaha memfokuskan pada materi yang terangkan oleh dosen dikelasnya. Sesekali melirik Ainun yang duduk bersebelahan dengan Ross dan sesekali mereka bercanda sedikit dan tersenyum. Ainun sangat terlihat bahagia.
Entahlah. Ada sedikit rasa yang tidak bisa dijelaskan, entah itu kesal, kecewa atau apapun itu, Gita tidak tahu. Hati nya mencelos begitu saja. Bahkan Gita juga tahu bahwa perjodohan mereka itu belum benar-benar pasti.
Tapi Gita sudah menerimanya, meskipun belum ada rasa cinta. Ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Pikirnya, cinta akan datang dengan sendirinya.
Pikirannya dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan, tapi entah kepada siapa ia akan bertanya.
To be continued...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian like vote dan comment yaa... kritik dan saran kalian sangat membangun. Support kalian sangat aku butuhkan...
luv luv luv luv luv*
Olive Sparkly
❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
@ Ela Sukma Thea*
aduhh jangan sampai yg di jodohin ma gita itu rezaa😱😱
2020-12-16
0
R⃟•♀𝕽𝖆𝒚𝒚𝖆𝖓𝒛𝒛⚤
like plus vote
2020-11-28
2
♈⛎♎ chann💫💫
mampir lagi
2020-11-28
1