Memoar Patah Hati
Happy reading...
Namanya Ainun Mudrikah Kusuma. Gadis cantik berambut ikal, sang pemilik lesung pipi di setiap senyumnya yang terukir. Nama unik, yang diberikan Ayah dan Ibunya. Ridho Kusuma dan Sarah Rahayu.
Ainun, begitulah orang memanggilnya, memiliki wajah teduh dan ayu, tapi tidak sesuai dengan karakternya yang cenderung cuek dan sedikit galak. Namun, tetap saja dirinya menjadi perhatian para pemuda sebayanya.
Baru beberapa bulan yang lalu menyelesaikan Pendidikan SMA nya, kini, ia sudah terdaftar di salah satu universitas favorit di kota kecilnya. Berbekal kecerdasan dan keterampilan dalam berhitung. Ia pun memilih jurusan Management Bisnis, dalam karier pendidikan nya.
Cita citanya tidaklah rumit, Ia hanya ingin memperbaiki perekonomian keluarga serta para tetangganya dari keterpurukan ekonomi. Ia berharap bisa menciptakan lapangan pekerjaan, demi membantu meminimalisir tingkat pengangguran yang semakin hati kian melonjak grafisnya.
Tinggal dikampung tidak serta merta menjadikannya haus akan kebebasan masa muda untuk berkarir di kota kota besar. Justru membuat tekadnya bulat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kota kecilnya.
Ayahnya adalah seorang peternak domba. Ia memiliki sekitar 100 domba, dan terkadang domba betina nya pun diperah untuk diambil air susunya. Katanya, air susu domba lebih sehat dari pada susu sapi. Terbukti dari banyaknya pesanan dari berbagai kalangan, tua muda menikmati khasiatnya.
Sedangkan ibunya, hanyalah seorang IRT biasa, dan hanya sesekali membuat rajutan tas atau dompet kecil pesanan teman-teman dan tetangganya, itu pun jika ada waktu. Hari-harinya penuh dengan kesibukan rumah tangga yang entah sampai kapan tiada habisnya
Ainun memiliki 2 adik, Refan Rifaldy Kusuma, yang masih duduk dikelas 2 SMP. Dan Dalia Raihanah Kusuma, yang masih kelas 5 SD. Adik beradik ini, selalu menghangatkan suasana dikala malam yang dingin menyerap dalam tubuh. Tak ayal, kedua orang tua mereka dibuat pusing tujuh keliling. Apalagi saat ketiganya berlarian mengejar dan menggelitik satu sama lain, pemandangan yang sangat manis dalam sebuah keluarga. Keluarga harmonis.
.
Pagi itu...
"Nak, tolong bantu Adik mengikat rambutnya ya, nduk." Ibu Sarah yang sedang kerepotan menyiapkan sarapan untuk seluruh isi rumah meminta tolong pada Nun. "Iya, Bu!" Sahut Ainun antusias, langsung menghampiri adik bungsunya.
"Adek, rambutnya mau diikat seperti apa?" tanya Ainun yang tengah mempersiapkan sisir dan ikat rambut.
"Rambut adik kan panjang, diapain juga bisa mbak, terserah mbak Nun deh! aku mah nurut aja!" Dalia bersiap duduk didepan meja riasnya.
Tanpa pikir panjang Nun langsung mengepang dua rambut Dalia, dan memberinya pita di setiap ujungnya.
"Sudah selesai!" Nun yang ekspresif mempersembahkan maha karyanya pagi ini dipantulan cermin milik Dalia layaknya para penata rambut sungguhan. Dalia hanya melengkungkan bibirnya keatas dan tersenyum puas. "Terima kasih, mbak." ujarnya kemudian memeluk Ainun.
"Ya sudah yuuk, ibu sudah memanggil untuk sarapan lho, nanti keburu dingin." Ainun langsung menggaet lengan adik bungsu tercintanya itu dan menggiringnya ke meja makan.
Semua orang sudah berkumpul dan siap menyantap sarapan pagi hari ini, yang diawali dengan bedoa bersama.
"Setelah antar adik adik sekolah, ayah jadi antar Ainun ke kampus buat ambil tugas dari pak Herman kan, yah? " tanya Nun selepas membereskan meja makan.
"Bisa, tapi nanti sepulang ayah kontrol si gembol dulu ya." jawab sang ayah yang segera meraih kunci mobil lawas miliknya.
Si Gembol... Panggilan kesayangan untuk para domba-domba Ayah.
"Oke deh..." Nun memberikan dua jempolnya sekaligus dengan senyum yang mengembang.
.
Sebuah mobil van Daihatsu Zebra keluaran jadoel Berhenti diparkiran kampus terfavorit di kota ini.
"Ayah tunggu sebentar tidak apa apa kan, Ainun cuma mau ambil tugas dari pak Herman? " pinta Nun dengan sedikit senyum khas wajah ayunya.
"Ya sudah, Ayah tunggu disini!" Ayahnya yang tau watak anak gadisnya itu menurut saja.
Sebenarnya Ainun malu, sebab sering diantar jemput ayahnya ke kampus, karena teman sejawatnya mereka biasa membawa kendaraan sendiri. Hanya Ainun yang masih Antar jemput. Membuatnya dijuluki 'Anak Papi'.
Sampai pernah suatu hari, temannya ingin mengantar pulang pun tak jadi karena wajah tak bersahabat ayahnya, yang sudah lebih dulu menjemput. Entah kenapa itu membuat risih Nun, tapi Ia tak berani membantah.
drrrrt drrrt ddrrrrrrtt...
Bunyi getar ponsel Ridho mengagetkan lamunannya.
"Iya nak, dengan siapa? dimana?" Tanya Ridho pada suara Ainun diseberang telepon.
"Ya sudah nanti kalau sudah selesai telepon ayah ya, sekarang ayah pulang dulu. Ingat jangan ngawur kemana mana ya, nduk!" panggilan pun terputus.
Tak jauh dari tempat parkir disebuah lorong pinggir, "Yesss...!!" pekik Ainun dalam hati.
"Gimana? jadi gak nih, aku udah pesen taksi online loh, buat kita!" suara Gita memecahkan keheningan lorong kampus.
"Jadi kok.. nih, baru dapet izin" sahut Ainun.
"Yang lainnya mana niiih?" Ainun mencari teman yang lainnya.
"Lagi pada foto foto tuh di taman depan, norak banget deh!" seloroh Gita menggelengkan kepalanya perlahan.
Sebenarnya Ainun Tidak berniat pergi dengan teman-temannya, hanya saja dia merasa tidak enak setiap ada perkumpulan, dia jarang sekali ikut dengan sahabat sahabatnya. Bukan tidak mau, lagi-lagi karena ayahnya sangat over protective.
Ainun, Gita, Ross, Mytha dan Reza sudah siap pergi ke kafe yang sedang hits dikota kecil ini. Mereka berlima adalah sahabat sejak Masuk SMA, dan mereka janjian untuk masuk di universitas yang sama dengan jurusan yang sama. Sungguh sahabat sejati. Jangan tanya Reza ini cewek atau cowok, Dia juga cewek sama seperti yang lainnya, namanya Rena Zahira, tapi selalu dipanggil Reza oleh teman-temannya, mungkin karena penampilannya yang sedikit boyish.
tiiin tiiiiiiin...
"Sepertinya itu taxinya sudah datang, mana nih yang lainnya?" tunjuk Nun pada salah satu taksi online.
"Oke aku panggil dulu!" Gita sedikit berlari memanggil ketiga temannya ditaman dekat parkiran.
Semua sudah masuk dan siap jalan, driver sudah mulai menginjak gas nya perlahan namun pasti.
"Gaspoll pak...!!!" Ross sedikit berteriak. semua melirik kepadanya, kecuali sang driver. uffffh.... Diantara mereka berlima Memang Ross lah yang paling rame.
"Siap Non!" ujar sang supir dan mobil pun meluncur.
Di tengah perjalanan pak supir melirik ponselnya memastikan arah tujuannya, ia melirik sekilas kepada penumpangnya lewat kaca spion dan bertanya "Emmm.. maaf nona-nona, tujuan kita ke Kafe Boundon, kan?" mereka menjawab srempak "Iya pak!".
"Apa yang memesan atas nama Reza?" tanya nya lagi.
"Saya yang pesan, pak."
"Oh oke..." sebentar lagi kita sampai.
Dikampus, seorang pria tinggi bertubuh atletis sedari tadi mondar mandir menanti sesuatu, sudah lebih dari 30 menit tapi taksi online yang di tunggu tak kunjung datang.
Tak lama, sebuah Taksi Online berhenti dan segera bertanya, "apa ada yang memesan taxi online atas nama Gita Pratiwi?" tanya driver online yg baru datang, semua yang ada di halaman parkir tertegun sejenak.
"Di telpon aja pak!" sahut seseorang yang sedari tadi duduk di pinggir jalan.
Driver online itu pun segera meraih ponselnya menelpon si pemesan taxi.
"Hallo... Apa benar ini dengan nona Gita Pratiwi? Saya sudah sampai didepan parkiran!". Sambil sesekali tengok kanan kiri, siapa tahu ada diantara beberapa orang yang hilir mudik.
"......."
"Wah... ga bisa gitu donk mbak, saya udah sampe gini masa dicancel, sekarang susah cari penumpang mbak!" kesal si pak supir, memang sudah jauh jauh menjemput tapi di cancel.
"........."
"Oke, saya tunggu!"Sergahnya
tut tut tut
Gita memperhatikan ponselnya, dan langsung memeriksa aplikasi taksi online. Benar saja! Taksi yang dipesannya masih di kampus. Ia kemudian meminta pak supir untuk berhenti sebentar, dan menanyakan benarkah mobil ini taksi yang dia pesan? saat tahu yang memesan adalah Reza Ferdian Syah, semua cewek yang ada didalam mobil memekik bersamaan "Apaaa!!"
"Waduh.. jadi ini salah naik yaa?" tanya pak supir.
"Sepertinya iya pak, emmm.. Berarti tujuannya sama-sama di Kafe Boundon juga donk yaa?" tiba tiba Reza bersuara.
"Gimana klo yang pesan ke bapak, ditlpon aja suruh naik taksi yg kami pesan pak, kasian juga bapak yang disana klo harus dicancel, tarifnya kan sama juga." lanjut si Gadis tomboy, memang benar.
Pak supir menelpon pemesan atas nama Reza Ferdian Syah. Dan sepertinya disetujui, terlihat dari raut wajahnya yang cerah.
"Jadi kita lanjut jalan ya pak?"
"Ya non.."
Mobil pun bergerak maju kembali, menelusuri jalan raya. Tak henti hentinya yang ada di dalam mobil, terkekeh-kekeh karena kejadian salah naik taksi online ini, untung saja tempat jemput dan tujuannya sama, jadi argonya pun pasti sama.
Tak butuh waktu terlalu lama, untuk sampai di kafe yang dituju. Mereka pun keluar satu persatu, Gita segera mengeluarkan uang beberapa lembar untuk membayar tagihan argo taksi.
"Pak, bisa tunggu sebentar, kita tunggu sampai taxy yang satunya datang, biar semua makin jelas." Ainun yang sedari tadi tak bersuara pun akhirnya kini membuka suaranya. dijawab beberapa anggukan oleh pak supir.
To be continue...
Thankyou for reading my first novel.
Jangan lupa like dan vote nya ya...
Muah... Love you all...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Hadir kak
2021-01-12
1
ichiko
Ainun akuuu mapiiir
2020-12-23
1
꧁£♡VE꧂
menarik...
2020-12-14
1