Happy reading....
Ting!
Sebuah notifikasi, membuyarkan imaginasi pemuda bertubuh atletis itu. Lantas dengan segera, ia raih gawai yang berada tidak jauh dari tempatnya berbaring.
"Za, bagaimana keadaan kamu sekarang? Nun."
Reza mengerutkan dahinya saat membaca pesan yang baru saja masuk. "Nun? Siapa Nun? Nun huruf hijaiyah?" gumamnya pelan. Otaknya masih menerka nerka, mungkin saja teman lama, pikirnya.
"Ya, aku baik baik saja!" Reza membalas pesan tersebut.
Ting!
Tanpa berganti menit, pesannya oun sudah mendapatkan balasan.
"Kata kak Vino kamu sakit, sakit apa Za?"
Reza berpikir keras, mencerna maksud yang baginya sulit diterima akal sehat.
'Kapan aku sakit, bukannya tadi aku dikelas sama Vino!' Gumam Reza
"Aku, nggak sakit kok. Aku baik-baik saja!" balasnya lagi.
Ting!
"Cepat sekali dia membalasnya!" Reza kembali membuka pesan.
"Ooh, ya sudah besok pagi kita bertemu di perpus ya, kita cari buku panduan sekalian ngobrol, kangen juga seharian tidak bertemu wajah jutek kamu, hihi."
"Kangen? wajah jutek? Apakah tampangku terlihat jutek?" Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Siapa Nun? Otaknya masih mencari daftar nama di kepalanya. Pikirannya masih Blank.
Ia kembali membalas pesan itu dengn singkat, "oke, baiklah!" Reza tak sabar ingin segera esok, ia penasaran teman mana yang bernama Nun.
Malam sudah semakin larut, hembusan angin pun sudah mulai terasa lebih dingin. Memaksanya masuk kedalam selimut tebal. Pun matanya yang sudah mulai berat merasakan kantuk.
Terang sudah berganti redup, lampu utama kini sudah berganti lampu tidur. Perlahan tapi pasti, suara semilir angin membawanya terbang ke alam mimpi.
Di tempat lain, seorang pria paruh baya sedang berbicara pada seseorang via telepon.
"Bagus, atur jadwal untuk malam minggu depan. Jangan sampai anak itu kabur lagi. Terus pantau dia, dan kabarkan padaku apapun yang kau lihat. Mengerti!"
"Baik sir."
Sambungan telepon pun terputus, menyisakan keheningan. 'Jangan sampai anak itu kabur lagi, membuat malu saja.'
"Papi..."
"Hmm..." Pria itu menyahut.
"Sudah malam, Bukannya besok pagi Papi ada rapat penting? Ayo, cepat tidur!"
Pria paruh baya itu berjalan ke ranjang, merebahkan badannya dan mulai menutup matanya.
"Papi..." terdengar suara lembut istrinya.
"Hmm..."
"Masih kepikiran?" tanya sang istri.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi anak itu. Biar besok Papi bicara langsung secara empat mata."
"Ayo tidur, tadi kau mengajakku tidur" Sambil memiringkan badannya menghadap istrinya. Perlahan namun pasti, mereka pun terlelap dalam mimpi sambil memeluk satu sama lain.
.
"Re, tadi Abang bertemu kawanmu dikampus." Reza(Rena Zahira) yang tengah menonton film kesukaanya di laptop, menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa bang?" Reza menghadap Abangnya yang berdiri di ambang pintu.
"Ainun, dia bertanya tentangmu," jawab Vino sambil mengaduk kopi luwaknya.
"Terus abang jawab apa?" tanya Reza penuh selidik.
"Ya, jawab apa adanya lah!"
"Ooo ... " Reza hanya manggut manggut-manggut. Matanya kembali ke arah laptop.
"Tadi dia minta nomor kontak kamu yang baru juga."
"Terus Abang kasih?" matanya masih tetap fokus ke laptop.
"Enggak,"
"Kok begitu sih, dia kan temen aku bang!" kali ini Reza mengangkat kepalanya dengan mata menyorot tajam kearah sang Abang.
"Aku kasih nomor kontak Reza temenku. Hahaha!" Vino tergelak.
"Bang, mereka kan tidak akur, Bagaimana jika mereka tambah saling membenci?" sungut Reza memasang wajah kesal.
"Semoga saja dengan begitu mereka jadi akur, sebal juga melihat mereka selalu bertengkar setiap bertemu. Aku kerjain aja mereka, hahaha!" gelak tawa Vino semakin terdengar keras, tidak bisa ditahan lagi.
Reza terdiam, tak habis pikir dengan kejahilan abangnya itu. Tapi ada benarnya juga, melihat Ainun yang marah saat mereka di kafe waktu itu, hingga terjadilah adu mulut antara Reza dan Ainun. Ia pun sebenarnya merasa jengah, meja mereka menjadi tontonan pengunjung kafe lainnya saat itu.
.
Pagi ini, Ainun sudah bersiap berangkat ke kampus, sebenarnya jam mata kuliah hari ini masih dua jam lagi. Mengingat semalam dia mengajak Reza untuk menemaninya di perpustakaan, jadi pagi ini, ia pun harus segera berangkat kekampus.
Pak Rido mengantar ketiga anaknya ke sekolah masing-masing. Sekolah Refan dan Dalia bersebelahan, jadi cukup sekali jalan saja mengantarkan keduanya.
"Belajar yang rajin, dan jangan nakal ya anak anak ayah!" ucap pak Ridho sebelum kedua anaknya melangkah masuk.
"Iya yah, kami masuk dulu ya yah," pamit Refan mencium tangan Ayah dan kakaknya, Ainun. Bergantian dengan sang adik, Dalia.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam!" Ainun dan pak Ridho menjawab serempak.
Mobil pun melaju kembali, kali ini tujuannya ke Universitas tempat dimana Ainun menimba ilmu. "Yah, hari ini aku pulang jam dua siang," Ainun memberitahu Ayahnya, sebelum ayahnya bertanya terlebih dahulu.
"Nanti ayah jemput, sekalian pulangnya kita kepetshop." Ainun hanya mengangguk.
Sesampainya di kampus Tujuan Ainun adalah perpustakaan. Ia juga sudah memberitahu pada temannya yang lain untuk berkumpul di perpustakaan.
Ainun merogoh gawainya dari saku celana, kemudian mengirimkan oesan singkat. "Za udah diperpus nih,"
Belum ada jawaban.
Tiga menit kemudian, ting!
"Aku baru sampai, masih diparkiran."
Ainun hanya tersenyum kecil, dan segeran membalas dengan emoticon oke.
Sepuluh menit kemudian, notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Ainun oun segera membuka pesan tersebut.
"Kau pakai baju apa?"
Ainun mengernyit heran, mimik wajahnya menampilkan kebingungan. Ainun memutar kepalanya kesana dan kemari dan memastikan keberadaan Reza. Tidak ada! Ia kembali mengetik pesan.
"Aku dimeja no 11, kemeja maroon."
"Oke, I'm coming!"
Reza mengedarkan pandangannya, menilik nomor meja no 11. Ada gadis yang sedang duduk membelakanginya disana, dengan rambut ikal yang diikat kuda, menampilkan leher jenjang miliknya. Dan dia juga memakai kemeja berwarna maroon. Mungkin gadis itu teman lamanya, makanya dia tidak mengenali sama sekali. Tak menunggu lama, Reza segera menghampiri gadis itu.
"Hallo ... " sapanya dari arah belakang dengan senyum mengembang.
Gadis itu menoleh. Dengan wajah yang sama-sama terkejut, sepersekian detik mereka hanya terdiam, menatap satu sama lain dengan tatapan canggung.
'Tunggu dulu, Nun.. maksudnya Ainun? Astagaa..' gumam Reza dalam hati, Ia baru tersadar.
'Kenapa makhluk aneh itu ada disini, dan apa katanya tadi? Halloo..! apa aku tidak salah dengar, dia menyapaku begitu?'. Ainun nampak keheranan, bukan! Tapi bingung.
Ainun segera tersadar dari sepersekian detik lamunannya, "Kau ... "
"Untuk apa mengajakku bertemu disini?" Reza memotong suara Ainun dengan suara datar, Reza mengerti sekarang, pesan semalam pasti dari Ainun.
"Aku tidak pernah mengajakmu bertemu!" sanggah Ainun dengan wajah yang masih bingung.
Reza menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Ainun. Ainun masih terdiam, memperhatikan tingkah Reza yang menurutnya aneh.
Reza mengeluarkan ponselnya, dan menekan calling pada nomor kontak 'Nun'.
Tak berselang lama ponsel Ainun berdering. Ainun segera melihat panggilannya. 'Reza'. Reza mematikan panggilannya, seketika ponsel Ainun pun mati. Dia menekan calling Kembali. Dan lagi, ponsel ainun berdering kembali. Ainun makin bingung.
Reza membalikkan ponselnya dan memperlihatkan pada Ainun. Reza mematikan panggilannya lagi. Dan ya, ponselnya pun mati. Itu artinya ....
Ainun mengerti, tapi kenapa Nomornya ada di Reza, atau ... dia kan yang menghubungi Reza, seharusnya dia kan menghubungi Reza ... matanya membulat.
"Tunggu dulu ... 'Reza' ... Aku kemarin diberi nomor kontak oleh kak Vino ... oh ya Ampuuun ... kenapa ada dua Reza siiih ....! kak Vino pasti memberiku nomor yang salah! bagaimana ini? " Gumamnya dalam hati.
Reza masih terdiam, tapi manik matanya terus memperhatikan Ainun yang terlihat gusar.
Ainun sekarang terlihat salah tingkah. Ia menggigit bibir bawah miliknya. Seketika pula manik Reza turun kearah bibir tipis Ainun. Seksi. apa? Baru saja dia mengucapkan bibir itu seksi, meskipun dia mengucapkannya dalam hati. oh ayolah Reza. Bukannya bibir itu yang selalu marah-marah jika bertemu denganmu.
"Tolong jangan gigit bibirmu." pinta Reza masih dengan nada datarnya, dia merasa terganggu dengan itu.
Ainun yang sedang salah tingkah pun cepat-cepat mengalihkan pandangannya kesamping. Biasanya jika bertemu dengan Reza, Ia akan menjawab apapun dengan ketus. Tapi sekarang, melihatnya saja sudah aah, tidak tau harus bagaimana.
"Keadaan seperti apa ini? kenapa rasanya kikuk sekali?" batin Reza.
"Eheem, boleh aku bicara?" Reza mulai memecah keheningan dimeja itu.
"Hmm," Ainun menganggukkan kepalanya, tapi wajahnya tetap melihat kesamping. Ia malu. Ya, malu. Kerena Ia yang pertama mengirim pesan pada Reza. Meski nyatanya itu salah kirim, tapi tetap saja ia merasa malu.
To be continue
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian like dan comment yaa... kritik dan saran kalian sangat membangun. Support kalian sangat aku butuhkan...
luv luv luv luv luv*
Olive Sparkly
❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ami💞4hy🥀
😂😂😂😂😂 Tom Jerry bertemu berdua langsung kikuk
2020-12-16
0
@ Ela Sukma Thea*
ngakak hahaha, vino god job mga dgn gini mreka akur
2020-12-16
0
yoemi noor
bertemu dia ... bertemu aku mau gak? 😅😅😅
2020-12-14
0