Hembusan angin menciptakan wangi parfum si pemiliknya, wajah tampan yang sungguh sedap dipandang, rambut yang klimis bak model shampoo ternama, menambah keindahan pemilik wajah tanpa cela ini. Siapa yang akan menolak akan keindahannya.?
Dengan setelan kemeja dan langkah tegap penuh kharisma serta netra yang tegas memandang ke arah depan. Dialah Reza Ferdian Syah.
Membawa serta beberapa kertas di tangan dan tas di bahu kirinya, membalas setiap sapa yang diterima dengan anggukan kecil dan seulas senyum manis. Siapa yang tidak tergoda?
drrrt... drrtt... drrrttt...
Ia merogoh ponsel dari saku celana, menggeser icon hijau dan menempelkan ketelinga kirinya.
"Hmm, yaa.., sebentar lagi aku sampai, nanti kita kerjakan bersama!"
tuuut tuuut tuuut.
Sambil melangkahkan kaki, Reza menutup panggilan singkatnya. Belum sempat Ia menyimpan ponsel dalam sakunya, seseorang yang tengah berjalan cepat menabraknya dan membuat kertas-kertas yang ia bawa berhamburan.
Dan yang lebih mencengangkan lagi, kemeja depannya seperti ditarik paksa dan membuat kancing kemejanya terlepas di bagian atasnya, sehingga dada bidang bagian atas sang pemilik sedikit ter ekspose. Keduanya jatuh dan saling berhadapan satu sama lain.
"Aduuuuuh" tangan Ainun mengusap usap kepalanya yang terbentur lantai, menahan nyeri dan berdenyut tertimpa tubuhnya sendiri. Tapi tangan yang satunya masih menggengam kerah kemeja Reza.
"KAU!!"
Seketika keduanya terperanjat bersama. Ainun seketika melepaskan tangannya dari kemeja Reza yang sudah terbuka kancingnya beberapa.
Keduanya segera bangkit dan berdiri tegap, menepis kotoran dan debu yang menempel di pakaian masing-masing. Dan segera memungut barang masing masing, dengan saling menggerutu.
"Kalau jalan hati-hati donk!" Ainun mencicit menahan kesal.
"Seharusnya kau yang berjalan hati-hati!" sergah Reza tak kalah sewot.
"Dari dulu judes banget, nggak takut di santet orang apa?" imbuhnya.
"Jaga sikapmu, sudah tau salah, masih mencoba menyalahakan orang lain!"
"Itu kau ..."
"Kau!!"
"Kauu!!"
"Eeeh ada apa ini? kenapa kalian ribut segala sih?" Vino yang sedari tadi menunggu Reza akhirnya mencarinya dan menemukannya sedang adu argumen, dengan siapalagi jika bukan dengan Ainun. Mantan bebuyutannya. Eh salah! Musuh bebuyutan.
"Astaga..! Kalian ini, gak malu diliat orang orang tuh!" tunjuk Vino pada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang sambil sesekali menoleh kearah mereka. Reza dan Ainun hanya diam, menahan amarah yang sudah naik keubun ubun.
Ainun segera berlalu dan tak lupa Ia pasang wajah jutek dan mata tajamnya ia arahkan ke Reza, sebelum melengos pergi.
"Apa?!" Reza yang menyadari segera membalas lirikan tajam Ainun.
Ainun yang sudah jengah hanya bisa memutar bola matanya dan berlalu pergi.
"Kalian kenapa siiih? setiap bertemu pasti bertengkar, seperti anak kecil saja. Ayoo kita sudah terlambat!" Vino segera menarik tangan Reza menuju kelas mereka.
"Masih kesal?" tanya Vino yang sedari tadi memperhatikan raut tidak enak di wajah sahabatnya itu.
"Masih gendek aku, ada ya cewek model begitu, Ibu Bapaknya apa tidak darah tinggi menghadapi anak macam dia?"
"Aduuuh.. Jangan sampe benci ya Za, aku takut kamu malah jatuh cinta," Goda Vino, yang digoda mendelik kesal dan pasang wajah sewot.
"Jangan sampai ya Allah..." Reza mengusap usap dadanya.
"Atau jangan-jangan kalian emang berjodoh?" Vino bersangka sangka.
"Ya nggak lah, siapa juga yang mau berjodoh sama makhluk mengerikan seperti dia,"
"Kalo benar bagaimana?"
"Au ah, elep"
Di dalam kelas yang lain, Ainun sama sekali tidak bisa memfokuskan materi yang diberikan Dosen hari ini. Pikirannya masih dongkol dan kesal. Ia menyesali kenapa harus selalu bertemu dengan manusia menyebalkan seperti Reza. Membuat moodnya mendadak hilang.
Dua jam kemudian kelas berakhir. Bunyi derap kaki melangkah melewati mejanya dan berhamburan keluar. Ia masih duduk terdiam di sana, memijit pelipisnya.
"Nun, Reza kemana yaa? sepertinya dia tidak masuk hari ini". Ross menghampiri Ainun sambil memegang bahu ainun, membuatnya terkaget. Mendengar nama Reza seketika membuat wajahnya kusut, butuh disetrika ulang.
"Astagaaa.. Nun, kamu kenapa siiih?" ucap Ross keheranan.
"Aku kesel, materi hari ini nggak ada yang nyangkut di kepalaku!" Seru Ainun bernada sebal.
"Loh, kamu sakit? lagi banyak pikiran?" tanya Mytha, kepo.
"Tuh, gara-gara cowok menyebalkan itu!" Ainun menunjuk keluar ruangan yang kebetulan Reza dan Vino terlihat sedang berjalan melewati kelas mereka.
"Kak Reza?" Ross memekik kecil terkaget setelah meluruskan arah tekunjuk Ainun.
"Kamu kenapa sih sentimen banget deh sama kak Reza, padahal orangnya baik banget, asiik juga! Apa jangan-jangan benar ya, dia mantanmu?" tuduh Ross.
"Iiih apaan sih... nggak mutu deh pertanyaanmu," Ainun beranjak pergi.
"Eeeeh dia malah sewot... Nuuun, Ainuuun... tungguuu!" Ross dan Mytha berlari mengejar Ainun.
"By the way, tadi reza gak masuk ya? gita juga?" tanya Ainun.
"Tadi juga aku udah ngomong Non!" sarkas Ross.
"Gita sih, tadi WA aku, katanya izin mw bawa ibunya berobat." lanjutnya.
"Ibu Gita sakit? kok aku nggak ada yg kabarin sih, kalian jahat!" Ainun memasang wajah cemberut.
"Maaf deh, aku tadi lupa," cengir Ross disambut pulpen yang melayang di atas kepalanya.
"Reza bagaimana, kok dia gak masuk?"
Mytha yang sedari tadi sibuk menelpon Reza, blm juga ada jawaban. Pesan pun sudah dikirim tapi belum diterima. Kemana anak ini? Sahabat-sahabatnya dibuat kelimpungan.
Tepat saat itu Vino yang terlihat sedang berbicara dengan mahasiswa yang lainnya. Ainun melirik kesana kemari, 'tidak ada Reza!' fikirnya.
Tanpa berlama-lama, Ainun beranjak mendekati Vino dan menanyakan Reza. Ternyata reza izin tidak masuk karena sedang kurang sehat. Yaa ampun Reza..!
Ia juga menanyakan perihal ponsel reza yang sulit dihubungi. Vino pun menjelaskan kepada Ainun bahwa ponsel Reza hilang saat pulang kuliah kemarin siang. "Pantas saja susah dihubungi," gumam Ainun.
"Terima kasih kak Vino, titip salam buat Reza, semoga lekas sembuh." Ainun pun berlalu setelah mendapat anggukan dari Vino.
"Eeh tunggu sebentar, Ainun!" panggilnya kemudian. Ainun pun membalikkan badannya.
"Kenapa kamu tidak menanyakan nomor kontak Reza yang baru, nih aku kasih!" lanjutnya
"Hah, iya ya...!", spontan Ainun menepuk keningnya, disambut tawa menggelikan Vino.
"Ternyata dia lucu dan menggemaskan juga, aku jadi tertarik." batin Vino menarik senyumnya.
Sejurus Vino mengambil ponsel dari saku celananya, dan menscroll nama Reza. Sekilas, Vino melirik ke arah Ainun yang menunggunya. Dengan senyum misterius nya, Vino memberikan nomor Reza. Entah apa maksud senyum anehnya nya itu.
"Jangan lupa di chat ya..!" pintanya
"Iyaa kak, terima kasih banyak, aku kesana dulu ya kak."
"Oke, yang rajin belajarnya yaa..." Vino mengusap rambut Ainun sekilas. dan berlalu meninggalkan Ainun.
Seketika ainun terbengong, merasakan keanehan dalam dirinya. Apakah Ia terlena dengan sentuhan tangan lembut Vino barusan? Apa tadi? terlena. ya ampun Ainun!. Mungkin ini efek terlalu lama menjomblo. Sehingga perlakuan sekecil itu saja membuat hatinya kembang kempis.
"Heiii... gimana kata kak Vino?" tepukan dibahu Ainun menyadarkannya dari lamunan.
"Emm... eh, iya, apa?" Ainun tergagap merasa terkejut dengan kedatangan kedua sahabatnya.
"Hayoooo... kamu ngapain bengong sambil pandang-pandang kak vino, naksir yaaa?" Ross langsung menggoda Ainun, yang digoda wajahnya mulai memanas dan langsung berubah warna, blushing.
"Iih, nggak...! apaan siih...!" Ainun beranjak meninggalkan kedua sahabat jahilnya itu, sambil memalingkan wajah semu merah nya, supaya tak terlihat oleh Ross dan Mytha.
"Lalu, Reza kamana katanya?"
"Oh, itu, dia sakit. Sebab itu tidak masuk."
"Kenapa tidak mengabari, menyebalkan sekali, kan kita jadi khawatir."
Ainun menjelaskan perihal posel Reza yang hilang kemarin, mereka hanya manggut manggut tanda mengerti.
Sore ini, seperti biasa Pak Ridho selalu menjemput gadis sulungnya dari kampus. Ainun yang sudah siap pun bergegas menghampiri dan masuk kedalam mobil. Tak lupa Ia pun mengucapkan salam serta mencium punggung tangan Ayah tersayangnya itu.
"Gimana, mau langsung pulang?" tanya pak Ridho
"Hem, iya yah, aku lelah banget, hari ini kelas padat banget." Ainun memasang seatbelt dan memposisikan duduknya senyaman mungkin, lalu memejamkan matanya.
Ayahnya mengelus kepala putri kecilnya yang sudah tumbuh dewasa itu, dan melajukan mobilnya meninggalkan kampus.
* * *
Malam ini reza termenung di balkon kamarnya, mencoba menghibur diri dari rasa bosan. Memainkan ponselnya, membuka beberapa akun media sosialnya, dan sedikit mengalihkan nya dari lamunan.
Ia memeriksa Twitt dari beberapa teman lamanya, membalasnya kemudian, dan menutup kembali.
Ting!
Sebuah pesan chat masuk.
To be continue...
jangan lupa tinggalkan jejak, yaa..!
like dan comment kalian sangat berarti!
luv luv luv luv luv
Olive Sparkly
❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ftl03
Like dari Little Rainbow.. semangat terus Thor.. jgn lupa mampir dan tinggalkan jejak.. mari saling mendukung...
2021-01-04
0
💐Novi_Naira💐
aku mampir bawa 5 like, 5 rate juga.
sudah ku fav. bacanya aku nyicil thor.😊
semangat buat kak Author.
😍
2020-12-31
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-25
0